Kaca Mata

1.4K 131 17
                                    

○○○
*Arka Point Of View

Gue bingung kayanya ada yang hilang tapi gue gak ngerti apa. Semenjak kejadian di damri gue jadi gak enak hati sama Pipin. Gue merasa semuanya akan baik-baik saja. Karena setelah berpisah dengan Asti gue masih bisa berdiri dan baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang gue ngerasa ada yang hilang.

Gue merasa jadi pengecut. Gue mencoba memenuhi janji gue ke bokapnya Asti, sementara gue gak bisa memenuhi janji gue sama Pipin. Kegiatan gue di BEM udah mau beres, karena tinggal menghitung hari menuju reses. Apa karena kesibukan gue berkurang?

Bahkan gue dan Pipin kaya orang gak kenal. Walau tiap papasan dia gak ngehindari gue, tapi gue bisa lihat dari tatapannya. Sorot matanya gak kaya dulu lagi. Gue bisa merasakan dia lebih dingin sekarang. Padahal gue selalu terhibur dengan sikapnya yang hangat dan ceria.

Gue berjalan menuju parkiran dekanat. Dimana parkiran ini dekat dengan pintu belakang perpustakaan fakultas. Saat gue menatap pintu, gue bisa melihat Pipin keluar. Tapi, dia gak sendiri ada Azka dibelakangnya. Entah kenapa gue gak nyaman melihat mereka bersama. Apalagi gue tahu gimana perasaan Azka sama Pipin.

Dia terlihat menggerutu dan berdebat dengan Azka. Tapi gue bisa melihat kehangatan dan binar dimatanya. Lalu dia menatap gue, raut wajahnya berubah seketika. Sorot matanya meredup dan terlihat dingin. Azka berjalan mendekati gue. Mata gue mengikuti langkah dia.

"Kang boleh minjem helm?"ujarnya ketika sampai dihadapan gue sambil menatap helm putih yang berada di jok belakang gue.

"Buat siapa ka?"tanya gue, padahal gue udah tau buat siapa.

"Pipin kang."ujarnya tegas.

Gue memberikan helm putih itu. Azka menerima helm itu. Lalu menatap gue.

"Kang Arka tenang aja, sekarang yang bertugas anter jemput dia gue."

Pernyataannya entah kenapa membuat gue kesal. Padahal gue jarang banget terprovokasi. Gue balas menatapnya.

"Helm ini, bilangin Pipin gue baru mau nerima kalau dia yang ngembaliin sendiri."ujar gue sambil sedikit mengusap helm putih yang sedang Azka pegang.

"Kalau gue yang ngembaliin?"tanya dia menyebalkan.

"Gak gue terima."jawab gue titik.

"Buat gue dong kalau gituh.."Azka tersenyum mengesalkan.

"Azka.. gue gak pernah bilang gue ngasih helm ini buat loe. Gue cuman mau pinjemin, dan karena pipin yang pake gue maunya dia yang ngembaliin.. jelas?"

"Iya kang nanti gue bilangin pipin.."ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Lalu pergi menghampiri Pipin yang menunggu didekat motor Azka.

Pipin terlihat menggerutu tapi Azka malah memakaikan helm putih itu dikepalanya. Gue merapatkan rahang-rahang gue. Tanpa menunggu lama gue segera memakai helm dan menaiki motor. Di balik helm gue bisa melihat Pipin kearah gue, kali ini bukan tatapan dingin melainkan nanar.

○○○
*Pipin Point Of View

Gue turun dari motor setelah motor Azka terparkir didepan rumah gue. Saat gue akan melepas helm ini Azka menyalakan mesin motornya.

"Loe balikin sendiri ke Kang Arka ya pin.."ujarnya sambil pergi begitu saja.

Gue menatap helm putih ditangan gue. Lalu menatap Azka yang sudah hilang. Azka sialaann..

Gue berjalan lunglai masuk ke rumah, lalu masuk kedalam kamar dan terbaring dikasur, lelah. Gue menatap helm putih itu disamping gue, seketika kenangan dengan orang itu membayangi. Bahkan berusaha dengan fangirlingan gak cukup mampu ngehapus dia dari kepala bahkan hati gue. Padahal apa yang dia lakuin ke gue gak termaafkan.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang