"Boleh kang." Entah kenapa gue mengiyakan ajakan itu.
Akhirnya gue dan Kang Arka berjalan beriringan menuju Mall yang berada diseberang toko buku ini. Dia mengajak gue menuju parkiran lalu memberikan helm putih seperti biasa. Dengan berat hati gue menerima helm tersebut.
Setelah sampai di mall tersebut gue berjalan beriringan menaiki eskalator.
"Emang pacarnya mau dibeliin apa kang?"
"Nah itu kenapa gue ajak loe, soalnya gue bingung mau ngasih apa." Jawabnya sambil terlihat berpikir.
"Boneka?"
"Udah keseringan.."
"Jam tangan?"
"Udah pernah juga.."
"Kira-kira pacar Akang sekarang lagi butuh apa?"
"Gak mungkin dong gue nanya dia pin, malah ketauan nanti."
Ternyata Kang Arka orangnya ribet juga ya. Selain itu orangnya cukup royal kalau buat orang yang dia sayang. Andai aja gue ada diposisi ceweknya. Gue mikir apa sih.
"Emang lagi sibuk apa sekarang kang?"
"Siapa pin?"
"Ya pacarnya..."ujar gue sedikit kesal.
"Bercanda pin, bisa marah juga loe. Dia lagi sibuk mau KP pin." Jawabnya sambil terkekeh.
"Anak biologi kan biasanya kalau KP ke hutan kan ya Kang? Beliin aja sepatu atau jaket atau topi misalnya."jawab gue.
"Wah bener juga pin, gak salah gue ngajakin loe."
Gue melirik jam tangan gue, dan memainkan handphone ditangan. Kami memasuki sebuah toko khusus peralatan hiking dari tas, jaket, topi dan sepatu tersedia disini. Tiba-tiba suara dering handphone ditangan gue menyala.
Baru kali ini suruhan pulang dari nyokap, serasa seperti nyanyian merdu semerdu suara Raisya. Asik, gue punya alasan buat pulang kalau gituh. Gue mendekati Kang Arka.
"Kang gue udah disuruh pulang sama nyokap."
Kang Arka menatap kearah gue terlihat kecewa.
"Kalau gituh gue anterin loe pulang gimana? Gue tinggal bayar udah dapet kok barangnya." Jawabannya adalah jawaban yang gak gue ingin denger.
"Masa udah dapet? Awas loh nanti kalau gak cocok gimana? Gue bisa naik gojek kang."
"Seriusan pin?'
"Serius.. kang. Gue duluan ya." Ujar gue sambil berbalik pergi, tanpa menunggu jawaban orang dibelakang gue.
***
Rapat panitia inti hari ini selesai dengan pembahasan fixasi KG atau konsep global. Gak kerasa udah tiga kali rapat dan gue masih bisa bertahan. Minggu kemarin gue harus nginep di kostannya Aqila, soalnya Kang Arka gak bias hadir, yang artinya gue gak punya tebengan pulang. Mungkin dia lagi memuluskan rencananya buat ngerayain ulang tahun cewek nya?
Tapi hari dia bisa hadir walau di saat-saat terakhir rapat. Gue sedikit kecewa dengan kehadirannya. Karena udah lebih dari seminggu ini gue gak ketemu atau papasan sama dia. Dan gue udah mulai sedikit melupakan dia. Tapi kenapa disaat gue hampir gak inget dia, malah dia seenaknya datang.
Gue menalikan sepatu lalu berdiri dan menengok ke kanan dan ke kiri. Gue udah kaya buronan aja. Aqila masih mengobrol dengan Kang Arka di ruang himpunan. Ini kesempatan gue buat kabur. Gue lebih memilih jalan lumayan jauh buat naik travel, gak peduli juga uang gue habis. Dari pada hati gue yang habis
Setelah sedikit berbasa-basi dan pamitan dengan yang lain gue segera berjalan, tempo jalan gue asalnya lambat lalu gue ubah dengan mode cepat mungkin gue hampir lari. Pokoknya gue gak boleh deket sama orang itu. Saat mendengar suara mesin motor yang biasanya berasal dari motor gede, gue malah jadi lari.
Gue berlari dan terus berlari tanpa melihat kebelakang. Setelah sampai digerbang lama gue berjalan ke arah pinggir trotoar yang disampingnya berjajar kios-kios yang dominan sudah tutup. Disini gue bisa berjalan tenang karena motor gak mungkin bisa masuk, ada tembok lumayan tinggi menutupi akses trotoar ini kesamping jalan.
Namun keberuntungan gak memihak gue ternyata. Saat gue mau nyebrang, motor hitam besar sudah terparkir disebrang jalan, terlihat seperti menunggu. Gue gak mungkin kabur lagi, malah buat lebih curiga. Gue mencoba gak menghiraukan orang itu. Gue terus berjalan, dan motor itu ikut bergerak pelan mengikuti gue dari belakang.
"Ehm.."
Gue denger seseorang berdeham disamping gue. Untungnya gue pake earphone jadi gue bisa pura-pura gak denger. Walau nyatanya gue gak nyalain lagu di handphone gue.
"Pin.."motor gede itu menghadang jalan gue.
Gue masih pura-pura gak denger dan terus jalan sambil membungkuk pertanda permisi. Namun sebuah helm putih sudah disodorkan ke arah gue. Dengan malas gue menatap orang dihadapan gue. Saatnya berakting pin.
"Eh Kang Arka kirain siapa?"
"Gue tadi nyariin loe pin terus nungguin loe."ujarnya.
"Apaan kang? Aduh maaf Pipin pake earphone."ujar gue sambil melepaskan earphone.
"ini helm loe, ayo pulang bareng pin gak bagus cewek pulang sendiri."
"Pipin rencananya mau naik travel biar bisa tidur hehe.." jawab gue mencari alas an.
"Mending loe naik motor sama gue pin biar cepet nyampe. Kalau jumat biasanya gerbang tol Pasteur macet pin."
"Gue udah sering ngerepotin nih kang, gak enak." Ini memang jujur.
"Kemarin juga gue udah ngerepotin loe kan buat beli hadiah, anggep aja kita impas." Ujarnya sambil memakaikan helm dikepala gue.
Kalau udah kaya gini mana bisa gue tolak. Memang cewek itu lemah ya. Biasanya gue gak gini. Gue akhirnya naik motor gede itu. Dan bodohnya karena helmnya langsung dipakein sama yang punya gue lupa pasang earphone.
"Thanks ya pin, cewek gue seneng banget waktu gue kasih jaket buat KP."
"Sukses dong kang?"
"Iya nih berkat loe."
Gue antara tersanjung dan bingung karena saat itu gue diantara senang dan sedih.
"Syukur deh."
"Gue boncengin loe tiap jumat, cowok loe gakkan marah pin?"
"Lah kebalik, pipin kan jomblo. Harusnya pipin nanya emangnya cewek akang gak marah."
"Loe jomblo pin? Masa sih?"
"Kenapa, jomblo emangnya sehina itu ya?"
"Maksud gue bukan gituh pin. Tipe-tipe cewek kaya loe masa sih gak ada yang mau."
"Pipin emang gak boleh pacaran lagi kang, sama nyokap."
"Serius? Gak nyoba backstreet?"
"Ridho Allah Ridho orang tua.. gak lah itu kan bohong."
"Wadaw agamis banget anaknya, jadi loe berprinsip langsung nikah gituh pin?"
"Emang akang pacaran gak pernah ada pikiran kesana?"
"Maksud loe?"
"Percuma aja gituh kang kalau menurut Pipin ya, misal menjalin hubungan yang tapi gak punya tujuan, cuman main-main doing. Kayak buat apa gituh, buang waktu, buang duit, kalau jodoh nikah syukur. Kalau nggak? Kalau nikahnya sama orang lain? Rasanya kaya jagain jodoh orang aja kan. "
"Menurut loe pacaran itu sia-sia pin?"
"Hm.. menurut pipin kalau akhirnya gak menikah buat apa kang. Kalau mau dibilang sia-sia emang iya. Semua uang yang kita keluarin, semua barang yang kita beli buat dia, waktu yang kita habisin sama dia, kalau nyatanya hidup dia gak sama kita sampai akhir hidup kita buat apa? Yang ada malah kenangan, dan itu bukan suatu hal menyenangkan untuk dikenang."
"Masalahnya menikah itu komitmen yang berat, serius gak mudah."
"Tapi indah kang."
Kami sama-sama terdiam hingga sampai depan gerbang rumah
To Be Continued
KP = Kuliah Lapangan
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga
RomanceSUDAH TERBIT! YUK PESAN HARD COPY NYA! LINK PEMESANAN DI PROFILE YA TAMAT "Mereka itu cocok banget ya.." "Gue denger mereka pacaran dari SMP loh." "Wah gila sih lama banget ya.. pantes chemistry nya dapet." "Serasi bangetkan?" "Bisa ya langgeng samp...