Agatha mengayuh sepedanya dengan bersenandung kecil mengikuti alunan lagu dari airpodsnya. Udara ibu kota di pagi hari sangat segar jauh berbeda dengan udara ibu kota di siang hari yang banyak polusi, hal ini membuatnya sangat menikmati udara serta embun-embun di pagi hari, wajah nya yang terkena terpaan angin sesekali memberikan sensasi tersediri untuknya. Itulah salah satu alasan yang membuatnya lebih memilih menaiki sepeda daripada mengendarai mobil layaknya remaja-remaja perempuan seusianya, yang membuatnya tidak bisa merasakan udara pagi dengan leluasa selain itu juga untuk mengurangi jumlah polusi di ibu kota.
Saat tiba di jalan dekat sekolahnya, dia melihat seorang pemuda dengan seragam sama dengannya menaiki motor seperti orang kesetanan dam menyerempet seorang wanita penjual sayur yang telah berusia senja dan mengakibatkan banayk barang dagangannya jatuh berserakan di jalan.
Sedangkan pemuda yang menyerempetnya tampak tidak peduli dan terus melaju tanpa melihat apa yang telah ditabraknya. Hal ini pun membuat Atha naik pitam dan berujung menyumpah serapahi pemuda tersebut. Setelah puas memberikan umpatannya, Atha pu segera bergegas untuk menolong wanita tadi.
" Ya ampun Bu, Ibu nggakpapa Bu? Biar saya bantu yaa " Ucapnya sambil membantu merapikan dagangan wanita tersebut.
" Eh Ibu nggakpapa neng, Cuma kaget sedikit." Balas waniya tersebut.
" Yahh Bu dagangan Ibu banyak yang rusak nih gimana dong? Duhh."
" Udah nggakpapa neng, mungkin emang belum rejeki Ibu " Wanita tersebut berkata sambil tersenyum teduh.
" Eeem gini aja deh Bu, dagangan lbu biar saya beli deh itung-itung buat bantuin Ibu. Gimana Bu? Berapa semuanya? "
" Aduh neng gausah atuh, Ibu teh ikhlas."
" Nggakpapa Bu ini, segini cukupkan Bu? " Sahut Atha sambil memberikan selembar uang 100 ribu kepada wanita tadi.
" Ini teh lebih atuh neng jadi nggak enak Ibu sama kamu, terimakasih ya neng "
" Nggakpapa Bu, sama-sama. Saya duluan ya Bu udah mau ditutup gerbangnya. " Pamitnya kepaada wanita tadi sembari mengambil sepedanya dan mengendarainya.
" Iya hati-hati neng." Ucap wanita tersebut seraya tersenyum dna mengucap syukur.
Agatha sampai di sekolah tepat 1 menit sebelum gerbang ditutup, ia mengayuh sepedanya secepat mungkin memasuki wilayah sekolah.
" Pagii Pak Joko!!" Sapa nya pada satpam sekolah dengan sedikit memelankan laju sepedanya.
" Pagi juga neng, tumben telat neng ngagetin Pak Joko wae!?"
" Hehee ya maaf atuh pak, ada problem tadi makanya telat. Saya duluan ya pak!!"
"Aya-aya wae si eneng the, ati-ati nabrak neng!" Teriak Pak Joko sembari menutup gerbang sekolah.
Setelah memarkinkan sepedanya di tempat biasa, Agatha segera berlari menuju kelasnya, yaitu IX-MIPA 3 yang berada di lantai 2. Dengan penampilannya yang termasuk murid yang urakan, Agatha tergolong siswa yang pintar.
Beruntungnya ia samapai di kelas sebelum guru mata pelajarannya datang, jika tidak habislah dia dihukum membersihkan perpustakaan yang luasnya hampir sama dengan lapangan sepak bola, pasalnya guru yang mengajar sekarang termasuk guru killer di Smanuba.
Dia melemparkan tasnya di atas bangku lalu duduk dengan napas yang tersenggal-senggal.
" Ngapa lu kayak habis dikejar anjing komplek?" Celetuk Vanya, gadis tomboy yang telah menjadi sahabatnya sejak dibangku SMP.
" Dikejar anjing palelu, kejar-kejaran sama Bu Buntal iya!!" Semprotnya.
" Bwahahaa, makanya jangan telat." Ejek Vanya sembari menertawakannya.
" Heh kalo nggak ada mas—" Ucap Atha terhenti dengan suara terikan Bu Buntal alias Bu Wati, beliau adalah salah satu guru matematika killer di Smanuba. Karena badannya yang besar mirip ikan buntal maka Atha dan beberapa murid lain sering memanggil nya Bu Buntal, murid biadap memang mereka.
" Assalamu'alaikum, selamat pagi anak-anak ku sekalian. Mari kita lanjutkan materi kitia di minggu lalu. "
" Wa'alaikumssalam, pagi, baik Bu.. " Sahut warga kelas dengan ogah-ogahan. Karena pasalnya memang banyak anak yang tidak menyukai pelajaran matematika.
Pelajaran pun dumulai dengan hening dan serius, koridor-koridor tampak sepi dari siswa yang berlalu lalang hanya ada beberapa siswa di lapangan yang sedang melakukan pelajaran olahraga, karena kegiatan belajar mengajar tealh dilaksakan.
~~~
Jika Atha yang membantu ibu-ibu penjual sayur dan berujung kejar-kejaran dengan Bu Buntal, lain halnya dengan Vino. Sesampainya di markas ia memarkinkan motornya di tempat parker khusus tepat di belakang bangunan markas. Markas mereka memang sangat besar, terawat dan mungkin dapat dibilang 'mewah'. Di gerbang markas terdapat ornament dengan gambar ular yang mengelilingi setangkai bunga mawar yang menjai symbol dari geng 'Snake'.
Ketika masuk ia langsung disambut dengan keadaan markas yang hancur dengan engsel pintu yang terlepas, sofa yang robek sampai keluar sponnya, tv lcd yang pecah, meja yang sudah tak terbentuk dan lain sebagainya. Hal ini membuat amarahnya memuncak, tidak ada kapoknya anak-anak Tiger mencari masalah dengan mereka padahal sudah kali kalah melawan 'snake', smrik mengerikan tercetak jelas di wajahnya dan mengguarkan aura gelap dalam dirinya membuat beberapa anak snake yang ada di markas bergidik ngeri.
" Kumpulin anak-anak dimarkas pulang sekolah, kita buat rencana nyerang ntar malem!" Ucapnya dengan nada dingin kepada David yang hanya dibalas anggukan kepala.
" Cabutt!!" Setelah mengatakan hal tersebut ia berlalu keluar untuk mengambil montornya danmelajukannya ke sekolah diikuti anggota yang ada.
Mereka tiba disekolah tepat setelah gerbang ditutup, alhasil mereka putar balik dan masuk dengan memanjat pagar belakang sekolah 'lagi'. Yang anehnya aksinya tersebut hampir tidak pernah terendus guru BK.
Mereka pun berpencar untuk menuju kelasnya masing-masing. Kelas Alvino dan David IX-MIPA 5. Setibanya di kelas mereka disambut terakan ricuh dari duo kembar resek Marshel Adiwijaya Putra dan Marel Adiwijaya Putra.
" Wihhh Pak Bos dateng nih!!" Teriak Marel yang tidak diindahkan oleh Vino, ia melenggang ke tempat duduknya yang berada di belakang duo kembar.
" Lo mending diem deh Rel kalo nggakmau di semprot sama si Bos, auranya baahh serem bener!" Celetuk Marshel kepada kembaran laknatnya.
" Iye-iye ah. Btw gimana keadaan markas kita Vid? " Tanya Marel kepada David yang baru saja menempatkan pantatnya di kursi.
" Yaa gituu, banyak yanga hancur udah kek tempat rongsokan markas kita." Jawabnya lempeng.
" Wahhh gila tuh anak buahnya Alex nggak ada kapoknya kita bantai. " sahutnya lagi gregetan.
Setelah itu tidak ada percakpan lagi diantara mereka karena guru mata pelajaran telah memasuki kelas.
~~~
TBC
Vote commentnya teman-teman, terimakasih 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
About Life
Teen FictionIni tentang kehidupan dua orang remaja yang sama-sama memiliki sifat yang bebanding tebalik dengan penampilan dan gaya hidupnya. Ini ceita tentang Agatha Clein Pamungkas, seorang gadis yang bisa disebut seorang troublemaker di sekolahnya, ia gadis t...