Nikah

23 4 1
                                    

"Itu juga yang pertama kali bagi gua," ucap June.

"Makanya gua bingung banget harus bersikap bagaimana dan ngomong apa sama lo pas di pagi harinya. Jadi biar gak akward banget, gua usir deh lo kayak gitu. Maaf ya bikin lo salah paham," jelas June.

Gua merasa bersalah setelah mendengar penjelasan June. Gua yang laki-laki aja bingung, apalagi dia. Harusnya gua yang mulai mencairkan suasa terlebih dahulu, biar gak akward kayak gini. Akhirnya gua peluk June erat dan gua cium mesra bibirnya.

Malam itu kami melakukannya lagi dan terus menerus di malam-malam selanjutnya. Sembunyi-sembunyi di tengah malam gua masuk ke kamar June dan sebelum matahari datang menyapa gua sudah kembali ke kamar gua, tidur sebentar dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

Hampir tiap hari kami melakukannya, ketika kondisi memungkinkan. Inilah yang menjadikan hubungan Gua dan June menjadi semakin erat dibandingkan sebelumnya, seperti sudah tidak ada lagi batasan antara gua dan dia, hingga sebuah masalah muncul baru beberapa bulan setelahnya.

Gua dan June mengambil tema skripsi dengan judul yang sama, biar kami berdua bisa terus sama-sama mencari sumber, mengolah data, dan bisa saling berdiskusi. Siangnya kami bareng-bareng ke perpus buat nyari sumber atau ke lab buat ngolah data atau ke ruang dosen buat bimbingan, tetapi ketika malam datang diskusi kami sudah beda arahnya.

Kami berdua seperti berada di tengah nirvana. Memang benar kata orang, wanita adalah perwujudan dari bidadari surga, yang membiarkan manusia mencicipi nikmatnya surga dunia. Kami terus melakukannya, tanpa tahu apa dampak dan akibatnya. Hingga di suatu malam, ketika June berada di tengah pelukan, dia mulai menyadari masalah yang akan datang.

"Gua udah gak dapet 2 bulan nih," ucap June.

"Maksudnya?" gua yang masih polos, gak ngerti apa masalahnya kalau ga menstruasi sampai 2 bulan.

Bukankah menstruasi mimpi buruk setiap wanita?

Perut jadi kram, melilit, dan bikin badmood kan?

"Itu tandanya gua bisa hamil bego," ucap June.

"Hah emangnya kenapa?" tanya gua yang masih gak ngerti.

"Kok lo bego banget sih? Kalau gua beneran hamil apa kata orang? Kita juga belum nikah kan, terus kuliahnya nanti gimana? Menghidupi anaknya gimana?" tanya June balik.

"Tapi itu anak gua kan?"

"Ya iyalah. Lo itu orang pertama dan gua cuma ngelakuin itu sama lo," ucap June ngegas.

Meskipun pertanyaan gua dijawab dengan pertanyaan yang justru lebih banyak lagi, tapi gua mulai paham, apa maksud dari ucapan June barusan.

"Yaudah kalau lo beneran hamil, kita nikah," ucap gua tegas.

"Lo gila ya, gua belom siap kali buat nikah. Kan dari awal gua juga udah cerita sama lo gua punya tanggungan orang tua dan adik gua. Kalau gua nikah dan punya anak gimana gua bisa bantu mereka. Terus gimana kuliah gua?" ucap June ngegas.

"Jadi lo maunya apa?" tanya gua yang kebingungan.

"Gua mau gugurin anak ini"

Kembali (END) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang