TUDUHAN 1

1K 222 481
                                    

Pak Jaka sedang membersihkan noda darah yang digunakan oleh orang misterius untuk menulis sebuah pesan di lantai kelas XII-1, sebagian murid yang penasaran berada di dalam untuk melihat tulisan itu dibersihkan oleh Pak Jaka. Sedangkan sebagian lainnya memilih menunggu di luar, karena bau anyir dari darah tersebut membuat beberapa orang mual bukan kepalang.

"Heran banget gue," kata Resa, sembari melipat kedua lengannya.

"Heran kenapa, Sa?" Tanya Aley yang berada di sebelahnya.

"Orang tolol mana yang mau ngelakuin hal enggak guna kayak gini, coba?" Ucap Resa dengan santainya.

Aley terkejut dengan ucapan Resa. "Jangan ngomong gitu, Sa. Nanti kalo yang nulis ini denger, bisa abis nyawa lu." Aley menyenggol bahu Resa.

Resa menatap Aley. "Lo pikir gue takut? Lagian masih jaman apa main teror-teroran begini? Kuno banget." Decak Resa.

Di sisi lain, Agas dan kawan-kawan tengah berkumpul di satu meja. Mereka mengitari meja tersebut dan Agas pun memulai percakapan.

"Guys, menurut kalian apa maksud dari tulisan itu?" Tanya Agas yang duduk di tengah-tengah. Semua terdiam membisu.

"Mana gue tau, Gas." Balas Gilang menggeleng sambil mengangkat kedua bahunya.

"Kalo gitu kita buka forum untuk diskusi, siapa tau itu clue untuk mengungkap pelaku yang udah bunuh Chandra." Ungkap Agas.

"Boleh juga ide lu." Gavin bersuara menyetujui, diikuti anggukan kecil dari Leo.

"Tapi, dari pesan itu kita cuma punya waktu sebelum sunset." Tutur Leo memberitahu.

"Gimana diskusinya pas pulang sekolah? Udah mau masuk pelajaran pertama." Saran Tifani.

"Kenapa enggak pas istirahat aja?" Ujar Mira.

"Kita pulang sekolah jam lima, matahari terbenam kira-kira jam berapa, dah?"

"Jam enam," potong Arin sambil menatap Agas dengan datar.

"Nice, pas pulang sekolah aja. Kalo past istirahat males gue diskusi, mending makan sambil ghibah." sahut Gilang.

"Jangan pas pulang sekolah. Gue enggak bisa," ucap Arin sambil memainkan ponselnya.

"Kenapa? Lo lagi coba buat kabur, ya?" Curiga Resa.

Arin menatap Resa sinis. "Lo masih curiga sama gue?"

Tifani menengahi dengan menghalangi pandangan dari Resa dan Arin yang sedang bertatap-tatapan dingin.

"Eh gue punya ide, gimana kalo kita cari maksud tulisan itu di google aja?" Celetuk Gilang.

"Bego!" Gavin menjitak kepala Gilang.

"Sakit anjir! Lu pikir kepala gue ini tempurung kelapa, apa?!" Gilang nampak mengelus-elus jidatnya yang baru saja dijitak.

"Ehh, otak lu itu dipake buat mikir!" ledek Gavin.

"Gue jarang make, kalo lagi keadaan mendesak biasanya otak gue baru jalan." Ucapnya. Setelah mengatakan itu, ia tertawa.

"Enggak usah ngelawak, Bambang!"

"Hahaha! Iya iya ..., lagian lu pada serius amat sih, santai aja brohh." Kata Gilang smasih dengan tawanya.

"Santai-santai pala lu! Ini menyangkut hidup dan mati." Seru Aley ikut menyudutkan Gilang.

"Ini emang menyangkut hidup dan mati dan juga kematian Chandra yang tiba-tiba. Atau ..., target si pelaku itu emang kita dari awal." Ungkap Leo.

Setelah mendengar kalimat dari Leo, semua nampak terdiam dan saling tatap satu sama lain. Tatapan curiga menyertai wajah mereka saat ini.

AKHIR 12 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang