PETAKA PESTA 1

486 76 55
                                    

5 hari kemudian

Ruang kelas yang dahulu penuh ocehan dan pembicaraan mengenai misteri yang mengitari pembunuhan, kini menghilang secara tiba-tiba. Selama lima hari terakhir koridor sekolah juga menjadi sepi dari cerita-cerita mencekam dan spekulasi yang terus bermunculan.

Tanpa ingin melihat suasana yang kini sudah berubah, Arin berpikir untuk mengadakan sesuatu yang dapat mengembalikan kegembiraan ke dalam kehidupan mereka. Dengan cepat, acara ulang tahun muncul di benaknya. Ia memutuskan untuk mengundang teman-temannya dan beberapa tetangga barunya untuk menciptakan suatu kesempatan dan pengalih perhatian dari peristiwa mencekam yang telah terjadi.

Arin beruntung karena Mira selalu mendampinginya untuk membantu merancang dekorasi yang ceria, menyiapkan kebutuhan pesta, dan mengatur berbagai hidangan yang pastinya akan dinikmati oleh semua tamu.

Undangan pun sudah dibuat dan siap dibagikan kepada teman-teman sekelasnya. Karena sibuk mengurus beberapa hal, Mira dan Arin memutuskan untuk mengirimkan undangan tersebut melalui kantor pos.

"Rin, toiletnya di mana?" Tanya Mira berancang-ancang untuk berlari secepat kilat setelah diberitahu letak toiletnya.

"Di sana," jawab Arin sambil menunjuk toilet rumahnya.

Mira pun langsung berlari dengan langkah terbirit-birit menuju toilet.

Saat Arin sedang memasang balon yang sudah di susun sedemikian rupa sesuai tema pesta, ia teringat akan suatu hal yang sampai saat ini tidak bisa ia pahami.

Pikiran Arin terbagi menjadi dua, dan kini mulai mengingat beberapa ucapan Tifani sebelum meninggal dibunuh. Ucapan yang seakan-akan memasukkan racun ke dalam benaknya, menciptakan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab dan keraguan yang tumbuh seperti badai gelap di benaknya.

Kalau saat ini lo punya orang yang dipercaya, gue minta sama lo untuk tetap berhati-hati.

Setiap kata dan nuansa yang tersemat, membuat pikiran Arin menjadi tak terarah. Ucapan Tifani membuka pintu rasa curiga dan ketidakpastian yang memaksa Arin untuk merenung dan memikirkan siapa pelaku yang bersembunyi di balik bayangan, yang diyakini ada di antara mereka.

Pukul 19:00, Rumah Arin

Beberapa tamu undangan, baik dari teman sekolah maupun tetangga-tetangga barunya terlihat antusias dengan pesta yang diadakan di rumah barunya tersebut.

Aley, Gilang, Leo, dan Agas juga datang walaupun beberapa hari yang lalu terlibat adu mulut yang kurang menyenangkan.

"Ley, bukannya lo enggak suka sama Arin dan Mira? Kenapa lo datang juga ke pesta ini?" Tanya Gilang pada Aley yang nampak malas berada di situasi bahagia.

"Emang kenapa? Gue juga diundang sama dia, lagipula ini kesempatan bagus untuk mengungkap kejahatan mereka." Balasnya dengan sinis.

"Lo yakin bakal bisa?" tanya Gilang nampak ragu saat melihat keseriusan Aley untuk mengungkap kebenaran.

"Lo enggak percaya sama gue?'

"Bukan enggak percaya, tapi, gue ragu sama kemampuan lo."

Aley yang kesal dengan ucapan Gilang mulai melakukan ancang-ancang untuk memukul Gilang. Namun, hal tersebut dibatalkan karena banyak tamu yang melihatnya.

AKHIR 12 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang