⏳Temporary|8

5 2 0
                                    


Penat sekali yang Hana rasakan saat ini, belajar di sekolah tanpa adanya jam kosong, ditambah pula ia harus menjaga perpustakaan. Namun, Hana tak merasa terbebani dan mengesampingkan rasa letih itu lalu memilih menyegarkan diri dengan mandi.

Seusai itu, ia pun mengganti baju santai dan menguncir rambutnya dengan asal-asalan. Buku dan laptop sudah ada di hadapannya untuk memulai belajar ataupun merangkai kata-kata indah.

Namun, Hana rasa ia harus menghibur dirinya sebentar dengan menonton video-video lamanya yang ia simpan di flashdisk. Ia teringat dengan teman-temannya yang selama empat tahun kemarin bersamanya. Lebih tepatnya Hana teringat dengan Elga. Sahabat sekaligus cowok pertama yang menyukainya.

"Apa kabar ya ....," ujarnya pada diri sendiri.

Hana mengingat perkataan ayahnya semalam, dan pada saat itu Hana pun pernah merasakan di jadikan ratu oleh sang pangeran. Menggemaskan batinnya.

Karena di usia itu Hana pikir itulah sesuatu yang menggemaskan, bisa mengenal hal merah jambu. Ia pun terus menonton video yang mengingatkannya pada Elga.

Dan masa yang paling Hana ingat ketika ia mengetahui jika Elga mengagumi dirinya. Dan hal itu pun Hana ketahui saat ia akan pergi pindah sekolah untuk mengikuti ayahnya. Meski masih satu negara, tapi sudah beda pulau. Jauh terasa. Hana masih bisa melihat akun sosial medianya, tapi ragu untuk menyapanya melalui pesan online.

Pertemuan yang menyenangkan, tapi akhir yang menyedihkan. Dan Hana tak ingin hal itu terulang kembali.

Tiba-tiba Hana mendapat notifikasi pesan dari Yeshy, ia sudah di tunggu di depan gang rumahnya.

"Duh, kalau gini kan aku gak jadi nulis," ujarnya sambil menimbang-nimbang ajakan Yeshy untuk main keluar.

"Ya udah lah ya, kapan lagi juga main di malam ... Minggu? Eh, baru sadar juga aku kalau ini malam Minggu," ucapnya diiringi dengan tawa.

Hana pun mulai bersiap diri dan mengganti baju, ia menggunakan hoodie berwarna merah muda dan celana berwarna mocca, dengan make up yang natural tapi tetap terkesan jika dipandang. Tak lupa ia menata kunciran rambutnya yang tadinya asal-asalan kini ia kuncir kuda dengan dua helai rambut dibiarkan bergelantungan  sebelah kanan dan kiri pipi.

Setelah Hana melihat dirinya di kaca sambil menyemprotkan parfum, ia pun mengambil tas slempangnya dan menggunakan sepatu berwarna putih. Hana pun siap dan segera menemui Yeshy yang sudah menungunya di depan gang.

"Asoii, wangi banget dah, abis berapa botol tuh parfum?" gurau Yeshy saat Hana masuk ke mobilnya.

Hana tersipu dan tertawa. "Nggak segitunya juga kali ....," ujarnya memukul lengan Yeshy dengan pelan.

Mereka pun tertawa renyah di dalam mobil, sedangkan supir bawaannya Yeshy itu mengendalikan mobil menuju tempat mereka akan bersenang-senang layaknya remaja pada umumnya.

Tidak memiliki pacar bukan berarti mereka tidak bisa malam mingguan. Toh masih ada teman yang selalu ada meski terkadang menjengkelkan. Namun, dialah yang mampu membuat tertawa.

"Mau ke mana nih?" tanya Hana yang masih bingung mau diajak ke mana.

"Mau ke hatinya," ujar Yeshy yang diiringi dengan tawanya.

"Hatinya Kenzo?" Yeshy lantas membulatkan mata dan tawa mereka langsung pecah.

"Wei ... sa ae lo martabak telor." Tawa mereka masih berlanjut.

"Kok martabak telor," rajuk Hana.

"Kalau martabak manis nanti abangnya diabetes." Hana pun mengerutkan dahi yang disusul dengan tawanya.

Temporary |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang