KEMATIAN YANG LAIN

640 124 186
                                    

"Teror?" Leo berucap. Agas mengangguk pelan. Leo mengambil kertas itu dari tangan Agas dengan paksa sehingga membuat Agas sedikit tercekat.

Thanks for giving me two sacrifices for this week, I want more.

"What the hell?" Gilang nampak emosi dan menggebrak meja, kesal dengan kelakuan peneror dan pembunuh teman-temannya.

"Jadi, selama ini kelas kita juga diteror?" Ucap Mira tiba-tiba.

"Sialan!! Kalo gitu mendingan gue pindah sekolah aja." Sahut Aley dengan raut wajah ketakutan.

"Percuma, Ley." Balas Arin.

"Percuma? Maksud lo apaan?" Aley menoleh kaget ke arah Arin.

"Pelaku itu dari awal emang udah ngincer kita."

"Terus kalo emang bener kelas kita diincar, kita harus ngapain?" Gilang merasa ngeri saat Arin dengan santai mengatakan hal tersebut secara terang-terangan.

"Si pelaku pasti tau semua tentang kita. Kejadian yang menimpa kita dan teman-teman kita pasti salah satu dari rencananya." Setelah Arin mengatakan hal tersebut suasana berubah hening.

"Mira, lo kan yang udah bunuh Gavin?" Tuduh Gilang pada Mira yang sedang diam mendengarkan ucapan Arin.

Mira kaget saat Gilang menuduhnya membunuh Gavin. Sebenarnya ia juga sudah menduga hal ini akan terjadi, "kenapa lo nuduh gue? Emang Enggak ada orang lain apa yang bisa dituduh? Kenapa gue mulu?" Tanyanya bingung. Begitu pun dengan yang lainnya.

"Ngaku aja deh, sebelum Gavin meninggal lo sama dia ada perdebatan di rumah sakit. Jadi, lo yang udah bunuh dia karena masih marah." Tuduh Gilang dengan alasan yang sedikit rasional.

"Sumpah, gue enggak habis pikir sama pemikiran lo yang dangkal itu," balas Miras sambil menggeleng pelan, "sekarang gue tanya sama lo, gue ada di mana saat Gavin dibunuh?" Tanya Mira, menatap Gilang dengan intens.

Gilang terperangah mendengar ucapan Mira. "I-itu ..." gagapnya tak bisa menjawab. Ia nampak kikuk dan memilih menunduk untuk mencerna apa yang ditanyakan Mira padanya. Itu benar, saat itu Mira tidak masuk sekolah karena tangannya masih patah dan harus sering kontrol ke rumah sakit.

"Gue di rumah sakit untuk periksa kondisi lengan gue yang patah. Lo tau itu, kan?!" Ungkap Mira dengan nada tinggi.

Mendengar Mira mengungkapkan isi hatinya ia sadar bahwa cewek itu sangat marah padanya, Gilang pun hanya bisa membuang muka setelah mendengar perkataan Mira yang membuatnya terpojok.

"Lang, gue tau lo belum bisa terima atas kematian Gavin. Tapi, nuduh Mira tanpa bukti pun enggak akan nyelesain masalah. Kita semua tau kalo kondisi lengannya lagi enggak baik-baik aja." Ujar Tifani menengahkan situasi.

"Gue juga ngerasa kalo Mira pelaku yang sebenarnya. Tapi ucapan Tifani ada benarnya, lengan Mira lagi patah dan kemarin dia ke rumah sakit untuk periksa." Seru Aley tiba-tiba.

"Lo juga curiga sama Mira?" Tanya Agas pada Aley.

"Setelah Resa meninggal, lo pikir gue percaya sama mereka berdua?" Balas Aley sambil menunjuk ke arah Mira dan Arin yang duduk bersebelahan.

Arin terkejut. Tetapi Mira hanya menampilkan wajah malas datarnya kepada Aley. Seakan Mira sudah terbiasa dituduh tanpa bukti oleh teman-temannya.

"Maksud lo apa sih, Ley? Kenapa lo selalu menyudutkan gue sama Mira yang enggak tau apa-apa soal kematian Resa dan Gavin? Jangan-jangan, lo yang udah bunuh mereka dan nuduh kita supaya enggak dicurigai sama yang lain?!" Ujar Arin dengan berani.

Aley melotot tak percaya saat Arin dengan lantangnya mengatakan hal tersebut.

"Gue enggak mungkin ngelakuin itu sama Resa! Dia sahabat gue dari kecil!" sergah Aley yang juga ikut bersuara dengan nada tinggi.

AKHIR 12 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang