Lahan Terbuka Teater X
Matahari sore bergulir rendah membingkai langit dengan cahayanya yang berwarna kuning keemasan, bersinar lembut tidak terik menyengat seperti siang tadi.
Saat menjejakkan kakinya di lahan Teater X, lahan yang pada awalnya merupakan runtuhan gedung tua yang rencananya akan dibangun kembali sebuah Teater X.
Ingatan Maya mundur kebelakang saat mereka mengadakan latihan sebelum ini banyak sekali bongkahan batu, besi, paku, dan kayu yang berserakan, kini lahan terbuka itu hanya menyisakan puing- puing sisa bangunan yang belum dihancurkan, sementara puing- puing bangunan yang berserakan dibawahnya sudah disingkirkan.
Kursi- kursi penonton berwarna biru diletakkan berjejer menghadap sisa bangunan yang tertinggal.
Maya mengedarkan pandangannya, matanya langsung tertumbuk pada sisa bangunan besar yang berada dihadapannya, dengan pencahayaan yang berasal dari lampu sorot, dia memastikan itulah panggungnya besok, tanpa ada tata rias panggung sama sekali, backdrop panggung apalagi efek audiovisual , sama sekali tidak ada. Panggung mereka hanyalah bangunan tua yang sebagiannya sudah hancur.
Jika akting mereka jelek, penonton pasti akan meninggalkan mereka, karena daya tarik mereka benar- benar mengandalkan kemampuan akting saja.
Entah mengapa melihat itu dada Maya sudah berdebar bahagia, dia sudah bisa membayangkan akan muncul dari sebelah bangunan yang mana, dan dia mematrikan ingatan setiap puing- puing bangunan untuk setiap adegan yang akan ditampilkannya besok.
Rei, Mina dan Sayaka mengikuti langkah Maya, mereka bertiga tahu Maya pastinya tidak lagi peduli pada tatapan orang- orang yang menoleh dan berbisik saat melihat kedatangannya, gadis itu seperti sudah terpaku pada setting panggung dihadapannya, dan saat sekelompok pemain musik tradisional mengambil tempat dengan berbagai alat musik pukul seperti Taiko , Tsuzumi, Den- Den Daiko. Alat musik itulah yang nantinya akan menandakan pergantian adegan, sangat sederhana sekali.
Maya seakan terbius dengan pemandangan itu, semangatnya meluap- luap, dia tidak sabar ingin menampilkan Bidadari Merahnya besok.
Seakan tidak peduli dan mengabaikan tatapan orang- orang pada penampilannya yang sedikit berbeda pada sore hari itu, tidak lain karena sang pujaan hati mengirimkan sebuah kotak yang berisi sebuah gaun lengkap dengan sepatu, clutch dan perhiasan yang senada, berwarna pastel dan hampir sewarna dengan kulit putih Maya.
Mina yang memaksa agar Maya mengenakan riasan pada wajahnya dan menata rambut Maya dengan membuat ikal- ikal pada rambutnya lebih dramatis lalu sebagian rambut Maya dihias oleh jepitan senada dengan gaunnya. Teman- teman Maya tentunya mengetahui maksud Masumi mengirimkan gaun itu untuk Maya, Masumi ingin Maya tampil cantik dan memikat pada pentas Ayumi, sebagai satu- satunya saingan yang layak bagi Ayumi dan tentunya setelah pementasan nanti akan banyak publikasi, mau tidak mau Maya juga akan disorot dan dibandingkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
Fiksi PenggemarFFTK lainnya dari Author Kacangan, silahkan komen dan Vote jika terhibur, agar Author bisa Terhuraaaa.....