⏳Temporary | 17

2 1 0
                                    

"Udah dua hari loh kamu gak sama temen-temen kamu."

Reyhan menanggapi itu dengan mengangkat kedua bahunya. "Gak harus aku yang minta maaf."

"Tapi memaafkan hal yang mulia jika dilakukan."

"Aku tau, aku cuma pengen mereka sadar aja, mereka temanku, tapi bukan berarti semua caranya selalu benar," ucap Reyhan yang kini duduk di tangga sekolah.

Mendengar ucapan Reyhan, Hana termenung. Apa ia salah berada pada keadaan cengang  seperti ini? Atau ... dia diutus untuk ada di antara mereka? Hana tak mengerti dengan posisinya saat ini.

Hana mengikuti Reyhan yang memilih duduk pada anak tangga. Mereka saling merenung setelah mengakhiri percakapan tadi. Bukan suatu hal yang biasa untuk Reyhan terima. Baik masalah keluarga maupun tentang Hana. Ia pun tak pernah meminta jika semua akan seperti ini, tapi semua tak akan menjadi suatu pelajaran jika tak pernah terjadi.

Saat ada yang berakhir, hal yang baru pun akan dimulai. Dan entah akan berakhir seperti apa nantinya.

"Aku gak ngerti dengan cara apa memulainya."

"Memulai?" Hana bertanya dengan alis yang bertaut.

"Ya, memulai perasaan yang terus membuatku memikirkannya."

Keduanya pun kembali hening, saling henyut bersama arus pikirannya. Reyhan mengambil sebelah tangan Hana untuk digenggamnya.

"Na, apa kamu kasih izin untukku sama kamu?"

Hana membuka matanya sedikit lebar. Menatap Reyhan yang kini tak memasang wajah menjengkelkan.

"Untuk saling menguatkan," lanjut Reyhan mengutarakan.

Cowok pemilik alis tebal itu terus Menatap Hana dengan ketulusan. "Aku yakin kamu cewek yang kuat, semangat, dan aku ... harap itu mengalir padaku, Na."

Hana membalas itu dengan senyuman. Ia memasang wajah seolah sedang berpikir, tanpa melepas genggaman tangan dari Reyhan.

"Jika suatu saat kekuatan itu pudar, bagaimana, Rey?" tanyanya yang begitu aneh pada telinga Reyhan.

"Setidaknya aku pernah merasakan kekuatan itu bersamamu, Na."

"Tapi bukan berarti aku berdoa ataupun rela menerima kekuatan itu lenyap, setidaknya aku ada usaha untuk mengembalikan kekuatan itu," terangnya dengan cara yang tak bisa dimiliki oleh siapapun.

Sekali lagi Hana tersenyum. "Iya ...."

Jawaban yang cukup jelas, dan tak bertele-tele itu pun telah terlontarkan dari mulut Hana. Mereka tak menjalarkan rasa lewat pelukan, melainkan tatapan mata. Tangan mereka bertaut setelah bersabda untuk bersama. Baginya pelukan tidak untuk menyandarkan fisik saja, tapi bagaimana kita ada untuk seseorang yang akan bersama. Begitu sederhana, yang terpenting cukup untuk bahagia.

"Yakin lo gak mau nyamperin Reyhan?" tanya Kenzo pada Afka.

Mereka sedang melihat kedua sejoli itu dari lantai atas.

"Nggak, biar Reyhan tenang dulu. Gue yakin Hana cewek baik dan sanggup buay Reyhan bahagia," ujar Afka memandang keduanya.

Sedangkan Kenzo memahami perkataan Afka dan ikut memandang Reyhan dan Hana.

"Tapi ... lo ada rasa gak sih sama Hana?"

Afka mendengar itu pun langsung menoleh ke Arah Kenzo dengan mengangkat satu alisnya.

Kenzo masih membuka mulutnya lebar. "Ya ... secara selama itu lo deketin dia kan ...."

Afka masih saja diam memandang temannya yang satu ini.

"Jangan-jangan diem lo ini jawabannya iya?" tanya Kenzo yang sekali lagi ngelantur.

Tak habis pikir, Afka menggeleng-geleng melihat kekonyolan temannya itu. "Menurut lo aja deh, Ken."

Yang langsung meninggalkan Kenzo di tempat. "Asalkan kau bahagia," lanjutnya berteriak.

"Si tokek! Woii!!" Kenzo berlari mengejar Afka.

"Lo beneran suka juga gak, Af?" tanyanya lagi berteriak sambil mengejar.

"Tokek!! Astagfirullah sobat gue!!"

Sedang Afka membiarkan temannya itu teriak-teriak, tanpa mau menegornya. Nanti kalau udah malu juga berhenti-berhenti sendiri, batinnya tertawa.

***

"Sust!!" Yeshy menyenggol lengan Hana.

"Hmm?"

"Tadi ... ngapain aja pas di tangga?"

"Ngapain? Gak ngapa-ngapain."

Yeshy memanyunkan bibirnya seraya memutar bola matanya. "Gak mungkin!"

"Ha?"

Kali ini Yeshy mengembuskan napasnya lirih. "Gue bodoh di matematika bukan berarti bodoh di rumus cinta ya."

Sedang kini Hana yang mengerutkan alisnya menatap Yeshy. "Apaan sih Kamu, Yesh!?"

Lama Menunggu penjelasan dari Hana, Yeshy pun mengangkat kedua bahunya seperti pasrah saja. "Okey ...."

Tak lama Hana pun membuka suara.

"Dia ... banyak cerita sih, salah satunya tentang keluarganya," terang Hana.

"Jadi lo udah tau dong gimana Keluarganya?"

"Ya gitu."

"Terus ... lo jadian?"

Hana yang mendengar pertanyaan itu hanya memberikan senyuman untuk menjawab.

"Hana!!!"

***

Terima kasihh🌷

Temporary |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang