Undangan

42 6 0
                                    

"Arya, ikut reunian gak lo sabtu besok?" tanya Boris.

Boris itu temen dekat gua, nama aslinya Bernard, tapi karena rambutnya botak dan miris selalu ditolak sama cewek, jadi dipanggilnya Boris, Botak Miris.

"Gak tau Bor, capek gua, pengennya istirahat," jawab gua.

"Ayoklah. Mantan lo dateng nih, si Amanda," bujuk Boris.

Wah ada Amanda nih. Udah lama gua gak ketemu dia. Apa gua dateng aja ya?

"Lihat nanti lah Bor," jawab gua.

"Wakaka. Kalau kayak gini kayaknya lo bakal dateng ya. Jadi gua tunggu ya saat reunian," ledek Boris.

Sebenarnya gua males dateng reunian. Ya seperti orang-orang pada umumnya saat reunian, mereka cerita kesuksesan mereka saat ini, tetapi gua masih aja begini. Temen-temen gua sih baik, gak pernah menyinggung gua dan yang tergolong gagal juga bukan gua, ada temen gua lainnya, tetapi gua tetap aja malu. Gua yang sebagai siswa paling pinter di sekolah, terus jadi yang paling buruk masa depannya, buat gua makin malu. Gua jadi gak ada muka buat ketemu mereka.

3 jam kemudian gua udah sampai di depan pintu rumah.

"Assalamualaikum," sapa gua.

"Walaikumsalam," jawab ibu.

Gua pun mencium tangan ibu gua.

"Udah makan nak?" tanya ibu.

"Belum bu," jawab gua.

"Ya sudah cuci muka dulu sana, nanti langsung makan. Udah ibu hangatkan lauknya buat kamu," ucap ibu.

"Iya bu," jawab gua.

Selesai cuci muka gua duduk makan di meja makan ditemani ibu. Ibu sih udah makan, tetapi tetap duduk di samping gua, katanya mau ngobrol sama gua.

"Nak tadi ada yang nganter undangan, katanya dari Rio. Undangannya ibu taro di meja dekat TV ya," ucap ibu mengawali.

"Iya bu makasih," jawab gua.

Gua lihat undangan itu, ada aja lagi yang nikah. Gua pacar aja belum punya.

"Siapa nak?" tanya ibu.

"Temen kuliah bu. Kebetulan rumahnya juga di Bogor, jadi mungkin sekalian mau main, ternyata akunya belum pulang kerja," jawab gua.

"Udah banyak ya temen kamu yang udah pada nikah," ucap ibu.

Gua pun cuma bisa senyum nanggepin omongan ibu barusan, meski gua tau maksud ibu itu nyindir gua.

"Kamu udah punya pacar?" tanya ibu penasaran.

Waduh kayaknya ibu udah mulai terang-terangan nih.

"Belum bu," jawab gua singkat.

"Loh kok bisa kamu jomblo lama banget? Padahal waktu SMA kamu dulu, kamu itu ya tiap bulan ngenalin ke ibu cewek baru," tanya ibu.

Aduh to do point banget nih ibu gua.

"Gak tau bu. Pada gak mau kali sama Arya atau mungkin susuk Arya waktu SMA udah pudar," jawab gua bercanda.

"Halah kamu ini. Awas ya kalau sampai jadi bujang lapuk," ucap ibu sambil tertawa pahit.

Sebenarnya gua sih ngerti kekhawatiran ibu terhadap jodoh gua, tetapi dengan kondisi gua kayak sekarang gua belom siap kalau harus punya istri.

"Bu, sabtu besok Arya mau reunian," ucap gua mengalihkan pembicaraan.

"Tumben kamu mau ikut acara begituan. Bagus deh, siapa tau dapet pacar waktu reunian," ucap ibu cekikian.

"Apasih ibu"

"Tapi awas ya kalau kamu sampai deketin si Amanda itu lagi"

Kembali (END) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang