"Iya pin.." Kang Arka mengangguk."Kok bisa... maksud pipin.. kenapa bisa?"gue bertanya-tanya.
Kang Arka hanya menggeleng dan menganggkat kedua bahunya tanda tidak tahu. Dia terlihat menghela nafas, lelah.
"Pantes.. ibu ngelarang pipin pacaran..."ujar gue menerawang, tanpa sadar.
"Maksud loe gak boleh pacaran?" Kang Arka menatap gue.
"Gimana ya, jadi pipin tuh dilarang pacaran sama Ibu dan bapak Kang. Salah satu alasannya ya tadi. Tapi ini bukan maksud ke Kang Arka ya.."ujar gue mencoba tidak menyinggung.
"Jadi loe gak boleh pacaran pin?"tanya Kang Arka, dia menyenderkan punggung ke kursi.
"Iya kang gak boleh.."jawab gue jujur.
"Emang mereka gak takut nanti loe susah dapet jodoh?"
"Ya..." Gue sedikit terdiam, lalu menghela nafas "paling dijodohin.."
"Terus loe mau aja gituh?" Kang Arka sedikit terkejut.
"Kenapa gak kalau orang nya baik?" jawab gue cuek.
"Emang loe gak punya ekspetasi pendamping hidup loe kaya gimana kedepannya apa?" Kang Arka makin terlihat terkejut.
"Bukannya pipin gak mau berekspetasi kang, tapi ketika pipin berekspetasi Tuhan selalu punya rencana lain yang selalu jauh dari ekspetasi pipin.." gue sedikit terdiam "Jadi pipin nganggep nya kejutan, apapun yang terjadi di hidup Pipin adalah anugerah dan kejutan dari Tuhan. Termasuk kenal dan akrab sama Kang Arka.." jelas gue sambil tersenyum.
"Loe juga kejutan di hidup gue pin.."ujar nya terdengar serius.
"Please Kang stop buat pipin baper yaa.."gue mencoba mengelak.
"Gue gak bermaksud begitu pin, cuman apa yang loe katakan pada akhirnya itu benar."
"Maksudnya kang?"gue menyimpan sendok eskrim di gelas nya.
"Loe benar tentang jagain jodoh orang, selama tujuh tahun gue bareng Asti akhirnya gue gak sama dia." terlihat raut penyesalan di wajah Kang Arka.
"Pipin ngerti kok, pasti Kang Arka nyesel kan kenapa gak dari awal buat serius sama Teh Asti, maksud Pipin tunangan atau nikah gituh?"
Dia tidak menjawab dan terlihat diam dan menghela nafas. Gue paham ternyata sampai sekarang pun meski dia pernah di khianati, rasa itu masih ada. Gue mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam.
"Tau gak pin, gue pertama kali tau dia hamil saat diesnatalis MIPA. Loe sama Aqila ada disana waktu Asti dan Lucky berantem."
Gue inget banget saat itu, rasanya sakit banget liat Kang Arka ngejar Teh Asti. Dan gue menangis dipelukan Aqila.
"Terus paginya waktu dia mau ngajak ngomong berdua sama gue.."
Ini saat gue gak sengaja nyembur air ke Kang Arka, dan tiba-tiba teh Asti dateng.
"Iya kang.."ujar gue.
"Dia minta tolong gue buat anter dia ketemu orang tuanya membicarakan masalah ini, karena orang tuanya mempercayakan dia sama gue pin. Rasanya saat tau dia hamil gue jadi laki-laki yang gagal."
Gue bisa melihat penyesalan di wajah Kang Arka. Sejujurnya gue iba, gue sedih ternyata sedalam itu perasaan dia sama Teh Asti. Sekarang gue bener-bener yakin bahwa gue cuman persimpangan dan tempat pelarian buat dia.
"Kenapa gak Kang Arka aja yang nikahin teh Asti?"tanya gue jujur.
"Kenapa loe nanya kaya gituh Pin?"
"Karena Kang Arka masih punya perasaan sama Teh Asti."sahut gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga
RomanceSUDAH TERBIT! YUK PESAN HARD COPY NYA! LINK PEMESANAN DI PROFILE YA TAMAT "Mereka itu cocok banget ya.." "Gue denger mereka pacaran dari SMP loh." "Wah gila sih lama banget ya.. pantes chemistry nya dapet." "Serasi bangetkan?" "Bisa ya langgeng samp...