WAKTU TERAKHIR 1

402 53 67
                                    

Gina meronta selama hampir satu jam di lantai dengan tangan dan kaki yang terikat, ia berusaha melepas ikatan itu karena benar-benar mengunci pergerakannya. Namun, yang didapatkannya hanya rasa lelah dan tenggorokan yang sakit akibat berteriak terus menerus untuk mengeluarkan umpatan pada psikopat yang sedang tersenyum di hadapannya saat ini.

"LEPASIN GUE!!"

Mira memandang Gina miris. "Kalo lo bergerak terus, lo bisa mati dengan sendirinya, Gina."

Gina mengepalkan tangannya yang masih terikat. Ia menatap Mira. "Apa sebenernya alasan lo ngelakuin semua ini? Kenapa lo bunuh teman-teman lo?"

Mira kembali tersenyum, senyuman kejam yang mematikan. "Apa semua hal yang gue lakuin harus didasari alasan?" Decaknya.

"Gue yakin lo punya alasan, apa karena lo punya dendam sama mereka?"

"Dendam? Hmm... menarik."

"Apa alasan lo sebenarnya?!" Hentak Gina.

"Aduhhh, lo berisik dan cerewet banget sih! Sama kayak yang satunya." Sela Mira merasa sangat terganggu oleh suara Gina.

"Yang satunya? Siapa yang lo maksud?"

"Kembaran lo, lah. Siapa lagi?"

"Jangan sebut nama saudara gue dengan mulut busuk lo itu!"

Mira menyeringai melihat emosi Gina yang mulai meledak-ledak. "Lu tau enggak, kenapa dia bisa mati?"

Gina melebarkan matanya dan menelan salivanya sekuat mungkin, sebenarnya ia enggan untuk mendengar hal-hal yang berkaitan dengan kematian saudara kembarnya di tangan pembunuh berdarah dingin ini. Tetapi, ini akan jadi informasi yang sangat penting untuk rencananya.

"Dia mati karena terlalu banyak tau, jadi gue bunuh aja deh." Ungkap Mira dengan santainya.

"Anjing, lo ya! Gilang itu orang baik, tau!" teriak Gina.

PLAKK!!

Satu tamparan tepat mengenai wajah Gina.

"Lo enggak boleh menilai seseorang hanya karena lo punya ikatan darah. Gue muak sama lo karena berusaha ikut campur urusan gue. Jadi, siap untuk di end?" Mira menatap tajam ke arah Gina yang sudah kehabisan tenaga.

"Lo akan dapat karma karena udah bunuh banyak orang enggak bersalah." Tuntut Gina.

Mira berdecih mendengar hal tersebut dari mulut Gina. "Karma? Tau apa lo soal karma? Enggak usah sok suci, Anjing!" Ia kembali menampar wajah Gina dengan keras. Sudut bibir dan wajah Gina sudah dipenuhi luka akibat pukulan yang diberikan Mira padanya.

Mira berjalan mendekat ke arah Gina yang sedang memberontak dan berusaha untuk terlepas dari ikatan yang menjerat tangan dan kakinya. Sementara Mira tersenyum untuk membuat Gina semakin takut.

"Aaakkhhh!! Lepasin gue!!" Gina mengerang kesakitan untuk yang ke sekian kalinya karena disiksa oleh Mira dengan sangat kejam.

"Siapa suruh datang tanpa rencana, bego!" hina Mira.

Senyum Mira meredup saat Gina berdecak dan tersenyum miring di hadapannya. Tatapan itu menjadi berani seakan menantang si pembunuh berdarah dingin.

Mira menautkan kedua alisnya melihat ekspresi Gina yang berubah drastis. "Ohh, gitu ya... jadi, lo datang dengan sebuah rencana?" tanya Mira penasaran.

BRAAKKK!!

Mira menoleh tatkala suara pintu markasnya didobrak dengan kasar oleh seseorang.

DIAM DI TEMPAT!!

AKHIR 12 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang