Kewalahan

14 3 1
                                    

"50.000, gila bener ini," ucap Akbar yang kaget melihat total unduhan aplikasi kami dalam kurun waktu 2 bulan.

"Ini pun terkonsentrasi di Depok. Jadi bisa dipastikan hampir seluruh mahasiswa di Depok, dari UJeK, Universitas Gunawan, dan banyak lainnya menggunakan aplikasi ENTRING buat nyari makan," ucap Rifa yang terlihat sangat bahagia.

"Tapi kita bisa makin kewalahan nih guys," keluh Yanti.

Aplikasi ENTRING telah diunduh sebanyak 50.000 dengan pengguna aktif yang mencapai 10.000 orang perhari. Penyedia jasa juga bertambah menjadi 100 orang, yang bukan saja hanya dari sekitar kampus UJeK, tapi sudah merembet ke Depok dan masuk ke Jakarta Timur. Setiap hari kami melayani 2-3 orang yang ingin bergabung menjadi penyedia layanan.

Dengan total pengguna aktif yang mencapai 10.000 orang, itu berarti masing-masing dari kami harus melayanni 2.000 orang setiap harinya. Kami kerja dari pagi sampai malam, tetap saja tidak cukup, meskipun kami hanya tidur 2-3 jam setiap harinya dan terus berlangsung selama 2 bulan belakangan ini.

Inilah yang membuat kesehatan kami terserang dan tenaga kami terkuras habis. Meskipun vitamin tak lupa kami beli, tapi penyakit tetap datang dan penyakit itu menyerang bagian penting dari grup ini, Rifa. Padahal pak Ono sudah meminta kami untuk membuat proposal yang akan diberikan kepada investor dan Rifa lah yang bertanggung jawab atas itu.

Rifa pingsan ketika sedang ada perkuliahan di kampus. Rifa berada dalam mata kuliah yang sama bersama dengan Johan yaitu Jaringan Komputer, seadngkan aku, Yanti, dan Akbar pada mata kuliah yang lain yaitu Data Science. Setelah beres kuliah, kami bergegas ke rumah sakit melihat kondisi Rifa.

Begitu kami sampai di rumah sakit, disana sudah ada ayah Rifa. Ayah Rifa bekerja sebagai PNS di Pemda Jakarta, dia ke rumah sakit masih menggunakan seragam dinasnya. Terlihat kekhawatiran yang begitu mendalam di wajah Ayah Rifa. Dia langsung menghampiri kami begitu melihat kedatangan kami berempat.

"Om ," sapa kami berempat.

"Ya," jawabnya singkat.

"Kalian apakan anak saya? Saya tahu dia selalu pulang malam, kurang tidur, IPK nya juga turun, bahkan sekarang sampai masuk rumah sakit," ucap ayah Rifa.

Kami beremat yang tak menyangka mendapat pertanyaan seperti itu dari ayahnya Rifa hanya bengong termangu dan tertunduk diam dimarahi.

"Saya mati-matian kerja, supaya anak saya bisa kuliah yang bener, IPKnya bagus, terus dapat diterima kerja di perusahaan yang besar, bukannya malah main perusahaan-perusahaan macam ini," lanjut ayah Rifa marah.

Mendengar kata main perusahaan-perusahaan, Akbar dan Johan tersingggung kerja kerasnya hanya dikatakan mainan, tetapi aku menahan mereka berdua dan membiarkan ayah Rifa mengungkapkan kemarahannya.

"Apa yang kalian dapatkan? Uang? Gak kan. Kalian gak dapat apa-apa. Terus sekarang kalau terjadi apa-apa sama Rifa, siapa yang repot? Saya juga kan," ucap Ayah Rifa.

Ayah Rifa terus-menerus marah ke kami dan hanya kami jawab maaf sambil terus tertunduk diam. Puas marah-marah ke kami, dia kembali duduk di kursi ruang tunggu pasien.

Tak lama berselang seorang dokter keluar ruangan.

"Rifa tak apa-apa, dia terkena typhus dan kurang istirahat. Jadi dia hanya butuh istirahat. Untuk sekarang ini biarkan Rifa sendiri dulu untuk istirahat, besok baru boleh dikunjungi," ucap dokter.

Mendengar ucapan dokter bahwa Rifa tak apa-apa, kami berempat senang, tapi sadar akan adanya pekerjaan terkait ENTRING, kami pun mohon izin pulang kepada ayahnya Rifa.

"Om, kami pulang dulu ya. Besok kami kemari lagi," pamit gua.

"Gak usah. Kalian gak usah kemari dan ga usah deket-deket lagi sama Rifa," ucap ayah Rifa.

Mendengar ucapan itu, kami berlima buru-buru pergi dari rumah sakit.

Kembali (END) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang