Tigapuluh satu

302 17 8
                                    

Maya melangkahkan kakinya keluar dari lift di lantai 15  Gedung Daito, lantai itu khusus disediakan beberapa ruang meeting yang dibatasi partisi  terbuat dari Fiberboard berpelitur berwarna coklat kayu gelap, dengan ornamen- ornamen rumit yang membuat interior kantor sangat elegan. Pintu- pintu ganda dengan pegangan kokoh mengkilap ditambah Chandeliar bergaya Eropa yang menambah kesan elegan suasana lantai itu.

Tidak lama setelah dia keluar dari lift,  gerombolan artis- artis yang berbisik- bisik tentangnya juga ikut keluar dan berjalan melaluinya, tentu saja tanpa menyapa Maya, mereka hanya melirik dan kembali sibuk berbisik- bisik tanpa peduli bibir yang hampir jontor dan kadar julid maksimal yang membuat mata juling.

Ah, Maya seharusnya tidak mempedulikan hal ini, apa gunanya meributkan tentang gosip toh  yang mereka ributkan bukan suatu kebenaran.

Maya dan Masumi yang paling tahu alasan mereka menikah. Masumi bahkan tidak pernah menyinggung masalah Hak itu sama sekali dalam perbincangan, bahkan saat kemarin dia menetapkan pilihannya, Masumi juga tidak pernah membahasnya.

Saat mereka berdua Masumi hanya menyinggung masalah kontraknya, dan Maya tahu Masumi berusaha mengajarkan padanya bagaimana seharusnya bersikap profesional.

Maya masih teringat ucapan Masumi jika bukan dia yang terpilih menjadi pewaris BIdadari Merah, pria itu tetap akan menikahinya.

Bahkan jika harus membuang nama Hayami.

Seharusnya disana Maya sudah tahu seberapa penting arti dirinya untuk pria itu.

Kening Maya mengernyit ketika melihat gerombolan gadis- gadis tadi menuju sebuah pintu yang juga merupakan tujuannya.

Maya melambatkan langkahnya, sengaja membiarkan gadis- gadis itu masuk keruangan  terlebih dulu, dia mengatur nafasnya, membuat dirinya setenang mungkin.

Dia tahu pementasan ini akan berbeda, karena melibatkan beberapa artis Daito terpilih artinya dia akan berinteraksi dengan teman- teman baru. Teman baru yang sudah bergosip cukup buruk tentangnya.

"Hai sayang, kamu baru sampai?" Suara berat itu mengejutkannya, Maya gelagapan dan wajahnya seketika menghangat ketika Masumi sudah berdiri  dengan gagah dibelakangnya  tersenyum lebar, Masumi datang dengan beberapa orang dibelakang pria itu termasuk Nona Mizuki.

"Hai sayang, kamu baru sampai?" Suara berat itu mengejutkannya, Maya gelagapan dan wajahnya seketika menghangat ketika Masumi sudah berdiri  dengan gagah dibelakangnya  tersenyum lebar, Masumi datang dengan beberapa orang dibelakang pria itu terma...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Astaga, Masumi menyapanya dengan sebutan privasi mereka, yang biasanya mereka saling lemparkan untuk menggoda satu sama lain, dan biasanya itu mereka lakukan saat mereka yakin tidak ada orang bersama mereka.

Tapi ini,____ selain Maya pria- pria dibelakang Masumi dengan stelan jas yang sangat ekslusif kelihatan juga tersipu menahan senyum,___ tidak menahan geli tepatnya tapi karena menjaga sopan santun mereka berusaha membuat ekspresi diwajah mereka tampak datar meski kesulitan,___ kecuali Nona Mizuki yang celingukan seperti mencari sebuah wastafel. Wajah sekretaris itu seperti orang mabuk laut baru diterjang gelombang mendengar atasannya menyapa dengan sebutan ' sayang'

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang