Ditembak?

1.7K 146 10
                                    

Gue membulatkan mata gue melihat orang disebrang gue sedikit kebasahan. Segera gue mengeluarkan tisu dari dalam tas.

"Maafin pipin.. kang aduuh.. gak sengaja.."ujar gue sambil mengelap lengan tangan orang itu karena kebasahan.

Orang itu-Kang Arka terlihat menahan tawa. Lalu tertawa lepas pada akhirnya. Dia mengambil tisu ditangan gue lalu mengelap bajunya.

"Pin.. pipin.. gue lamar kayanya pingsan deh nanti.."ujar nya.

Gue membeku seketika mendengar ucapannya. Gue gak salah dengerkan? Lamar? Gue dilamar Kang Arka?

Tiba-tiba kami terinterupsi karena kehadiran seseorang. Yap, tepat. Teh Asti, dia sudah berdiri dipinggir meja kami, ingat kami ya bukan kita karena dia gak termasuk. Astaga kok gue malah kaya orang jahat sih.

"Arka, aku mau ngomong berdua sama kamu? Bisa?"ujar nya sambil tersenyum menatap Kang Arka dan gue.

Yap, dia tersenyum ramah sama gue. Gue ngerasa jadi pemeran antagonis disini.

"Boleh As.."jawab Kang Arka sambil melihat gue, seperti meyakinkan sesuatu.

Gue pura-pura melihat jam ditangan gue. Lalu menatap orang didepan gue, gue berdiri sedikit tergesa sambil memasukan botol minum ke dalam tas. Pandangan Kang Arka terlihat mengikuti irama badan gue dan dia terlihat tersenyum simpul.

"Pipin bentar lagi ada kelas kang, duluan ya.. duluan teh.."ujar gue mencoba tersenyum (walau pahit) kepada mereka.

Kang Arka dan Teh Asti membalas senyum gue. Gue berjalan menjauhi mereka. Setelah agak jauh gue melirik kearah mereka. Terlihat Teh Asti sudah duduk dibangku yang tadi gue tempati. Kang Arka menatapnya tajam dan dalam.

Gue mendadak lesu saat itu. Ternyata mereka masih manggil satu sama lain aku-kamu. Oke, ini sepele. Tapi entah kenapa gue sedikit gak rela ya?

Saat didepan jurusan gue melihat Aqila turun dari sebuah motor yang gak asing dimata gue. Senyum jahil sudah terpatri dibibir. Gue mengagetkan dia dari belakang.

"Dorrr!"ujar gue sambil menepuk bahunya keras.

"Kageett Pipiinn.."sahut dia kesal.

"Cieee official ya sekarang..."goda gue.

"Apaan sih jangan asal mengambil kesimpulan kalii.."ujar Aqila sambil berjalan cepat berusaha meninggalkan gue.

"Ciee.. ciee.."goda gue.

Kita berdua sama-sama masuk kelas.

***
Kita (gue dan Aqila) sudah berada diperpustakaan mengerjakan tugas kelompok. Gue bisa merasakan beberapa pasang mata melirik gue cukup tajam. Cukup membuat Aqila menyadari hal itu.

"Loe ada masalah apa sama mereka Pin?"tanya Aqila.

"Hah? Siapaa?"gue heran.

Aqila menunjuk kumpulan perempuan berjaket himpunan kimia dan biologi dengan matanya. Gue membalas tatapan mereka yang terlihat menatap gue tajam juga penasaran.

"Idih kenal juga nggak Qil.."jawab gue.

"Memang susah ya deket cowok yang punya banyak fans.."ujar Aqila sambil menepuk bahu kiri gue tanda prihatin.

"Siapaa? Gue gak lagi deket cowok.."ujar gue berbohong.

"Muna loe.. padahal tiap hari dianter-jemput sama Kang Arka.." ujar Aqila.

"Tau darimana Qil.. ih jangan asal ambil kesimpulan loe.."ujar gue mengejeknya dengan mengikuti kalimat yang dia ucapkan kemarin.

"Kemarin ya ada anak angkatan kita yang liat loe turun dari motor Kang Arka, mana sarapan bareng. Eh bener aja tadi pagi waktu masuk gerlam gue liat loe dibonceng Kang Arka."Aqila menjelaskan panjang lebar, membuat gue gak bisa berkutik.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang