7~Merajut Benang Kusut

133 29 62
                                    

Ini bukan tentang cinta antara kamu dan aku. Bukan tentang kemesraan palsu yang kamu ciptakan dalam paggungku.

Ini tentang sebuah pengobat rindu.
Penawar dahaga atas kasih sayang dari dua sosok berharga yang tak lagi hadir dalam hidupku.

Biar aku saja yang tau, bahwa raguku sedikit meluruh, saat kamu bersedia membagi kasih sayang kedua orang tuamu denganku.

Terimakasih karena telah membuatku berani merajut benang kusut bersamamu.

🍁 Mahren Syafana Khumairoh🍁
------------------------------------------------------

Dari jendela kamar sebuah rumah atap berwarna corak batu bata asli, Syafa tengah sibuk memantaskan diri di depan cermin. Mencoba baju terbaik miliknya. Melemparnya ke atas tempat tidur. Mencoba yang lain, melemparnya lagi. Mencoba lagi, dan mengganti lagi. Tanpa lelah, sejak selesai shalat subuh dan mandi, wanita itu terus melakukannya.

Dia tidak yakin dengan semua baju miliknya. Tidak, lebih parah lagi. Saat itu, dia bahkan tidak yakin dengan hatinya.

Sambil sibuk memilih pakaian, kembali tereka di memori otaknya segala hal yang terjadi kemarin hingga tadi malam.

Ya, tepatnya kemarin.

Dengan langkah pasti Syafa meninggalkan Laki yang membuntutinya dibelakang. Berjalan cepat menuju motor matik pink nya yang terparkir di depan gedung WC Umum. Lalu sesampainya disana, Syafa menghentakkan kedua kaki berulang dengan jengkel. Dia menemukan kedua ban motor nya kempes.

Wanita itu berjongkok sambil menatap ban motor dengan nelangsa. Jika tidak ingat bahwa ada Laki disana, mungkin dia sudah mengumpat siapapun orang-orang yang menjahilinya itu dengan begitu tega.

"Ayo, saya antar pulang," anjur Laki tiba-tiba.

"Apa? Pulang?! Mudah sekali untukmu ya sepertinya?!" tekan Syafa sambil menatap malas Laki dengan ujung mata.

"Lho, memang mudahkan? Tinggal..."

"Lalu bagaimana dengan motor saya?! Motor ini... Ah, sudahlah. Percuma banyak bicara denganmu! Kamu tidak akan mengerti!" Syafa memotong bicara Laki, dan meluapkan semua amarah tertahannya dengan ketus.

Laki yang tengah hendak menelphone seseorang serentak menjauhkan handphone dari indra pendengar. "Apa kamu ada masalah dengan saya? Apa kehadiran saya disini salah? Ya, mungkin perkataanmu dikamar mandi tadi benar, setelah bertemu dengan saya hidupmu berkali-kali lipat lebih sulit dari sebelumnya. Semuanya jelas saya yang salah. Dengan membawamu ke hotel, itu salah saya. Memasuki kamarmu itu juga salah saya. Tapi justru karena itu, justru karena saya tau semua kekacauan ini adalah efek dari perbuatan saya, makanya saya tidak bisa tinggal diam."

Untuk sesaat Laki menghentikan bicaranya. Dan Syafa hanya membisu. Dia tidak mengira Laki mendengar apa yang dia ucapkan saat masih terkunci dalam kamar mandi tadi.

"Sebenarnya saya bisa saja mengabaikan mu. Mengabaikan semuanya. Gosip ini tidak akan mempengaruhi hidup saya, atau keluarga saya. Tidak sedikitpun Syafa. Bahkan sampai sekarang tidak ada yang berani menyentuh saya, sebagaimana penasarannyapun mereka sama saya. Tapi kamu. Sekalinya kamu menunjukan batang hidungmu di kawasan umun, apa saja yang sudah dialami olehmu? Hm? Kamu sudah dilempari telor, di kunci di kamar mandi, bahkan ban motormu... Entah kesialan apalagi yang mungkin menimpamu, saya tidak sanggup membayangkannya. Dan hal itu disebabkan oleh saya! Saya tidak bisa Syafa. Sayangnya saya tidak bisa tinggal diam dan mengabaikannya begitu saja ketika akar permasalahannya adalah saya."

My Wife My Assistant -On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang