Cegukan

1.7K 138 6
                                    

"Arka temennya ajak masuk..."ujar seseorang tidak jauh dari kami.

"Iya kak bentar.."sahut Kang Arka.

Kakak? Ah iya, Kang Arka kan pernah cerita punya keponakan dari kakaknya. Tiba-tiba Kang Arka menarik gue mengikuti Kakaknya yang sudah berjalan masuk rumahnya. Gue dengan begonya ikut melangkah mengikuti dari belakang. Akhirnya gue menguasai diri gue kembali lalu menghentikan langkah gue. Kang Arka akhirnya melihat kearah gue. Gue memandang dia dan menggelengkan kepala dengan wajah memelas.

"Pipin pulang aja ya.."ujar gue.

Kang Arka membalas dengan menatap gue menyelidik. Dia melepaskan pegangannya lalu berdiri tepat dihadapan gue. "Pin, kakak gue udah nyuruh loe masuk, kok loe nolak sih, nanti didalem gue harus jelasin apa kalau loe pulang.."

Gue mengetuk kaki gue dengan terburu-buru tanda cemas. Lalu melipat kedua lengan gue didada. "Bilang aja Pipin pulang kang..."

"Gak bisa gituh dong pin. Gimana kalau keluarga gue nyangka gue udah jahatin loe, sampai loe gak mau masuk rumah gue.."ujarnya lagi dengan nada kecewa.

"Masa sih keluarganya gituh...."gue malah keheranan. Kang Arka tidak menjawab tapi menatap gue dengan memelas. Gue jadi kasian sekaligus gemas melihatnya.

Tiba-tiba seseorang sedang menggendong bayi keluar dari pagar, ini yang pasti bukan kakak Kang Arka. Terlihat umurnya lebih tua dari ibu gue. Dia tersenyum ke arah kita berdua.

Anak bayi itu lucu banget. Pipinya merah matanya bulat, dia terlihat nyaman dipangkuan ibu itu. "Kata Anita, ada temen Arka ya.. masuk yu, jangan diluar dingin.."ujar nya sambil senyum keibuan.

Seakan terhipnotis akhirnya gue duduk diruang tamu rumah Kang Arka. Rummi-nama bayi itu, sudah dititipkan dan sekarang duduk dipangkuan Kang Arka. Sementara ibu Kang Arka-wanita tadi yang menggendong Rummi izin ke belakang. Rummi lucu banget gak bisa gue berlaga cuek dan cool kalau gini. Selain pria tampan, gue paling gak tahan sama bayi lucu.

"Rummi udah makan?"tanya gue gemas pada bayi disamping gue. Gue tau dengan jelas dia gak akan jawab pertanyaan gue namun hanya menatap gue dengan mata besarnya. Gue mengelus pipi bulatnya, tiba-tiba jari kecil Rummi memegang erat jari telunjuk gue dan tersenyum manis.

"Rummi mau ikut Kakak.. iyaa?"Rummi hanya tersenyum lebar. "Nanti kita main... okee?" gue sedikit mengusap pipi merahnya dengan jari-jari mungil Rummi masih memegang erat telunjuk gue.

"Kang.."akhirnya dinding itu roboh. "Pipin boleh gendong gak?"tanya gue memelas.

Kang Arka tersenyum lalu mengangguk. Dia memindahkan Rummi dari pangkuannya ke pangkuan gue. "Gitu-gitu Rummi berat loh.."ujar nya.

"Artinya Rummi sehat ya.. gapapa berat.."ujar gue pada bayi dipangkuan gue. Harum khas bayi itu entah kenapa menenangkan. Dan rasanya nyaman banget. Ini efek jadi anak tunggal, kesepian.

Ibu Kang Arka kembali ke ruang tamu dengan gelas dinampan dan beberapa toples camilan. Gue jadi gak enak, padahal kan niat gue kesini cuman ngembaliin helm.

"Diminum Fina..."sambil memberikan jus jeruk dingin.

"Aduh.. jadi ngerepotin nih tante.."ujar gue.

"Kok Arka gak dikasih mah?"tanya Kang Arka dengan nada dibuat-buat.

"Bisa ambil sendiri kebelakang.."

"Terus yang nemenin Pipin siapa?"

"Kan ada mamah.."

"oke deh.."

Kang Arka lalu berdiri dan meninggalkan kami bertiga dengan santainya. Ini canggung banget gue bener-bener bingung jadinya.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang