***
.
.
.***
Pagi-pagi ini ketua kelas di kelasku, Pandu namanya, sudah duduk di depan meja ku dan Nia. Memasang wajah ramah dan tampannya, yang katanya bisa membuat siapa saja luluh hati padanya.
Aku sempat bingung, kenapa ia tiba-tiba menghampiriku. Namun Nia hanya tersenyum hangat menyambutnya dan tidak menjawab tatapan mataku.
"Ada apa ya?" Tanyaku
Dia lagi-lagi tersenyum, "Ini, gue mau nawarin lo buat ngisi bagian sekretaris kelas. Lo mau gak Fa?"
Aku mengernyit bingung, "Loh, bukannya sekretaris kelas kita Avista ya?"
Pandu mengehela nafas panjang, "Avista ngundurin diri dari posisi.
Kalo lo gak percaya, gue panggilin dianya.""Vista, Avista."
Gadis itu menoleh dan berjalan menghampiri kami.
"Kenapa Ndu?"
"Untuk posisi sekretaris kelas, gue percayai ke Syifa. Menurut lo gimana?"
Aku dan Avista saling pandang sejenak. Kemudian gadis manis itu tersenyum dan mengangguk setuju.
"Boleh, Syifa kayaknya cocok buat ngisi bagian sekretaris." Sahutnya
"Tuh, jadi lo mau gak?" Tanya Pandu
Aku menatap Nia di sampingku untuk membantu memberi jawaban. Karena jujur, aku bingung harus menjawab apa.
"Terima aja, buat dijadiin pengalaman baru." Sahut Nia
Aku menghela nafas panjang, kemudian mengangguk dan tersenyum tipis kearah Aksar.
"Beneran yah, lo mau?" Tanyanya
"Iya, aku mau. Tapi tugasku sebagai sekretaris apa?"
Pandu dan Avista memberitahu apa saja yang harus aku lakukan sebagai sekretaris kelas. Mereka menjelaskannya dengan baik dan tidak terbelit-belit, yang membuatku mudah memahami dan mencerna semuanya.
Sesekali juga mereka melontarkan lelucon yang membuat aku dan Nia tertawa.
Ternyata seru juga bergaul dengan orang-orang serius seperti mereka. Aku kira bakal kosong dan membosankan.
"Btw, lo bisa langsung kerja hari ini yah." Sahut Pandu
Aku mengangguk, "oke, ngisi absen kan?"
Pandu mengangguk dan tersenyum hangat padaku.
Bell sudah berbunyi dan itu saatnya aku mulai mengabsen kehadiran teman-teman di kelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA BIRU | Kim Doyoung
Ficção Adolescente#Treasure Series 01 *** Manusia-manusia itu selalu menutup mata. Padahal mereka tahu itu tidak pernah ada benarnya. Mereka hanya paham tentang bagaimana cara menjatuhkan dan mengadili tanpa memahami kebenaran. Karena ke-egoisan itu, tanpa sadar mere...