Arin menoleh karena terkejut dengan suara tabrakan. Betapa terkejutnya Arin ketika melihat Mira sudah terduduk di aspal dan terlihat meringis kesakitan. Ia pun berlari menghampiri sahabatnya untuk menolong.
"Mira, lo enggak apa-apa?" tanya Arin khawatir.
"Aduh, sialan tuh orang ...." umpat Mira.
"Lo ditabrak?" tanya Arin.
"Iya nih, gue diserempet motor, aduh aduh sakit," erang Mira yang begitu kesakitan.
"Siku lo berdarah." Arin terkejut melihat luka temannya itu dan dengan hati-hati membantu Mira untuk berdiri. "Kita ke rumah sakit aja, ya? Luka lo kayaknya parah banget,"
"Iya, Rin,, aduh ...."
"S-sorry, gue akan hati-hati." Arin merasa bersalah karena tidak sengaja memegang lengan Mira yang nampak terluka itu, ia hanya khawatir sehingga menyentuh tanpa sengaja.
Waktu malam pun tiba, Mira dan Arin masih berada di rumah sakit setelah insiden Mira yang diserempet oleh motor. Arin pun menghubungi teman-teman yang lain dan mengabari insiden hari ini.
Beberapa jam kemudian Agas dan yang lainnya tiba di rumah sakit dan langsung masuk ke dalam ruangan tempat di mana Mira baru selesai diobati.
"Gimana kondisi lo, Ra?" Tanya Gilang.
"Menurut lo?" jawab Mira dengan nada ketus.
"Kayaknya enggak baik."
"Udah tau, pake nanya segala." Mira kembali menjawab dengan nada ketus.
"Yaelah, lo kalo ditanya judes amat sih."
"Rin, gimana dan dimana kejadiannya?" Tanya Leo yang tepat di samping kanan ranjang Mira.
"Kejadiannya di perempatan kompleks perumahan gue. Gue sendiri juga enggak terlalu tau kejadiannya gimana soalnya Mira udah terduduk di tanah dengan luka di sikunya." Jelas Arin.
"Mira, lo inget enggak siapa yang nyerempet lo?" Tanya Tifani.
"Kenapa lo nanya-nanya?" Balas Mira dengan judes.
"Orang itu harus tanggung jawab." Terang Tifani.
"Yaudah, masukin dia ke penjara."
"Mending dia tanggung jawab untuk biaya pengobatan lo daripada dilaporin malah makin runyam masalahnya." Saran Tifani.
"Gue enggak mau tau, orang itu harus tanggung jawab di dalam jeruji besi." Pekik Mira tak peduli.
"Ra, udah lah ...."
"Ohh, lo semua belain dia?" Emosi Mira sambil menunjuk salah satu dari mereka. Semua mata tertuju pada Gavin.
"Lo semua bersekongkol buat lenyapin gue, ya?" Pekik Mira dengan wajah memerah karena murka.
"Lo kenapa sih?" Heran Leo sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Otak lu geser kali ya abis diserempet motor," timpal Gilang sambil menggeleng melihat kelakuan salah satu temannya yang baru saja diserempet motor.
"Mumpung semuanya ada di sini, jujur aja kalo lo yang udah nyerempet gue." Cicit Mira sambil menatap Gavin dengan tatapan dingin.
"A-apa maksud lo?" Gavin semakin bingung dengan ucapan Mira. Sesekali ia melirik-lirik ke teman-temannya yang lain, dan ternyata semua mata mengarah padanya penuh tanda tanya.
"Lo akting atau pura-pura bego? Jelas-jelas lo yang udah nyerempet gue, ngaku aja!" Bentak Mira, memaksa agar Gavin mengakui perbuatannya.
"Vin, beneran lo yang udah nyerempet Mira?" Leo yang ada di depannya mulai ada rasa curiga kepada Gavin yang sedari tadi diam dan tak menjawab apapun yang ditanyakan Mira.
"Sumpah, bukan gue yang ngelakuin itu." Jawab Gavin penuh tekanan.
"Ra, lo yakin enggak salah orang?" Tifani kembali mempertanyakan tuduhan Mira kepada Gavin.
"Lo lebih milih percaya sama Gavin daripada gue? Udah jelas dia yang nyerempet gue, dan gue adalah korbannya!"
"Emang lo punya bukti?" Ucap Aley tiba-tiba.
Mira terdiam sejenak, menatap Aley dengan sinis lalu kembali berkata. "Gue inget plat nomornya."
Semuanya kaget dengan pengakuan Mira.
"Selain itu ..., motor yang nyerempet gue itu motor ninja warna hijau."
"Motor ninja warna hijau mah bukan cuma Gavin doang yang punya. Banyak, Ra." Sahut Gilang. Agas, Leo dan lainnya mengangguk. Kecuali Arin, yang diam dan hanya mendengarkan semuanya berbicara.
"Heh, lo diem aja! Gue enggak lagi ngomong sama lo!" Hardik Mira pada Gilang yang selalu menyahuti semua ucapannya.
"Eh buset galak amat, iya iya maaf."
"Udah Ra, lupain aja kejadian itu. Yang penting lo selamat dan untuk pelaku yang berusaha nyelakain lo kita minta bantuan polisi aja ya?" Saran Arin. Mira menghela napas kasar dan mengangguk menyetujui saran yang diberikan Arin.
Dan setelah panjang lebar berdebat yang hampir tak berujung pada kesimpulan yang logis, Arin mengakhirinya dengan sekali buka suara. Semuanya menghela napas lega.
Kali ini dia lolos.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR 12 [END]
Mystery / Thriller𝗕𝗮𝗯 𝗸𝗼𝗺𝗽𝗹𝗶𝘁 + 𝗠𝗶𝗻𝗶𝗺 𝘁𝘆𝗽𝗼 Kisah dimulai dengan kematian Chandra, seorang siswa kelas 12 di SMA Cakra Garuda yang ditemukan tewas di toilet sekolah. Ketegangan semakin meningkat ketika Resa, teman sekelasnya juga ditemukan tewas di...