Bimbang

1.4K 140 10
                                    

"Eh, Kang Arka bukannya pulang duluan ke Bandung ya?"ujar gue pura-pura bego.

"Gak jadi pin.. loe pulang bareng gue aja ya.."bujuk nya.

"Azka masalah buat ploting dan dan persiapan peralatan malem minggu besok aja ya kita omonginnya, buat tempat nanti gue kabarin lagi."ujar gue akhirnya pada Azka sambil menatap jam ditangan gue.

"Oke pin, nanti kalau udah nyampe rumah kabarin gue ya.."ujar Azka sambil tersenyum jahil.

Gue bisa merasakan tatapan membunuh dari Kang Arka kepada Azka. Gue menatap Azka dan tersenyum puas.

"Iya bawel, kalau perlu gue telepon loe kalau udah nyampe kamar.."ujar gue lalu meminta izin pulang duluan karena langit mulai gelap.

Gue berjalan meninggalkan gerombolan. Kang Arka yang dibelakang gue berjalan dengan cepat mencoba menyamakan langkahnya. Dia sudah berjalan disebelah.

"Langsung pulang pin?"tanya dia.

"Lah tadi bukannya ngajakin pulang?"ucap gue sambil menatapnya.

"Maksud gue gak sekarang.."ujarnya.

"Kalau Kang Arka masih mau disini, terus ketemu Teh Dinar itu, boleh.. pipin pulang bareng Azka aja pasti dia mau."

Kang Arka menghentikan langkahnya lalu menatap gue. Gue pun mengikuti gerakannya berhenti dan menatapnya heran.

"Dinar? Loe nguping ya?"selidiknya.

"Bukan nguping, tapi gak sengaja kedenger, kayanya teteh yang ngomong, mantan evaluator atau keamanan ya suaranya toa banget.."

"Hahahah"Kang Arka tertawa renyah.

Kami melanjutkan jalan kami menuju parkiran. Dia memberikan helm putihnya ke tangan gue.

"Loe cemburu ya pin?"katanya.

"Pipin gak cemburu."ujar gue sambil memakai helm.

"Terus kenapa ngungkit nama Teh Dinar?"

"Bener kata teteh toa tadi kang, kalau di drakor lagi musim yg namanya noona romance, atau cewek lebih tua jadian sama berondong."

"Maksud loe?"dia menatap gue tajam.

"Yakali Kang Arka bisa moveon gituh kalau sama Teh Dinar.."

Kang Arka menyalakan motornya. Dia tidak memberikan respon apapun. Gue naik diboncengannya. Bukannya belok ke kanan ke arah Bandung, dia mengajak gue ke tempat ramen daerah kampus yang arahnya berlawanan arah pulang.

"Lah kok kesini sih kang?"tanya gue keheranan.

"Keburu magrib pin, kita makan, sholat terus pulang"ujarnya sambil membuka helm, gue akhirnya mengikuti dia.

Gue dan Kang Arka memilih duduk dibangku lesehan. Kami duduk berhadapan, pelayan datang mencatat makanan yang kami pesan. Kang Arka menatap gue serius.

"Apa yang membuat loe menyimpulkan kalau gue belum move on?"

"Pipin tau Kang Arka mau ke Bandung buat nganter Teh Asti, meski pipin gak tau alasannya untuk apa."

"Loe nguping juga?"Kang Arka terlihat terkejut.

"Ih siapa yang nguping.. tidak sengaja terdengar.."ujar gue mencoba santai. Kang Arka tesenyum lembut.

"Jadi Asti itu ayahnya meninggal saat kami SMA, walau sekarang ibunya udah nikah lagi dan dia tinggal sama papah tirinya. Ayahnya emang udah sakit sejak lama pin. Dan saat sebelum meninggal ayahnya nitip Asti ke gue. Dia itu anak satu-satunya pin. Keluarganya pada jauh diluar kota. Tadi gue rencananya mau nganterin dia buat cek gedung nikahan dia besok, kebetulan Lucky ada bimbingan karena sidang usulan penelitian dia minggu depan. Gue merasa gagal jagain dia dan punya utang sama ayahnya jadi seenggaknya gue bisa bantu dia."

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang