⏳Temporary | 15

4 1 0
                                    

Kala langkahnya menapaki area sekolah, sorot mata itu kembali berada pada hadapan cewek pecinta puisi itu. Sangat jujur jika dia tak bisa menghindari tatapan yang penuh dengan arti itu.

"Hei!" Tangannya melambai di hadapan Reyhan. Karena cewek itu menghampirinya.

"Masih pagi jangan ngelamun," lanjut Hana sedikit menahan tawa dengan anggun.

Reyhan yang menyadari itu lantas tersenyum dengan canggung. Dan Hana mengembuskan napasnya lirih.

"Duluan, ya," ucap Hana setelah melihat respon yang diberikan dari Reyhan.

Lantas cowok SMA yang sedang memakai jaket hitam itu meninggalkan tempat kejadian dengan perasaan yang masih sama. Namun, keadaan yang membedakan.

Masih dengan suasananya yang suntuk, membuat hati dan pikiran berkcamuk, Reyhan memasuki kelas dengan mengontrol emosi. Duduk di bangku depan kedua temannya yang lebih asik bermain ponsel masing-masing.

Setelah sekian lama memilih berdiam, akhirnya Kenzo membuka suara yang membuat kedua temannya terkejut.

"Ntar malam ngedate, yuk!" ajaknya pada Reyhan dan Afka.

Afak tertawa terpingkal yang disusul dengan kerutan pada dahi Reyhan. "Lo cewek aja kagak punya, belagak ngajak ngedate."

Kenzo memutar bola mata jengah. "He, lo! Jangan main-main sama gue!"

Ia mulai mengatur duduknya untuk mengarah kepada dua temannya. "Jomblo mah bebas mau ngajak siapa aja, buat story instagram 'Gak ada temen main.' Pasti dah langsung banyak yang DM. Secara followers gue kan cewek-cewek," ucapnya dengan bangga.

"Mau jadi playboy cap apa, lo?"

Kedua teman dari Reyhan itu menatap sahabatnya dengan ekspresi cengo.

"Akhirnya ... buka mulut juga si Bambang," ujar Kenzo mengoyak-oyak tubuh Afka.

"Iya, iya ... gara-gara setan bercelometan di pinggir gue, sahabat gue jadi bisa mengeluarkan suara aduhainya, wow!" kata Afka yang tak berpaling menatap postur tubuh Reyhan di hadapannya.

Kenzo mengerutkan dahinya setelah mendengar perkataan Afka. "Maksud lo? Cowok cool kayak gue lo kata setan? Bang Sat ... trio, lo!"

"Lah, kok ngamok?! Gue gak bilang gitu ya," ujar Afka yang diakhiri dengan mengangkat tangan di hadapan Kenzo yang bersungut.

"Ngumpat ya ngumpat aja, pake diplesetin segala," sahut Reyhan yang akhirnya menghiraukan mereka.

"Astagfirullahaladzim ....," ucap Afka dan Kenzo mengusap dada dengan kompak menatap sahabatnya yang duduk di depan mereka.

"Btw, Satrio nama pakdhe gue," celetuk Afka yang disusul dengan tangan Kenzo yang menoyor kepalanya.

Hening di antara mereka pun terjadi lagi. Namun, lagi dan lagi Kenzo memulai aksi yang absurd. Ia melangkah pada bangkunya untuk menggapai leher Reyhan.

"Biadab!!" sungut Afka yang terganggu karena posisinya saat itu sedang menaruh kepala di atas meja.

Cowok yang duduk di atas meja itu tak menghiraukan teman sebangkunya dan memilih meraih leher Reyhan. "Ikut kan lo nanti malam?"

"Kalau gue nanti ada di sana berarti gue dateng," jawabnya yang tadi terdiam untuk menimbang-nimbang lagi tawaran temannya.

Kenzo mendorong tubuh sigap Reyhan. Mendengar jawabannya itu membuat cowok yang mengaku cool tadi merasa jengah sendiri.

***

Riuhnya suara kicauan burung di sore hari membuat hati putra dari pasangan Erlan dan Fania itu ikut bernyanyi saat mengendarai motornya menuju rumah.

Dengan kecepatan yang sedang, motor itu telah membawa Reyhan pada halaman rumahnya. Ia melepaskan helm dan mulai melangkah memasuki tempat yang digunakannya untuk berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya air hujan.

Belum saja pintu terbuka lebar, Reyhan mendengar suara gaduh dalam rumah.

"Kalau Mamah maunya cerai, kita cerai!!!" ucap Erlan dengan lantang pada sang istri.

Reyhan yang mendengarkan hal itu langsung menutup pintu kembali, menarik napas dan mengembuskannya dengan lirih. Namun, sangat terpampang raut wajah yang sangat kecewa.

Keluarga harmonis yang ia dambakan tak lagi ada harapan. Semuanya melebur menancapkan luka yang tak terlihat oleh mata.

Cowok yang sedang menahan tangis itu kembali menaiki motor dan keluar dari halaman rumahnya. Berkeliling tanpa arah, dan tak mengerti harus berbuat seperti apa. Menahan semua permasalahan rasanya sangat muak, seolah-olah hanya dia yang merasakan ini semua.

Namun, Reyhan tersadar setelah sekian lamanya ia berkeliling tanpa arah. Ia menemukan sebuah titik di mana apa yang sedang dirasakannya tak sebanding dengan orang di luaran sana.

Motor itu terparkir pada kedai kopi yang sebelumnya ia pernah perform di sana. Mencoba untuk menenangkan diri dengan bersantai menikmati kopi yang diseduh dengan air hangat.

Tapi matanya tersorot pada seseorang yang berambut hitam panjang, sosok yang ia kenal, yang membuat hatinya naik dan turun seolah bermain layangan. Hana sedang berbincang ramah dengan Afka. Dan diiringi gurauan Kenzo yang berada di sebelah Yeshy.

Hana yang mengerti keberadaan cowok berseragam itu pun menatap dengan penuh tanda tanya. Sedang Reyhan memalingkan tatapannya dan melangkah pada anak tangga menuju rooftop milik kedai kopi itu.

***



Terima kasih pren🐇

Temporary |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang