23

1 0 0
                                    

Vino mengikuti Atha hingga sampai ruang keluarga, disana terlihat tiga orang remaja dua cowok dan satu cewek serta seorang laki-laki dewasa yang tengah menyaksikan berdebatan ketiga remaja tersebut, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Agam, Vanya dan Keenan yang sedang mendebatkan judul film yang akan mereka tonton.

Atha berjalan mendekati mereka bertiga dan menggebrak meja dengan sangat keras serta melempar sebuah kaset film horror.

" Berisik lo pada! Kita nonton ini aja udah, belum sempet nonton gue." Ucapnya lalu nyelonong pergi ke dapur mengambil P3K. Nampaknya ia lupa tengah membawa seseorang ke rumahnya, baru 2 langkah ia membalikan badannya dan kembali berucap,

" Oe, duduk sana lo tunggu gue ambilin obat, obtain tuh kaki tangan lo biar ga busuk." Titahnya lempeng pada Vino yang masih berdiri di dekat jalan menuju ruang keluarga.

Ucapnya mampu mengalihkan atensi ketiga remaja kurang waras yang tengah melongo karena acara debatnya dipotong oleh Atha dan sedikit ngeri ketika melihat judul serta cover film yang akan mereka tonton. Tampak Vanya yang melongo melihat kehadiran Vino, Agam yang mencoba mengingat siapa yang dibawa Atha kerumah karena wajah Vino yangsedikit bonyok serta penerangan yang sedikit redup membuatnya sulit mengenali, sedangkan Keenan Nampak lebih melongo dan mengernyitkan dahinya ketika melihat penampilan Vino dengan salah satu kaki berlumuran darah dan sebagian darah yang menetes dari tangannya. Sedang sang empu yang menjadi pusat perhatian dan (diperintah) Atha untuk duduk hanya bergumam dan berjalan menuju salah satu sofa yang kosong di dekat Bang Irman.

" Temennya Atha?" Tanya Bang lrman keapada Vino yang baru saja duduk di dekatnya.

" Mungkin." Gumam Vino tidak yakin, karena ia sendiri sebenarnya tidak mengetahui nama Atha dan ia baru mengetahuinya setelah Bang lrman bertanya.

Tidak lama setalahnya Atha datang dengan membawa kotak P3K dan sebuah kain basah serta baskom berisi air untuk membersihkan dan mengobati luka Vino, menggunakan kain basah karena darah Vino sudah sedikit mongering.

" Buka dulu jaket lo, biar enak gue ngobatin tangannya." Titah Atha dengan tangan yang sibuk membersihkan darah dari kaki Vino.

" Dah kan? Nih bawa bentar, gentian siku lo gue bersihin." Ucapnya dan memberikan baskom yang ia bawa kepada Vino.

Orang yang beradadi ruang tersebut cukup specless melihat Atha yang terlihat cukup telaten membersihkan luka-luka Vino, padahal ia sendiri terkadang malas untuk membersihkan ataupun mengobati lukanya. Bahkan Vanya dan Keenan dibuat melongo melihatnya, Bang lrman terlihat sedang mengulum senyuman beribu makna.

" Shh..." Desis Vino ketika Atha tidak sengaja menekan lukanya, tetapi bukan Atha namanya jika merasa bersalah.

" Mampus, makanya kalo luka tuh diobatin yang bener untuk kaga ada belatungnya sampe ada beneran mungkin gue salah satu orang yang seneng." Sahut Atha dengan nada sedikit mengejek, Vino hanya berdecak malas dibuatnya.

" Hiliihh kutil kebo, bilangin orang suruh ngobatin luka sendirinya bonyok-bonyok noh mukanye." Cibir Vanya pada Atha, dan dengan sengaja menekan memar di wajahnya.

Sebenarnya Atha hanya mendapat 2x pukulan karena pukulan-pukulan lainnya berhasil ia tangkis, tetapi pukulannya cukup kencang hingga menyebabkan sedikit memar diujung bibirnya dan dagunya.

" Ck yaudahlah cuma dikit ini." Jawab Atha lempeng, dan lanjut memberi plester di luka Vino.

Vino ingin protes sebenarnya ketika lukanya diberi obat, karena ia merasa tidak nyaman dan sedikit gatal di sekitar lukanya, tetapi ia terlalu malas untuk berbicara oleh sebab itu ia hanya diam dan memperhatikan Atha yang tengah mengobati sikunya.

" Udah nih, pulang sono lo." Usir Atha ketika telah menyelesaikan pekerjaan dadakannya mengobati luka Vino.

" Hmm..." Gumam Vino sembari berdiri dan mengatungkan tangannya di depan wajah Atha. Atha yang tidak paham pun menaikan alisnya tidak mengerti.

" Kenapa lo? Minta uang? Nggak ada ya, harusnya lo yang ngasih gue uang karena ngobatin luka lo." Cerocosnya sambil bersedekap dada.

" Ck, kunci." Ucap Vino malas dan menggerakan tangannya yayng mengatung di depanwajah Atha. Sang empu yang mendengarnya pun meringis malu dan menepuk jidatnya karena lupa menaruh kuncinya, lanjut mencaari kunci motor Vino yang entah ia letakan dimana.

Jelas sekali terlihat jika kunci tersebut ia letakan di saku celananya, terlihat karena kuncinya keluarr sedang yang masuk kedalam saku hanya gantungannya saja yang menyerupai dompet kecil. Mereka yang melihat kompak berdecak malas dan memutar bola matanya, terlalu jengah dengan tingkah Atha yang terkadang sering lupa dimana ia menaruh barang.

" Atha... Coba sini deh!" Ucap Bang lrman dan menggerakan tangannya agar Atha mendekat, karena sepertinya jika salah satu dari mereka tidak bertindak maka benda tersebut tidak akan ditemukan, mungkin sampai besok pagi ketika Atha mandi.

" Bentar Bang, ini gue lagi nyari kuncinya tuh bocah." Sahut Atha masih terus berpar mencari kunci Vino.

" Ck, sini dulu ntar ketemu kuncinya." Decak Bang lrman malas, Agam, Vanya dan Keenan pun ikut memutar bola matanya malas.

" Eh? Emang Abang tau dimana kuncinya?" Tanyanya tidak mengerti.

" Tau.... Udah sini buru."

Karena sudah pusing mencari Atha pun akhirnya menurut dan berjalan mendekati Bang lrman.

" Mana Bang?" Tanya nya sedikit tidak yakin.

" Putar tubuh coba." Titah Bang lrman kepada Atha. Setelah Atha berputar terlihatlah sang kunci yang tengah menggantung bebas di saku samping celana Atha, Bang lrman pun mengambilnya tanpa berkata apapun. Hal ini membuat Atha cukup terkejut.

"Eh?" Ucapnya.

Atha kembali menghadap Bang lrman dan kembali terkejut karena tepat di depan matanya terdapat sebuah kunci yang menggantung dan dipegang Bang lrman dengan salah satu alisnya yang naik memandang Atha. Sang empu pun menyengir lebar menunjukan giginya. Ia segera mengambil kumci tersebut dan memberikannya kepada Vino yang dibalas dengusan malas oleh Vino.

" Gue balik." Ucap Vino dan langsung berjalan keluar tanpa diantar dan dipersilahkan. Hal ini mampu membuat Atha, Agam,Vanya dan Keenan melongo dibuatnya, sedangkan Bang lrman geleng-geleng kepala maklum dengan kelakuan anakmuda jaman sekarang.

Bukan maksud Vino sebenarnya untuk langsung menyelonong keluar rumah orang tanpa pamit dengan benar, tetapi sang 'Nyonya Bos' sekarang pasti tengah menyumpah serapahinya karena terlalu lama menunggunya membawakan pesanannya.

Setelah Vino benar-benar tidak terlihat barulah Atha diintrogasi oleh mereka semua dengan berbagai pertanyaan layaknya seorang tersangka. Mulai dari siapa Vino yang ditanyakan Bang lrman, kenapa bisa dengan Vino, kenapa muka Atha bonyok dan dimanakah jajan yang katanya Atha beli, tidak ada akhlak memang mereka ini suka sekali membuat dompet Atha menangis.

TBC
See u next part😗

About LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang