Esok harinya kami berlima berkumpul di basekamp. Memang kami sudah punya kantor di daerah Kemang, berbagi gedung dengan start up start up lainnya, tetapi basekamp ini masih kami pertahankan buat kami ngobrol dan berbagi cerita. Awalnya hampir setiap hari kami mampir kesini, tapi sekarang sebulan sekali aja udah syukur. Kami hanya ingin kemari saat rapat tanpa diawasi dewan direksi yang lain.
"Woi bro," sapa Akbar yang baru dateng, dia terlihat gagah dengan blazer mahalnya.
"Iya bro," jawab gua singkat.
Tak lama setelahnya Yanti dan Johan datang bersamaan menggunakan mobil sport baru Johan. Mereka berdua terlihat lemas, gua pikir mereka habis makai nih semalam. Rifa duduk di samping gua. Ini adalah ide dia, jadi dia yang bakal nemenin gua di setiap kata yang gua ucapkan nanti.
Setelah lama mengobrol akhirnya gua mulai pembicaraan intinya.
"Jadi gini temen-temen, kalian semua kan udah gua anggap kayak saudara gua sendiri. Bersama-sama kita bangun ENTRING ini dari nol sampai sebesar ini, tapi ada satu hal yang sangat penting yang ingin gua sampaikan ke kalian. Bukan sebagai rekan bisnis, tetapi sebagai saudara," ucap gua.
Mendengar kata-kata gua, Yanti, Johan, dan Akbar menjadi waspada. Mereka sudah membayangkan pasti ada sesuatu yang tidak enak akan disampaikan, dengan kalimat pembuka yang seperti itu.
"Memang ini bukan urusan gua, tetapi melihat sikap kalian yang seperti ini jadi bikin gua khawatir," tambah gua.
"Maksud loe apa?" tanya Yanti.
Yanti sekarang udah ngomong pake loe gua, bukan aku dan kamu lagi semenjak dia masuk ke dalam dunia malam Jakarta.
"Kita itu kan termasuk ke dalam pemuda berpengaruh, karena dengan umur semuda ini kita bisa membangun perusahaan sebesar ini. Jadi setiap sikap dan perilaku kalian bakal direspon 9-publik, yang bisa berdampak ke perusahaan," ucap gua dengan lemah lembut takut membuat mereka tersinggung.
"Maksud kau apa?" bentak Johan. "Sikap kita gak pantas gitu, sampai bisa merusak nama perusahaan?"
Meskipun gua sampaikan dengan lemah lembut, tetap saja ketika menyinggung urusan pribadi sesorang, itu akan membuat mereka bukannya mendengarkan malah bersikap defensif.
"Maksud gua kalau lo dan Yanti tetep makai obat-obatan itu dan Akbar tetap bolak balik nidurin cewek, terus kalau nanti apes..."
"Alah taik kau," ucap Akbar memotong ucapan gua.
"Udahlah itukan masalah pribadi kita. Toh selama ini kita juga baik-baik aja kan di kantor," ucap Yanti.
"Kau gak usah sok suci. Aku pun tau kau sering kali ngewe sama Rifa kan," bentak Johan.
Gua yang mendengar ucapan Johan yang begitu kurang ajar akhirnya memukul Johan keras di pipinya. Dia tidak membalas hanya memegang pipinya yang kesakitan. Rifa yang daritadi diam saja berdiri di samping gua malah kena batunya. Mendengar ucapan Johan yang begitu kejam, air mata menetes dari mata Rifa.
Setelah itu Yanti dan Johan pulang duluan dan diikuti oleh Akbar. Niat kami untuk memperbaiki gagal, justru membuat hubungan kami berlima menjadi renggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali (END) (SELESAI)
RomanceLife Must Go On. Hidup harus terus berlanjut, tetapi Arya terus terjebak pada masa lalu. Hingga dia memiliki kesempatan untuk kembali dan merubahnya, dia terus menerus kembali untuk merubah hidupnya. Dia berharap menjadi sempurna, tetapi dibalik it...