⏳Temporary | 19

4 1 0
                                    

Terlihat dari lantai dua, jika bola basket telah terpantul dan melambung masuk ke dalam ring. Bukan berarti bola itu bergerak sendiri, melainkan teman-teman Reyhan yang memainkannya. Ya, kelasnya sedang menjalani pelajaran olahraga. Hingga bercucuran keringat karena sengatnya sinar matahari.

Tak lama, peluit guru olahraga itu berbunyi, menandakan pergantian jam pelajaran. Namun, para siswanya masih berkeliaran sebelum masuk kembali pada kelasnya. Seperti ada yang mencari minuman untuk menghilangkan dahaganya, nongkrong bareng di kantin, sedangkan Reyhan malah dihampiri oleh gadisnya.

"Gue cabut dulu ya kalau gitu," ucap Kenzo menepuk pundak Reyhan dan langsung menarik kera kaosnya Afka untuk ikut dia pergi.

Reyhan pun melambaikan sebelah tangannya.

"Minum dulu, Rey," ujar Hana yang menyodorkan satu botol minuman yang langsung diterima Reyhan dengan senyuman.

"Pasti capek," kata Hana.

"Enggak, biasa aja," jawabnya setelah meneguk air mineral.

"Eh tapi ..." Hana menengok arah Kenzo dan Afka pergi, lalau menatap Reyhan. "kamu udah baikkan ya?"

Reyhan memanyunkan bibirnya dan mengangkat kedua bahunya. "Ya gitu deh."

"Bagus deh kalau gitu," kata Hana sambil menggangguk-angguk.

Mereka menikmati angin yang berembus di bawah terik sinar matahari. Ketika Reyhan memandang awan di langit, saat itu pula ia merasa ada sesuatu yang menempel di lehernya, ia menengok ke arah lehernya, dan ternyata pungung telapak tangan Hana yang sedang mengusap dengan lembut keringat Reyhan yang bercucuran.

Reyhan terus menatap gerak-gerik Hana yang terus mengusap keringatnya, baik dari pelipis hingga leher, lalu menata rambut Reyhan yang berantakan.

Entah, apa mereka tak peduli dengan siswa-siswi yang berkeliaran atau tidak. Yang jelas, kini Reyhan malah memegang pergelangan tangan Hana saat mengusap dan menata rambutnya. Deruh napas pun saling bertaut, merusak arus logika seketika.

Namun, tak lama sebelum hal lain terjadi tanpa sadar, Yeshy datang dengan suara toaknya.

"Woi, berduaan mulu," katanya yang membuyarkan tatapan serta sentuhan yang Reyhan dan Hana rasakan.

Yeshy yang melihat itu pun tertawa terpingkal-pingkal. "Haduh frenn, ini tuh area sekolah. Malah pacaran," katanya lagi yang disambung dengan tawa garingnya.

Reyhan menatapnya dengan tatapan serius. "Biasa aja kali, Han," ujar Yeshy yang mengetahui hal itu.

"Hana, ntar pulang sekolah main yuk."

"Ha? Ke mana?" tanyanya bingung.

Yeshy mengambil napas untuk menjawab pertanyaan Hana. Namun, Reyhan lebih mendahuluinya.

"Hana pergi sama gue," katanya yang langsung menarik Hana untuk pergi.

Sedangkan Yeshy masih terperangah melihat hal itu. Rasanya geram sekali diperlakukan temannya seperti itu, tapi dia juga sedikit senang karena Hana bisa jadi dengan Reyhan.

Sedangkan kini Hana memukul lengan Reyhan yang terus mengandengnya.

"Kasihan Yeshy, Rey,"ujarnya.

"Biarin aja."

"Ya tapi, Yeshy jadi sendirian nanti."

"Terus kalau kamu sama Yeshy, nanti aku juga sendirian."

"Ya kamu sama temen-temen kamu." Reyhan pun menghentikan langkahnya.

"Oh gitu?" ujar Reyhan menatap Hana.

Cukup lama, sampai akhirnya Reyhan melangkah pergi, sedangkan Hana terperangah sendiri.

Temporary |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang