Bersama

17 4 0
                                    

"Pokoknya lo harus segera pindah dari kostan laknat itu," ucap gua.

"Gua juga maunya gitu, Ya, tapi kan gua udah jelasin dari awal sama lo, gua itu gak punya duit. Gua udah nyari kost-kostan di sekitar kampus kita ini, ya itu kostan paling murah," jawab June.

"Ya lo mau disitu terus? Siapa yang bisa menjamin keselamatan lo kalo lo tetap disana?" desak gua.

Helaan nafas panjang dari June terdengar hingga telinga gua. Sebenernya gua juga gak bisa berbuat banyak bagi June, tetapi ada perasaan di diri gua yang mendorong gua untuk terus berada disampingnya, mendukungnya.

Gua dan June yang kehabisan ide dan solusi atas masalah ini akhirnya hanya bisa terdiam. Suara burung-burung berkicauan dan kokokan ayam tetangga yang bersahut-sahutan seolah ikut mencari solusi dari masalah kita.

Gua memandang June lamat-lamat, tiba-tiba ide gila muncul di kepala gua.

"Kita cari kostan yang campur. Gua bakal pindah juga sekostan sama lo, gak sekamar, yang penting satu atap. Gua yang bakal ngelindungin lo, gua yang bakal jaga lo. Kalo harus nambah biaya dari harga kostan lo yang lama, kita cari kerjaan. Kampus kita ini terkenal, kalo kita nyari kerjaan sebagai pengajar privat atau bimbel, pasti banyak yang mau," usul gua.

"Lo gila ya? Lo bukan suami gua? Lo gak harus segininya buat gua?" tanya June heran.

Gua gak menjawab, gua hanya menggenggam erat tangan June dan akhirnya June pun mengalah. Dia ikutin saran dari gua.

Gua yang awalnya hanya suka sama dia, karena wajahnya yang cantik, gayanya yang anggun, serta sikapnya yang elegan, sekarang mulai berubah. Mendengar setiap detil dari kisah hidupnya membuat gua menjadi kagum dan perasaan suka itu berubah menjadi cinta. Ya cinta, meskipun ini bukan cinta pertama gua, tetapi rasanya lebih kuat dan lebih dalam.

Selama seminggu kita mencari kostan yang layak buat dihuni oleh June dan akhirnya ketemu. Harganya emang agak mahal, tetapi dengan ini gua yakin June gak akan diganggu lagi. Uang saku beasiswa June jelas gak cukup buat ngekost disini, jadi gua tambahin dari uang transferan ibu gua. June awalnya menolak, tetapi gua bersikeras, dan akhirnya dia terima dengan syarat.

"Pokoknya nanti duit ini gua ganti," ucap June bersikeras.

Gua pun hanya ngangguk mengiyakan.

June pindah lebih awal, sedangkan gua nunggu kostan gua abis. Setelah gua pindah bersama dengan June, kami berdua mencari kerja sampingan kesana, kemari, hingga akhirnya ketemu gua ngajar privat dan June ngajar bimbel.

Sebelum gajian pertama tiba, kami selalu makan berdua, bahkan saat salah satu dari kami sudah lapar dan yang lainnnya masih sibuk, kami tetap menunggu. Kami melakukan ini bukan karena romantis, tetapi karena sisa uang kami hanya cukup untuk makan satu porsi berduA setiap harisnya. Jadi kami beli nasi padang dengan porsi nasi yang besar untuk kami makan berdua, dengan lauk yang ala kadarnya.

Halangan, rintangan, dan segala cobaan, membuat kedekatan antara gua dan June semakin erat.

Kembali (END) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang