#09 : "Kamu Bakal Baik-Baik Saja"

108 27 1
                                    

***
.
.
.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

***

Jam pertama hari ini adalah jam kosong. Hujan tadi pagi masih begitu awet hingga saat ini. Dan mungkin saja Ibu Dewi terlalu malas menghampiri kelas kami yang memang jauh dari kantor guru dalam keadaan hujan lebat seperti ini.

Kami tak protes sama sekali. Bahkan hal ini lah yang di idam-idamkan semua siswa di kelasku.

Jam kosong memang pelajaran paling menakjubkan yang pernah dirasakan para siswa-siswi yang pernah bersekolah.

Tak terkecuali aku, walau sedikit malas karena bila jam kosong pasti keadaan kelasku ribut, tapi tak menutup kemungkinan aku menyukainya. Karena saat ini bisa aku manfaatkan untuk sekedar memecahkan soal-soal kuis yang masih mengganggu di kepalaku.

Jika kalian menebak bahwa aku adalah salah satu anak pintar yang penuh ambisi, mungkin tak aku salahkan semuanya. Karena memang, belajar adalah kebutuhan untukku. Terlebih untuk soal-soal yang menurutku itu sulit, maka secepat mungkin aku harus menemukan jawabannya.

Tapi aku tidak terlalu pintar, mungkin kata terlalu semangat cocok untuk disematkan pada ku.

"Widih, gak pusing apa ngeliat barisan angka begitu?," Pertanyaan yang diajukan Nia membuatku tersenyum tipis menanggapinya

"Pusing, tapi karena itu biar gak pusing mangkanya harus di pecahkan." Jawabku yang membuatnya hanya mampu mengangguk

"Iya iya, selesaikan aja tuh soal. Gue disini cuma bisa bantu doa gak bisa terjun langsung buat bantu. Karena otak gue buntu duluan cuma karena lihat soalnya." Perkataan Nia sukses membuatku tertawa

"Iya, doa banyak-banyak deh biar aku cepet bisa nyelesaiin ini." Sahutku yang membuatnya mengangguk dan kembali fokus pada game di ponselnya

Sedangkan aku juga ikut kembali fokus pada kerjaan awalku. Menganalisis setiap jalan yang ku coba untuk menyelesaikan soal ini.

BRAK

Namun gubrakan meja itu membuat aku yang fokus pada soal-soal rumit di kertas-kertasku kini berjingkrak kaget.

"Duit gue ilang!," Suara tertahan yang terdengar penuh emosi itu membuatku mengalihkan fokus pada Tegar, anak cowok di kelasku.

"Yakin Gar, Lo letakin dimana tadi?," Sahut Vero teman sebangku Tegar

"Iya gue yakin Ver, gue letakin di dalam tas gue lah," jawabnya

Kami sekelas mengalihkan fokus benar-benar pada Tegar yang kehilangan uangnya. Cowok itu benar-benar frustasi, karena katanya itu uang untuk membayar spp tiga bulannya di sekolah.

KATA BIRU | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang