#03 : "Kamu Hilang Tanpa Ada Kata"

130 33 0
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

***

Hufthh...

Aku menghela nafas berat, mataku terpejam sejenak untuk meresapi terpaan angin yang menyapu wajahku.

Tak terasa sudah seminggu berlalu aku bersekolah di sini. Selama itu pun, aku sudah banyak mengenal teman-teman di kelas begitupun di luar kelas.

Sampai saat ini semuanya menurutku berjalan dengan baik. Semuanya menerimaku dengan ramah, begitupun aku yang juga berusaha bersikap ramah. Yah walaupun sulit, karena aku kurang terlalu dekat dengan mereka.

Namun, selama seminggu ini pun aku juga dibuat bingung dan penasaran dengan Dobby. Cowok yang waktu itu aku bantu namun selalu menolak.

Semenjak awal aku masuk sekolah, saat itulah aku terakhir kali melihat Dobby di kelas. Waktu aku membawakan bermacam-macam bahan untuk mengobati luka di wajahnya, saat itulah awal dan terakhir aku bersamanya.

Cowok itu tidak pernah ada di kelas selama seminggu ini. Selama itu pun, keadaan kelas biasa-biasa saja. Bahkan mereka tidak pernah perduli ketika aku terus-terusan menanyakan keberadaan Dobby.

Dobby seolah di lupakan di sana. Dan jujur aku sedikit merasa tidak suka terhadap perlakuan mereka yang menjelek-jelekkan Dobby, ketika aku menanyakan keberadaan cowok itu.

Tak berbeda dengan Nia, gadis itu masih sama seperti waktu itu. Tetap jutek dan ketus setiap kali aku menyinggung tentang Dobby.

Dia akan terus-menerus memutar matanya dan mengatakan bahwa aku tidak baik berteman dengan Dobby.

Karena merasa lelah dengan jawaban semua orang yang aku tanyai tentang keberadaan Dobby, akhirnya aku memilih bungkam dan memendam rasa penasaran yang sebenarnya sulit untuk di bendung.

Setelah melepaskan penat dengan berkali-kali menghela nafas, akhirnya aku bisa meminum es teh yang sudah di belikan Nia sedari tadi di kantin.

Aku kali ini tidak ikut cewek itu pergi ke kantin. Entahlah mungkin kurang mood saja untuk jalan dan duduk di tempat yang orang-orang pilih sebagai tempat terbaik yang ada di Sekolah.

Netraku kini menatap sekeliling kelas, tak ada seorangpun kecuali aku di sini. Lagi dan lagi aku menghela nafas berat, namun entah dorongan dari mana kakiku melangkah menuju pojok kelas. Dimana itu adalah letak mejanya Dobby.

Aku duduk di bangkunya, menjatuhkan wajahku dimeja dan kembali menutup mataku.

Namun, tak sengaja aku mendapati sebuah buku jurnal di laci meja Dobby. Tidak terlalu tebal dan di sampuli kertas karton berwarna hitam, ada tulisan berwarna emas di covernya.

KATA BIRU | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang