" Jika penampilan dijadikan sebuah penentu, lantas mengapa hati diciptakan ?"
Seorang siswi kelas IX yang bersekolah di SMA Nusa Bakti telah siap dengan seragam sekolahnya, kemeja putih yang dikeluarkan dari rok dan lengannya yang sedikit dilipat tanpa mengenakan dasi tersebut turun dari kamarnya dengan tergesa-gesa sembari menenteng tas dipundaknya dan sepatu di tangan kanannya.
" Morning epribadeehhhh " suaranya yang melengking bak menggunkan toa tersebut menggema keseluruh penjuru rumah membuat telinga siapapun yang mendengarnya menjadi pengang.
" Apasih lu masi pagi juga udah buat telinga sakit " sahut abangnya kesal mendengar suaranya sembari mengusap-ngusap telinganya yang sedikit berdengung karena ulah adik laknatnya. Abanngnya yang bernama Agam bersekolah di SMA Trisakti, berbeda dengannya memang karena saat akan mendaftar sekolaha Atha enggan satu sekolah dengan abangnya tersebut alasanya adalah " Bosen tau Bun ngelihat wajah jelek Abang, udah dirumah masak disekolah ketemu sama abang lagi, mana setiap mimpi buruk Abang mesti muncul lagi gamau ah! Atha tuh pengen cari cogan yang banyakkk" Dan jadilah ia di SMA Nusa Bakti yang arahnya berlawanan dengan sekolah abangnya serta terkenal dengan siswa-siswanya yang kece badai.
" Pagi anak gadis barbar ku. " Sahut seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda, beliau adalah ibunda Atha dan Agam, Atha hanya mendengus malas dengan ucapan Bundanya.
" Oh Papa mana Bun? " Tanya Atha ketika tidak mendapati sosok ayahnya di ruang makan.
" Papamu tadi berangkat pagi, mau ada klien katanya. Udah sini sarapan! " Karena papnya adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal, jadi tidak heran jika beliau telah meninggalkan rumah pagi-pagi buta untuk bertemu klien.
" Ayaaii kapten " Sahutnya sembari menarik kursi di sebelah abangnya yang tengah asik menyantap sarapannya. 15 menit waktu yang dihabiskannya untuk sarapan, dia pun beranjak untuk pamit dengan Bundanya dan besngkat ke sekolah.
" Bunda Atha udah selesai, Atha berangkat dulu yaa dadahh Bunda" Ucapnya sembari menyalami dan mengecup pipi bundanya.
" Hati-hati anak bar-bar...." Sahut sang Bunda yang lagi-lagi membuat Atha kesal, jujur sekali Bundanya ini.
"Eh eh tunggu gue dong bareng keluarnya. Berangkat dulu Bunda cantik! " Sahut abangnya sembari mencium tangan dan pipi Bunda.
" Buruan dong bang!! " Teriak Atha di ambang pintu utama.
"Hati-hati yaa, berantemnya dikelarkan dulu, baku hantam sekalian kalo perlu!! " Ucap sang Bunda sesat. Bunda memang tidak seperti Emak-Emak pada umumnya yang akan memisah atau melerai jika anaknya bertengkar, ia malah akan menyuruh anaknya baku hantam sekalian daripada hanya adu mulut, pernah suatu hari ketika Atha dan Agam bertengkar Bunda menyodorkan pisau untuk masing-masing anaknya.
" Oke, Bunda. Ntar yang menang tambahin uang jajannya ya!!" ucap mereka kompak lalu menyemburkan tawa.
Karena arah sekolah yang berlawanan, mereka tidak berangkat berasama. Agatha selalu berangksst dengan sepeda kesayangannya, sepeda itu adalah pemberian dari almarhum kakeknya dulu saat dia berusia 14 tahun, sedangkan abangnya menaiki motor sportnya karena jarak sekolah yang lumayan jauh.
~~~
Di belahan bumi yang lain, terdapat seorang pemuda yang amsih betah 'pacaran dengan gulingnya, dia adalah Alvino. Hingga suara yang cukup keras disertai suara panci yang dipukul berhasil membangunkannya.
" Alvino Galen Praharja!! Bangun kamu!! Buruan udah jam 7 kurang!! " Teriak seorang wanita paruh baya dengan memegang panci dan tutupnya di tangan kanan dan kirinya, beliau adalah mama Alvino yang sangat unik.
Sang empu yang diteriaki dengan suara demikian terlonjak kaget dengan mata yang membelalak meliat jam dinding yang menunjukan pukul 06:30 yang artinya 30 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Dengan secepat kilat ia mandi dan turun dengan mengankan seragamnya yang sangat rapi, hanya butuh waktu 10 menit untukya bersiap.
" Pagi ma, Galen berangkat dulu yaa" Sapanya sambil mengecup pipi kanan mamanya. Dia memang dipanggil Galen oleh keluarganya.
" Pagi.. Eh nggak sarapan dulu kamu? "
" Nggak keburu ma... " sahutnya sembari berjalan menuju garasi mengambil motor sportnya.
Alvino adalah sosok yang hangat jika dirumah, lain halnya jika diluar, dia akan menjadi pemuda yang dingin bermuka datar cuek serta kejam. Dia adalah seorang leader dari salah geng terrkenal dan disegani di ibu kota. Tidak banyak yang tau jika dia seorang leader kecuali teman dan anggota gengnya, karena penampilannya yang terkesan sebagai siswa teladan.
Saat akan mengeluarakan motornya dari garasi handphone di saku celananya bergetar menandakan adanya pesan yang masuk, akhirnya dia buka dulu karena mungkin itu sesuatu yang penting berhubungan gengnya.
Pesan tersebut ternyata dari wakilnya yang mengabarkan bahwa markas mereka telah dihancurkan oleh geng lawan.
Xavier Davidson Gawat Vin, markas kita tadi subuh dihancurin sama anak-anak Tiger, harus liat kesini lo!
Alvino G.
Ya.
Setelah membalasnya, ia langsung tancap gas menuju maraks, tidak peduli dengan umpatan serta makian para pengguna jalan yang terganggu karena ulahnya. Ditengah jalan saat hampir sampai di markas, ia tidak sengaja menyerempet seorang ibu-ibu penjual sayur. Ingin membantu sebenarnya tetapi ada hal yang lebih penting untuknya, alhasil ia pu meninggalkan ibu-ibu tersebut tanpa bertanggung jawab menolongnya. Dari kejauhan dia mendengar ada yang meneriakinya dengan mencaci sambil membantu ibu-ibu penjual sayur tersebut, dan orang itu adalah Atha yang tidak sengaja melihatnya.
TBC
Jangan lupa vote commentnya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
About Life
Teen FictionIni tentang kehidupan dua orang remaja yang sama-sama memiliki sifat yang bebanding tebalik dengan penampilan dan gaya hidupnya. Ini ceita tentang Agatha Clein Pamungkas, seorang gadis yang bisa disebut seorang troublemaker di sekolahnya, ia gadis t...