.
.
.Entah bagaimana Tuhan membuat takdir untukku hari ini. Seolah-olah terjadi secara tiba-tiba, aku bertemu Varo. Iya, adiknya Dobby, yang hari ini baru pertama kali aku melihatnya.
Sebenarnya tak ada rencana apapun untukku pergi mengelilingi kota Jakarta di sore hari. Hanya sekedar pergi tanpa tujuan yang jelas. Yah, aku memang punya kebiasaan yang kadang kala membuatku juga bingung dengan diriku sendiri.
Jadi, awal mula pertemuan aku dengan Varo adalah saat bocah itu dengan lihainya memetik senar-senar ukulele dengan suara indah miliknya di warung makan tempat aku berteduh sejenak untuk sekedar menyumpal isi perutku agar kembali kuat untuk berkeliling lagi.
Awalnya memang aku hanya tertarik saja dengan suaranya yang indah. Namun ketika Varo berjalan mendekat ke arahku, dengan bingung aku menatap matanya yang sangat-sangat mirip dengan Dobby.
Sumpah, saat mataku menatap manik mata milik Varo, hatiku kembali berdenyut pedih sebab kembali teringat dengan kejadian saat pertama kali aku bertemu Dobby diinsiden kantin sekolah waktu itu.
Mangkanya dengan refleks aku malah menyebutkan nama Dobby didepan Varo. Dan hal hasil bocah itu berbinar tertarik sebab ia bertemu dengan teman kakaknya.
Dan kini, kami berakhir disini. Menghabiskan waktu singkat dilangit Jakarta dengan menyantap beberapa menu makanan ditempat makan.
Aku tersenyum gemas melihat betapa bahagianya wajah Varo yang sedang menyantap makanan yang aku pesankan. Pipi chubby miliknya terlihat makin besar sebab menyimpan banyak makanan disana.
Melihat senyuman Varo, tiba-tiba aku jadi rindu Dobby begini.
"Kak Syifa kok gak makan sih, malah liatin Varo terus-terusan." Teguran dengan suara halus itu membuat aku menggeleng pelan untuk menyadarkan semua lamunanku yang tiba-tiba jadi memikirkan Dobby .
"Eemmm, enggak kok. Kakak juga makan, Varo kalo mau lagi bilang yah." Ucapanku membuatnya mengangguk penuh keantusiasan.
Sejenak aku kembali terfokus padanya, melihatnya makan membuatku jadi gemas sendiri. Tapi, aku jadi makin penasaran. Kenapa bisa Varo ngamen begini?, Mana lagi ia masih menggunakan celana birunya walaupun bajunya sudah ia ganti jadi kaos hitam polos.
"Varo boleh gak kakak nanya?." Tanyaku.
Varo memperhatikan diriku dan mengangguk menyetujui apa yang aku inginkan. Maka dari itu dengan cepat aku mempertanyakan banyak hal yang membuatku penasaran.
"Varo pulang sekolah emang udah biasa ngamen begini?." Tanyaku.
Varo menggeleng, "nggak kok Kak, Varo baru-baru aja nyoba buat ngamen. Soalnya Abang kasian banget, masa setiap hari kalo pulang sekolah harus kerja, malem-malem juga begitu. Varo nggak mau Abang capek sendirian buat cari uang demi Varo dan Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA BIRU | Kim Doyoung
Genç Kurgu#Treasure Series 01 *** Manusia-manusia itu selalu menutup mata. Padahal mereka tahu itu tidak pernah ada benarnya. Mereka hanya paham tentang bagaimana cara menjatuhkan dan mengadili tanpa memahami kebenaran. Karena ke-egoisan itu, tanpa sadar mere...