Duapuluh tujuh

298 15 15
                                    

Maya mengerjapkan matanya, menyadari dia kembali terjaga diruangan yang asing, dia mengernyitkan keningnya.

Seingatnya dia berniat menunggu Masumi kembali tadi malam, dan akhirnya karena kelelahan  malah tertidur di sofa.

Mengedarkan pandangan ke seluruh kamar itu, Maya menyadari jika itu bukan kamarnya, meskipun interior kamar itu tidak jauh berbeda dari kamarnya, namun kamar itu lebih luas. Tentu saja itu kamar pria yang tengah tertidur dan melingkarkan tangannya di sekeliling perutnya.

Rupanya Masumi memindahkannya dari sofa dan membaringkannya di tempat tidur yang pasti bukan kamarnya, Maya teringat ucapan pria itu, kamarnya hanya digunakan untuk menyimpan barang- barangnya saja, teknisnya dimana saja mereka tetap tidur bersama, entah di sofa atau ditempat tidur.

Dengkur halus pria itu serta hembusan nafasnya menggelitik pipi Maya. Seketika wajahnya memerah, meskipun sudah beberapa kali mereka kerap tidur bersama, tapi Maya tetap saja belum terbiasa, meskipun Masumi berulang kali meyakinkannya agar belajar membiasakan diri dengan kebersamaan mereka, entahlah,... Maya masih saja belum biasa.

Sama seperti pagi kemarin, Maya pelan- pelan melepaskan tangan Masumi dari perutnya, dan berusaha meloloskan pinggulnya dari kaitan tungkai- tungkai Masumi yang panjang, Maya sama sekali tidak menyadari jika Masumi mengibaratkannya sebagai guling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti pagi kemarin, Maya pelan- pelan melepaskan tangan Masumi dari perutnya, dan berusaha meloloskan pinggulnya dari kaitan tungkai- tungkai Masumi yang panjang, Maya sama sekali tidak menyadari jika Masumi mengibaratkannya sebagai guling.

Tidur Maya benar- benar pulas, selain kelelahan, kepalanya juga berdenyut nyeri tadi malam sehingga dia hampir tidak merasakan apapun, hanya semakin nyaman dan Maya juga tidak menyadari sepanjang malam juga balas memeluk Masumi.

Setelah berhasil meloloskan dirinya dari belitan tubuh Masumi, Maya malah memandangi wajah tampan yang masih tidur dan berhadapan dengannya.

Kebiasaan baru yang amat disenanginya adalah memandangi wajah Masumi yang tertidur, wajah pria itu begitu santai sehingga kelihatan lebih muda 10 tahun dari usianya. Maya menyentuhkan jarinya di sepanjang garis wajah Masumi, menyusuri garis rahangnya yang tegas, hidungnya yang tinggi dan sempurna, bibirnya yang sedikit terbuka, matanya yang dinaungi sepasang alis mata yang lebat, bahkan Maya baru menyadari bulu mata Masumi cukup tebal untuk ukuran pria.

Kulit Masumi yang putih bersih sangat kontras dengan warna rambutnya yang tembaga dan alis mata yang hitam pekat.

Beberapa helai rambut Masumi menutup keningnya,dengan jemarinya Maya menyibakkan rambut itu, memandangi Masumi dengan sejajar seperti saat ini juga hal yang langka bagi Maya, karena tinggi tubuhnya yang hanya sebatas bahu pria itu, membuatnya sering menengadah, sehingga tidak pernah bisa memperhatikan bentuk kening Masumi.

Maya tersenyum setelah puas menyusuri semua lekuk wajah Masumi. Betapa Dewa sangat murah hati saat menciptakan Masumi, ketampanan yang paripurna, yang membuat para wanita tergila- gila dan memujanya, sementara kaum pria pasti sangat iri dengan kesempurnaan yang dimiliki Masumi.

"Jangan berhenti." Suara serak Masumi terdengar, tapi mata pria itu masih terpejam.

Sontak wajah Maya memerah ketahuan diam- diam mengagumi dan berlama- lama menatap wajah Masumi.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang