Ibu pura-pura tak melihat, membiarkan gua menghapus air mata itu dalam keheningan. Setelah lama kita berdua diam di sofa, ibu akhirnya mulai bertanya.
"Kamu gak kenapa, Ya?" tanya ibu khawatir.
"Maafin aku bu, aku udah lama gak datang berkunjung," ucap gua berkaca-kaca.
"Ibu tau kok kamu sibuk," jawab ibu tersenyum. "Kamu lagi gak ada masalah apa-apa kan?"
Gua menggeleng perlahan.
"Kalau kamu ada masalah kamu bisa kok cerita ke ibu. Ibu memang belum tentu bisa memberikan solusi buatmu, tapi ibu bisa kok jadi pendengar yang baik. Setidaknya perasaan mu bisa lega," ucap ibu seolah tahu apa yang membebani putra semata wayangnya ini.
Gua kembali menggeleng perlahan.
"Yaudah kalau gitu kamu makan, mandi, lanjut istirahat. Pasti kamu capek banget kan jalan jauh-jauh ke Bogor dari Jakarta," tutup ibu.
Aku pun menggerakkan badanku lunglai ke kamar mandi. Dinginnya air di Bogor lumayan menjadi obat untuk luka di hati dan pusing di kepala. Setelah mandi, ibu telah menyiapkan makanan kesukaan gua beserta air jahe hangat dengan uap yang mengepul-ngepul. Gua makan dengan lahap. Di Jakarta, dengan uap yang gua punya, gua bisa membeli segala jenis makanan, tapi tak pernah ada makanan yang seenak buatan ibu.
"Ya. Ibu tau dengan kesuksesan kamu sekarang ini, apalagi dengan umur semuda kamu, pasti bakal banyak godaan, halangan, rintangan, dan tantangan yang akan atau sudah datang pada mu," ucap ibu saat gua tengah makan.
Mendengar itu, gua pun langsung berhenti, bahkan sampai makanan yang ada di dalam mulut gua juga ikutan berhenti tak terkunyah. Gua heran kenapa ibu bisa tahu apa yang ada dipikiran dan membebani gua.
"Kamu gak usah kaget gitu. Naluri ibu gak pernah bohong. Ibu sudah tahu duluan, bahkan dari ekspresi wajahmu saat kamu mengetuk pintu," ucap ibu.
Ibu melanjutkan, "Kalau kamu gak mau cerita gak apa-apa. Ibu percaya kamu gak bakal macam-macam meskipun dengan kondisi mu yang sekarang ini. Ibu hanya titip pesan, setiap masalah yang datang kepadamu, hadapilah. Mau kemana pun kamu lari, masalah itu akan terus mengikutimu."
Gua mengangguk mengerti. Ucapan ibu barusan seolah menampar gua yang selama ini berlari dari masalah dengan kembali ke masa lalu. Gua merasa diriku terlalu pengecut untuk menghadapinya, jadi gua memutuskan untuk menghindar. Gua yang merasa aman ketika kembali, ternyata harus menemui masalah-masalah baru lagi, yang membuat gua terus saja kembali untuk menghindari masalah itu. Malam itu gua tidur dengan sebuah perasaan aneh di dada, penyesalan.
Tidur gua terasa tidak nyenyak, dihantui oleh mimpi yang datang dari masa lalu. Amanda yang mencampakkan gua dan June yang bicara kehamilannya. Semua itu datang silih berganti, menjadi sebuah masalah yang tak pernah terselesaikan.
Pagi itu gua bangun dan langsung mengecek handphone, ternyata sudah banyak panggilan tak terjawab dari Rifa dan pak Ono. Salah satu pesan dari Rifa yang gua baca berisi begini, "Ya cepet cek TV, beritanya ada dimana-mana."
Gua sudah tahu sebenarnya berita macam apa yang bakal muncul di TV. Gua bangun dari kasur menuju ruang keluarga dan menyalakan TV.
"Dua orang pengusaha muda, Johan dan Yanti, tertangkap razia di diskotek sedang menggunakan narkoba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali (END) (SELESAI)
RomanceLife Must Go On. Hidup harus terus berlanjut, tetapi Arya terus terjebak pada masa lalu. Hingga dia memiliki kesempatan untuk kembali dan merubahnya, dia terus menerus kembali untuk merubah hidupnya. Dia berharap menjadi sempurna, tetapi dibalik it...