18~ Wanita Bergaun Darah

115 15 10
                                    

"Kamu tidak akan pernah bisa marah sama saya," ucap Laki sambil menyabitkan senyuman.

Syafa diam. Jangankan menanggapi ucapan Laki, menelan makanan dalam mulutnyapun membutuhkan usaha yang keras. Usapan lembut jemari Laki di ujung bibirnya seolah terjadi tanpa henti. Berulang dimemori otak Syafa. Ditambah suguhan senyuman menawan Laki untuknya, sungguh hal itu membuat lidahnya kelu, speechless. ah... Tunggu, bagaimana raut wajahku sekarang? Apa tengah terlihat bodoh sambil menatap penuh harap padanya? Tidak! Jangan sampai! Tolong sadarlah Syafa!!! Syafa memaki dirinya sendiri dalam hati.

"Siapa bilang. Bukannya kamu juga tau dari dulu sifatku pemarah. Sampai kapanpun aku bisa memarahimu sesuka hati," elak Syafa dengan nada bicara yang dibuat seangkuh-angkuhnya. Dia mengatakannya sambil menunduk. Memfokuskan matanya pada makanan enak yang dia sendiri tidak tau namanya apa.
Rupanya di akhir pertarungan batin antara ngebucin dan memperkuat pertahanan diri, Syafa berhasil kebal. Imun harga dirinya meningkat.

"Benarkah? Ya, silahkan saja marah sama saya. Nanti saya potong gaji," ancam Laki. Lelaki itu mengudarakan senyum kemenangan saat Syafa hanya bisa menatap sinis padanya tanpa melawan.

"Oh ya, memangnya tadi siang  nyari siapa?" tanya Syafa. Tiba-tiba dia teringat kembali kejadian pada saat konser.

Diam. Beberapa waktu Laki memilih untuk menahan jawaban.

"Bukan siapa-siapa," jawabnya lesu dengan raut wajah kecewa. Laki mengurungkan niat melahap makanan di sendok. Tampak dia meneguk air mineral yang tertengger di samping kanan.

Syafa menyadari ada perubahan pada raut wajah Laki. Dan hal itu malah membuatnya semakin penasaran. "Em..., ngejar mantan terindah ya?" ledek Syafa.

"Atau mengejar cinta yang pernah hilang?"

"Ah... Aku tau, pasti mengejar cinta bertepuk sebelah tangan ya? Haha..."

Laki menyimpan botol air mineral dengan keras. Membuat Syafa serentak menghentikan tawa. Sorot matanya tajam menatap Syafa. Tatapan yang seolah siap mencengkram. Menyeramkan.

"Saya hilang selera!" ketus Laki sambil melempar tisyu di atas piringnya. Lalu berdiri dan meninggalkan Syafa.

Dengan rasa sesal, tampak Syafa menggit bibir bawah. Dia bermaksud bercanda. Tapi Laki menaggapinya dengan serius.

"Marah?" tanyanya dengan sedikit meninggikan suara, Laki sudah melangkah semakin jauh.

"Kan hanya bercanda. Sensi banget. Kayak yang gak pernah candai aku saja. Laki...." rengek Syafa.

Lelaki yang di maksud tetap abai. Dia tidak menggubris rengekan Syafa.

"Laki... Serius marah? Harusnya sebelum marah bantu dulu ngeberesin makanannya. Ini banyak banget. Laki!"

"Apa?! Apa?! " potong Laki. Dia yang mood nya rusak semakin jengkel mendengar ocehan Syafa.

Syafa menelan saliva. Bentakan Laki membuatnya salah tingkah. Kenapa jadi serba salah sih... rutuknya.

"Tidak. Silahkan kalau mau tidur. Biar ini aku yang beresin," cicit Syafa. Lelaki itu benar-benar lagi kesurupan makhluk halus jahat. Auranya negatif. Sabar Syafa.

"Uuuhhhh... Anak siapa sebenarnya lelaki yang menikahiku ini ya Allah?! Beneran harus nelpon Ami! Ami harus ngasih tau yang sebenarnya sama aku, bahwasannya Laki bukan anak kandung Ami sama Abi! Gak ada sedikitpun sifatnya yang mirip sama Ami dan Abi! Ami sama Abi penyabar, baik, soleh dan solehah, dia?! Uh!! Naudzubillah!!!" Setelah Laki berlalu memasuki kamarnya, sambil membereskan makanan Syafa menggerutu sesuka hati. Dia jengkel sendiri. Hidup bersama Laki seperti tengah naik roller coaster. Main hati terus. Kadang dibuat naik melambung, lalu tiba-tiba dihempas hingga titik terendah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Wife My Assistant -On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang