Kaki jenjangnya mulai melangkah di area sekolah yang lebih tepatnya menuju kelas barunya. Lingkungan yang baru, teman yang baru mungkin bukan hal asing lagi baginya. Karena sebenarnya dia sering berpindah kota mengikuti jejak sang ayah. Nama yang ia sanjung sejak kecil yaitu Hana Almeera dan orang sekitarnya lebih sering memanggilnya Hana.
Kini Hana mulai duduk di salah satu bangku yang ada di kelas XI Bahasa 2. Dengan senyumnya yang indah, Hana menyapa teman-temannya yang baru saja masuk kelas. Ada perasaan senang di dalam hati Hana, karena tak disangka bahwa teman-temannya kali ini benar-benar ramah meski belum kenal satu sama lain.
Yang biasanya ada bisikan-bisikan tetangga, tapi mereka pada saling bercanda. Malah saling bercerita dan menerka-nerka guru siapa yang akan menjadi wali kelasnya.
"Eh gue boleh duduk sini enggak?" tanya salah satu siswi yang baru saja masuk kelas.
"Oh ... boleh kok boleh, lagian masih kosong juga," jawab Hana yang merasa sedang diajak bicara.
Mereka duduk di sebelah kaca jendela, sehingga Hana bisa melihat para siswa-siswi SMA Warna berkeliaran di area sekolah.
"Eh kok lo senyum-senyum sendiri sih?" tanya teman sebangkunya Hana.
"Lah, masa iya? Padahal aku biasa aja ini," kata Hana yang kali ini memang dia sedang tersenyum.
Memang, meski Hana tidak merasa sedang senyum, tapi orang yang memandangnya merasa jika Hana tersenyum, karena Hana memiliki ukiran bibir yang indah. Dan itulah salah satu kelebihan dalam fisik Hana. Memiliki senyum yang elok jika dipandang.
"Yaelah masa ya gitu," ujar dia yang sedang duduk disamping Hana sambil tertawa ria.
Hana menjawab dengan tawa ringan dan senyuman. "Oh ya, nama kamu siapa?*
"Astaga, lupa gue. By the way lo anak baru ya di SMA Warna?" tanyanya, dan dengan cepat dia mengulurkan tangan. "Nama gue Yeshyca Preticylla, panggil aja Yeshy yang gemoy."
Yeshy tertawa setelah memperkenalkan diri pada Hana.
"Siap Yeshy yang gemoy," tambah Hana disela-sela tawa mereka. "Namaku Hana Almeera, aku sering dipanggil Hana, kamu juga boleh kok panggil aku Hana."
"Yaah kirain aku boleh panggil lo 'sayang'." Yeshy memang teman yang bisa membuat temannya tertawa.
"Eihhh. Mohon maaf nih sebelumnya. Aku masih normal, Bund," kata Hana yang disambut gelak tawa oleh keduanya.
Kini mereka sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar di semester awal. Dan seperti anak baru pada umumnya. Hana telah dikasih waktu oleh bu Anugrah atau yang siswa-siswi sering panggil bu Nug untuk memperkenalkan diri sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
Kegiatan belajar mengajar pun begitu menyenangkan dipermulaan ini, karena bu Nug masih mengajak anak-anaknya bercanda dan bercerita sebelum jadwal belajar ditetapkan. Agar murid-murid bu Nug tidak merasa jenuh diawal pembelajaran. Karena dasarnya bu Nug itu guru yang humble, dia bisa langsung mengenali karakter anak didiknya yang akan dia handle untuk satu tahun kedepan. Dan tak terasa waktu istirahat pun berlalu dan hanya Hana isi dengan menyapa teman-teman barunya termasuk bercanda lagi dengan Yeshy. Hingga waktu pulang pun telah tiba.
Hana bergegas, dan begitu pula dengan teman satu bangkunya, Yeshy. "Han, gue pulang dulu ya. Mang sopir dah jemput soalnya," pamitnya dengan merangkul Hana sebelum keluar kelas. Hana pun merespon dengan senyuman dan anggukan saja.
Bergegas Hana keluar dari area sekolah, menuju toilet umum untuk mengganti bajunya. Hana bukan orang yang berada, yang setiap pulang sekolah ada yang menjemput di depan gerbang sekolah. Hana orang biasa yang beruntungnya masih bisa lanjut sekolah.
Kini, Hana mengelilingi kota yang sering disebut dengan kota hujan itu. Hana mencari tempat yang mau menerimanya sebagai pegawai atau pelayan meski Hana masih duduk dibangku SMA. Tujuan Hana hanya ingin meringankan beban orang tua.
Di teriknya matahari itu Hana keliling dari toko ke toko yang lainnya. Dan bukan semudah itu mendapatkan pekerjaan disaat usianya masih 16 tahun. Dari toko ini Hana dapat cacian, dari toko sana Hana dapat bentakan, dan dari toko lainnya pula Hana mendapatkan sebuah doa agar Hana bisa melanjutkan tujuannya mencari kerja, karena toko tersebut sudah tidak membuka lowongan kerja.
Hingga ketika Hana sudah merasa lelah, Hana menyelonjorkan kakinya di depan salah satu perpustakaan, sambil mengipas-ngipasi dirinya dengan tangan kosong saja Hana beristirahat. Lalu ada Ibu-Ibu yang sekitar umur 45 tahun itu, dia menyadari jika ada seorang gadis duduk di depan perpustakaan yang ia bangun untuk anak-anak yang memang membutuhkan didikan secara gratis.
"Eh, neng geulis teh kunaon atuh disini? Kenapa nggak masuk aja?" tawar Ibu itu.
Hana tersentak, "Eh Bu, gak usah, Bu. Terima kasih, Hana cuma mau numpang istirahat sebentar kok,"
"Memangnya tujuannya ini kemana kok sedang istirahat gini?" tanyanya lagi sambil menyeret Hana paksa untuk masuk dan duduk di bangku yang ada di dalam ruangan Ibu itu.
"Terima kasih, Bu." Kini Hana duduk bersebelahan dengan Ibu itu.
"Panggil saja saya Bunda," ujarnya. Lalu diangguki oleh Hana.
"Sebenarnya ini Hana ada perlu, Bund. Cari pekerjaan yang mau menampung Hana yang masih sekolah ini, tapi sampai sore gini masih belum dapat juga," terang Hana dengan menunjukkan senyuman indah.
Ibu-Ibu yang maunya di panggil Bunda itu pun manggut-manggut memahami pernyataan Hana. Perbincangan kecil pun terjadi, sampai akhirnya Hana bisa diterima menjadi pengawas di perpustakaan milik Bunda. Bunda juga membolehkan sebisa Hana dalam menjaga perpustakaan ini, tapi setidaknya Hana bisa mengawasi perpustakaan ini dan adik-adik yang belajar di perpustakaan itu dengan baik.
***
Di waktu senja Hana pulang dengan riang, yang sekolahnya dapat teman-teman ramah, hingga mendapatkan pekerjaan yang bisa memahaminya. Namun, ketika Hana sudah berada di rumah, rumahnya masih terasa sepi tak ada orang satu pun. Dan keadaan rumah sederhana itu masih belum tertata rapi.
Mungkin ibunya masih belum pulang kerja, begitululah dengan ayahnya. Dan adiknya yang sudah pasti main keluar entah kemana. Alhasil Hana pun membereskan rumahnya dengan sendiri ketika sudah merasa lelah saat pulang dari sekolah. Memang bukan rutinitas Hana jika pulang sekolah sudah siap untuk rebahan, tapi Hana harus meluangkan waktu untuk meringankan beban orang tua. Namun, setelah itu Hana juga tak lupa untuk belajar materi yang akan dipelajari di esok atau kemudian hari. Dan entah kenapa disaat yang lain merasa jenuh ketika belajar Hana malah merasa senang dan seperti ada dorongan untuk belajar dengan riang. Meski telah merasa lelah demikian.
***
Dan Hana pun suka dengan kegiatan menulis, salah satu keinginannya di dunia selain bisa membahagiakan orang tua, Hana ingin bisa menerbitkan buku dengan cerita yang berisi nilai kehidupan. Dan kebiasaan Hana yang lain ialah menulis diary's.
Aku sapa diri ini dengan senyumanku sendiri. Melewati hari dengan senang hati. Meski pada akhirnya aku hanya bisa berdiam sendiri ketika kembali dari kegiatan yang memang sekarang aku prioritaskan. Hai, diriku. Kuharap aku bisa terus menjadi orang baik disalah satu sekian banyaknya orang baik. Dan menjadi orang yang kuat disalah satu sekian banyaknya orang kuat. Dan hari baruku, kini dimulai sejak hari tadi, esok, lalu dikemudian hari lagi.
–Hana Almeera
***
Terima kasih ....🐇
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary |End|
Teen FictionReyhan Alkantara "Biarkan angin ini menerpa kehidupan yang penuh akan kebahagiaan, kebahagiaan yang hanya sementara kita rasakan. Namun, setiap hembusan angin yang menerpa, aku mencoba untuk mengikhlaskan apa yang telah datang dan akan pergi layakny...