#02 : "Jangan Lupa Obati Lukamu"

159 36 0
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

***

Selepas kejadian tadi di kantin, aku kini hanya diam memperhatikan pelajaran Agama yang berlangsung. Namun, sesekali mataku melirik ke arah belakang tepat dibangku Dobby.

Cowok itu terus menunduk, dan tangannya terus menekan bagian perutnya. Sepertinya tinjuan dari cowok pemarah itu cukup serius.

DEG

Jantungku berdetak dengan radius paling kencang ketika tanpa sengaja mata Dobby menangkap basah aku yang sedang memperhatikannya.

Aku tersenyum canggung untuk menyapanya, tapi bukan senyuman balik yang ku terima. Melainkan acuhan dan raut datar yang menyapaku lagi.

Setelah mendapat reaksi seperti itu, aku lebih memilih kembali terfokus pada papan tulis yang penuh dengan tulisan Arab dan coretan spidol dari Bu Iin.

"Fa,"

Aku menoleh ke arah Nia. Gadis itu yang memanggil namaku dengan setengah berbisik.

"Kenapa?"

"Nanti pulang sekolah anterin gue ke Cafe yah."

"Tumben minum kopi,"

Nia menggeleng, "bukan gue, tapi si botak yang mau. Dia kan lagi sekarat dan terkapar di kasur karena kecelakaan tiga hari lalu. Jadi manja deh, gue yang akhirnya jadi babu dia."

Aku terkikik pelan, si Botak yang dimaksud Nia adalah kakak kandungnya sendiri. Julukan itu tersematkan padanya ketika ia dihukum karena melanggar peraturan sekolah.

"Oke, aku juga sekalian mau ngejengukin Bang Gazi." Sahutku

PLAK

Aku tersentak kaget bahkan Nia yang tidak kagetan pun ikut kaget, ketika sebatang penghapus papan tulis terjatuh tepat di meja kami berdua.

Aku dan Nia refleks menatap Bu Iin di depan kelas yang menatap kami dengan pandangan membunuh. Nia pernah bilang, Bu Iin adalah guru cantik namun ia adalah the real of phcyopath.

Ia tidak segan-segan menghukum anak-anak yang ketahuan mengobrol di kelasnya. Dan kini aku dan Nia kepergok sedang mengobrol di pelajarannya.

"Heh, itu anak baru sebelah Nia." Sahut Bu Iin

Aku menelan ludah ku susah payah, dengan perasaan hati yang tidak tenang aku menunjuk diriku sendiri.

"Saya Bu?,"

"Iya, siapa nama kamu?"

"Emmm, anu...saya Syifa."

Bu Iin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, "Surah apa yang menjelaskan bahwa kita tidak boleh berzina atau mendekati zina."

KATA BIRU | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang