Duapuluh sembilan

299 17 20
                                        

Katakanlah jika cinta pertama itu paling berkesan, paling sulit untuk dilupakan, tiada tandingannya, paling membekas, hingga jika terpaksa dicabut akan meninggalkan luka yang mendalam dan tak bisa dengan sekelipan mata luka itu sembuh, apalagi sembuh sendiri.

Meskipun sudah tidak mungkin, tidak ada harapan untuk hubungannya dengan Masumi, Shiori masih terus saja terkenang dengan wajah tampan dan tubuh gagah pria itu, kelembutan tutur katanya, perlakuannya yang menyiratkan seolah- olah dia adalah wanita yang amat berarti dalam kehidupan pria itu, bagaimana tidak, selama ini Masumi terkenal sangat dingin terhadap wanita, Shiori yakin Masumi juga tidak mudah menghapus kenangan atas kebersamaan mereka.

Meskipun yang diakui Masumi semua perlakuan lembut dan hangatnya terhadap Shiori hanya sandiwara belaka.

Shiori tidak keberatan.

Tidak mengapa.

Dia memilih lebih baik diperlakukan sebagai sandiwara daripada dilupakan.

Karena sungguh hatinya tak sanggup melupa.

Hatinya terlanjur mencinta Masumi terlalu jatuh, terlalu dalam.

Senyum samar pria itu, gerakan tubuhnya yang terlalu jantan, sorot matanya, perhatiannya.

Mimpi indah yang dia rajut dan ia pintal dengan tak mudah, hingga cincin dengan batu safir itu tersemat di jemarinya, lalu rencana pernikahan yang mendekati akhir, dan bulan madu yang diimpikannya, tidak...itu semua tidak mudah ia lupakan.

Tidak semudah yang dikatakan oleh ibunya, bahkan jika dia diminta untuk membenci Masumi, dia tidak bisa, tidak ada satupun yang bisa dia benci dari pria itu.

Satu- satunya yang dia benci adalah batu penghalang diantara mereka.

Jika ibunya menginginkan dia melupakan Masumi, maka nyawanya harus dilepas dari raganya.

Dia tak akan sanggup bertahan hidup dengan luka sedalam itu.

Meskipun kini dia mendekap lukanya dengan berdarah- darah.

Terlanjur Masumi meninggalkan kenangan yang terlalu indah, membuai semua impiannya dengan sangat sempurna.

Shiori belum bisa menerima,--- jika kisah cintanya ditutup sedemikian rupa,--- saat dia tengah sayang- sayangnya.

Jika Masumi terlalu sulit untuk berbelok padanya lagi.

Maka dengan tak tahu malu, Shiori akan mengupayakan agar Masumi kembali ke sisinya.

Dengan cara lain.

Selepas mematuhi titah sang ayah yang memintanya mengikuti terapi Psikodinamik dan Kognitif di ruang praktek dr. Kenneth Yeo, selama 45 menit, Shiori menguras habis emosinya yang terpendam melalui perkataan dengan bebas, dan pancingan Dr. Yeo yang menggali secara mendalam tentang bayangan hitam yang terus menarik dirinya untuk melenyapkan penghalang kebahagiaannya.

Shiori merasa lepas, Dr. Kenneth Yeo tidak pernah menunjukkan ekspresi menghakimi, menyalahkan ataupun menganggap rendah apa yang telah dia lakukan.

Shiori merasakan sejumput beban yang menutupi hatinya hilang, dia merasa ringan, karena sebab itu dia memutuskan untuk menemui Maya Kitajima, meski harus menyingkirkan ego dan gengsinya yang amat tinggi, Shiori akan tetap mencoba, bicara dari hati ke hati sesama wanita.

Dalam genggamannya cincin dan kalung milik gadis itu akan menjadi sebab agar Maya bersedia bertemu dengannya.

Siang itu dalam usaha pencariannya untuk menemui Maya Kitajima, badai kembali menghantam dadanya, informasi itu begitu saja sampai ditelinganya, bahwa Masumi dan Maya tinggal bersama di sebuah apartemen mewah di pusat Kota Tokyo.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang