Buat yang belum, jangan lupa follow dulu ya.
Happy Reading.
------------------------------------------------------Kebanyakan orang mengilustrasikan senja dengan langit berwarna kuning, orange, atau bahkan merah keemasan. Kala itu, matahari yang perlahan terbenam mengalami suatu kejadian yang menurut Steven Ackerman, profesor meteorologi dari University of Wisconsin, disebut dengan fenomena scattering atau pemendaran cahaya.
Saat posisi matahari rendah dicakrawala, maka gelombangnya lebih panjang. Hal itu membuat warna biru keluar dari garis pandang mata. Sementara warna-warna lain seperti kuning, orange, dan merah terus menuju mata.
Sama hal nya dengan waktu fajar. Kurang lebih sekitar jam enam pagi, Syafa yang tengah berdiri di tengah lapangan basket dari sekolah tempat ia bersekolah selama satu semester dulu, ia menemukan warna merah di upuk timur langit.
Wanita itu tersenyum. Menikmati keegoisan warna merah yang memiliki panjang gelombang terpanjang dari setiap cahaya yang tampak. Ya, Syafa berfikir warna merah adalah warna yang egois. Lintasannya yang sangat panjang melewati atmosfer sendirian. Menghalangi semua warna lainnya, dan menunjukan warnanya sendiri dengan bangga. Sangat egois.
"Tapi sangat indah," gumamnya pelan. Bibirnya menyabit, menunjukan kekaguman akan langit yang merah keemasan di angkasa.
Tiba-tiba bayangan dirinya sebelas tahun lalu lewat tepat dihadapan. Dia teringat kejadian menyebalkan sekaligus mengesankan yang tak pernah ia lupakan. Kejadian yang pertama kali mempertemukannya dengan seseorang.
"Woy! Awas bola!" teriak seorang lelaki, membuat Syafa muda yang tengah berdiri di tengah lapangan refleks memutar tubuh menuju arah sumber suara.
Jantungnya serentak seolah berhenti berdetak ketika melihat bola basket berwarna orange siap menghantam wajahnya. Dan bodohnya lagi, kedua kakinya pun seolah lupa dengan cara melangkah. Saat itu ia berdiri terpaku, siap menerima kecupan berdarah dari bola basket yang berat dan bergerak dengan kecepatan lebih dari 50 km/jam.
Puk.
Tiba-tiba seorang lelaki berpostur tinggi berhasil menangkap bola tersebut. Menyelamatkannya dari kesialan. Namun, Syafa yang terlanjur syok, lemas terkulai duduk di atas lantai lapangan.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya lelaki berambut bowl cut, sambil jongkok di samping Syafa dan tersenyum padanya.
"Oh, yaaa... Aku tidak apa-apa." jawab Syafa sambil membalas senyuman. Terpesona. Satu kata itu cukup mewakili semua ekspresi yang di tunjukan Syafa pada lelaki tampan dihadapannya.
"Siswa baru, ya? Kenalkan, saya..."
"Woy! Dasar manja! Kena juga engga sama bola! Ngapain duduk di lapangan?!" Tiba-tiba lelaki yang diduga pemilik bola basket tersebut memotong pembicaraan. Ya, sudah Syafa duga. Orang itu adalah Laki. Lelaki paling menyebalkan di kelas.
"Bolanya, Kak Bara. Oh, sekalian berani gak nih lanjutin duel kemarin? Ayo, kita lanjut sekarang," tantang Laki sambil melingkarkan lengan di bahu Bara dan mengajaknya meninggalkan Syafa sendirian.
Bara.
Saat itu Syafa muda menyimpan nama tersebut di tempat yang spesial. Di pikiran dan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife My Assistant -On going
RomanceNovel ini menceritakan tentang seorang Laki Abrisam Gardia, penyanyi religi tersohor di Indonesia, yang mengemban title King Of Antouchable singer. Pada saat kuliah S-2, dia dipertemukan kembali dengan seorang Mahreen Shafana Khumairoh, teman peremp...