#Treasure Series 01
***
Manusia-manusia itu selalu menutup mata. Padahal mereka tahu itu tidak pernah ada benarnya. Mereka hanya paham tentang bagaimana cara menjatuhkan dan mengadili tanpa memahami kebenaran.
Karena ke-egoisan itu, tanpa sadar mere...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
***
Kejadian saat Dobby hanya diam menerima perlakuan tidak adil dari teman-teman kelasku, ternyata tidak disadari sudah dua minggu terlewat. Selama itu, mereka hanya diam tidak seperti biasanya. Tidak ada sedikitpun ucapan atau tindakan yang biasanya menyakiti Dobby. Aku justru bahagia, apalagi melihat Dobby yang akhir-akhir ini sering menampilkan senyumnya padaku. Walaupun tidak begitu sumringah sampai barisan giginya kelihatan, tapi tetap saja aku menyukainya.
Cowok itu tetap sama seperti awal aku mengenalnya. Jika di lihat dari luar, jujur saja Dobby terlihat tidak begitu bisa menarik perhatian khalayak ramai. Namun siapa sangka dengan hati bukan, walaupun dia tidak se-tampan Pandu ataupun cowok pemarah kala itu. Ia mampu membuat dirinya terlihat begitu menarik di mataku.
Astaga, aku jadi malu mengatakannya.
Tak ingin aku hiraukan lagi pasal hati yang kian menghangat karena lengkung tipis yang menghiasi bibirnya. Aku kini memantapkan diriku untuk membuat Dobby merasa dihargai hidupnya.
Cowok itu masih tetap pada kegiatannya akhir-akhir ini. Hanya duduk diam di meja sambil menulis bahkan menggambar sketsa indah di bukunya yang tak sengaja aku lihat kala itu.
Aku makin melebarkan senyumku ketika Dobby melihat diriku yang berjalan menghampirinya. Sedikit ku lirik buku penuh sketsa abstrak yang tak ku tahu berbentuk apa. Tapi terlihat sangat indah dan mungkin bermakna?.
"Masih mau begitu terus sampai bel masuk bunyi?," Tanyaku
Dobby mengangguk pelan, dan kembali berkutat dengan buku dan sketsa miliknya. Sedangkan aku mengehela nafas panjang.
"Gak laper?," Tanyaku lagi
Dan detik berikutnya ia mendongak menatapku dengan senyum tipis sambil mengangkat sebungkus roti berselai coklat. Aku menggeleng pelan, bisa-bisanya dia cuma makan roti di saat jam makan siang begini.
"Ke kantik yuk," ajakku dan ia menggeleng
"Ayo dong, makan bakso sekali-kali sama aku. Masa gak mau sih," bujuk ku padanya yang menatap mataku datar
Dobby tak memberi respon lagi. Ia kembali memfokuskan semua perhatian dan dunianya untuk buku dan sketsa yang ia gambar. Huuftthh, padahal aku sangat ingin makan bakso di kantin bersama dengannya.
Aku menarik kursi di hadapannya. Duduk disana sambil memperhatikan dirinya yang begitu fokus pada gambarnya.
Huffthh, aku sedikit kesal padanya. Masa tidak peka sih jika aku ingin makan bakso bersama.
Kruyuk...kruyuk...
Perutku berbunyi, dengan malas aku menekan perutku untuk menahan rasa lapar yang tak tertahankan. Dobby menatap satu arah padaku karena mungkin ia mendengar nyanyian perutku yang minta diisi sesuap bakso.