⏳Temporary | 16

5 1 0
                                    

Pada lirihnya angin yang berembus di luasnya ruang rooftop, Reyhan berdiri menatap kerumunan kota pada ketinggian bangunan kafe. Bisingnya klakson hingga suara lirih musik yang berasal dari gedung sebelah, menyeruak dalam telinganya.

Mengusik berbagai pikiran yang ada. Namun, sebisa mungkin kakak dari Tiara itu mengontrol emosinya. Itu tak mudah, segala cara Reyhan lakukan agar dirinya tenang.

Hingga akhirnya, dia berdiri di sudut atas gedung kedai kopi yang tinggi. Menikmati riuhnya jalanan malam yang sama halnya dengan isi dari pikirannya saat ini.

Ia menghirup udara malam, menahannya sebentar dan mengembuskan dengan berteriak sekencang Reyhan inginkan. Untuk melepas segala keriuhan dalam dirinya.

Di sisi lain, pada ramainya gurauan dari Kenzo dan Afka, Hana termenung meski tetap menampakkan senyumnya. Merasa bingung dengan kedatangan Reyhan yang tak menyapa dan membaur pada teman-temannya.

"Ehmm, aku ke toilet dulu ya," ujar Hana pada mereka.

Semua menoleh ke arah Hana dan mengangguk. "Gak mungkin juga 'kan gue temenin," celetuk Kenzo, sedangkan Afka menoyor jidatnya.

Hana beranjak dari tempat, bukan untuk ke toilet, melainkan mencari keberadaan Reyhan yang sempat ia lihat. Apa hanya halusinasi Hana pada sosok bayangan cowok yang akhir-akhir ini memenuhi isi pikirannya? Atau memang gadis yang berambut panjang itu benar-benar menjumpainya?

Kebingungan itu masih mengelabui Hana ketika masih belum menemukan sosok Reyhan di tempat yang saat ini ia kunjungi. Sampai sudut ruang dari kedai kopi itu ia tak menemukannya.

Perasaan tentang halusinasi itu semakin kuat, nyatanya Hana tak menemukan Reyhan meski telah mencari hingga pelosok ruang.

"Apa mungkin cuma perasaan aku aja kali, ya?" batinnya.

Gadis yang memakai tas slempang itu beranjak pergi meninggalkan sudut ruang. Namun, saat ia akan kembali untuk menemui Kenzo, Afka dan juga Yeshy, Hana melihat sebuah anak tangga yang menjulang tinggi ke arah atas.

Ia mulai penasaran dan mengurungkan niatnya yang tadi ingin kembali. Kakinya mengajaknya untuk menaiki anak tangga satu persatu, tapi hatinya tiba-tiba tak menentu. Rasanya ia tak bisa berdamai dengan diri sendiri saat ini.

Tak merasa lelah, kakinya terus menapaki anak tangga. Sampai pada suatu titik Hana menemukan sosok yang ia kira hanya halusinasinya saja. Gadis yang memakai sweeter merah muda itu berlari kencang ke arah cowok yang saat ini merentangkan kedua tangan di sudut rooftop dan ia melingkarkan tangan pada dada bidangnya. Menariknya dua langkah kebelakang dengan napas yang tak karuan. Ia menyembunyikan wajahnya di balik punggung Reyhan.

Sedangkan Reyhan terkejut dengan hal itu, ia segera melepas kedua tangan yang berada di dadanya dengan sekali sentakan. Lalu berbalik badan dan mengusap hidungnya. Menatap siapa yang dengan beraninya mengganggu kesendiriannya.

Hana menunduk, entah dengan alasan apa air matanya turun secara lirih.

"Aku tak mengerti dengan diriku, aku tak mampu memahami perlakuanku. Entah mengapa aku se-excited ini? Aku tak bisa menentukan, jika aku berada di sampingnya, aku akan merasa bahagia dan gelisah secara bersama," ujarnya dalam hati. Hana mengatur deruh napasnya yang tak karuan.

Temporary |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang