Dua bulan setelah kematian tiga murid kelas XII-1, beberapa murid yang ada di kelas itu memutuskan untuk pindah sekolah. Jika saat itu masih ada 26 orang kini yang tersisa hanya 20 orang. Enam orang dinyatakan pindah setelah insiden kematian Gavin yang begitu tragis.
Pak Jaka, salah satu penjaga sekolah yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar juga menimbulkan tanda tanya besar, itu menandakan bahwa memang dialah dalang dari semua teror yang menimpa kelas XII-1, dan menyuruh para polisi untuk bungkam. Kesempatan untuk menanyakan terkait teror-teror yang sudah dilakukannya kepada kelas XII-1 langsung sirna begitu saja setelah mengetahui Pak Jaka menghilang.
Pihak sekolah tidak menyadari hal tersebut dan Pak Jaka juga memutus kontak pada siapapun. Sampai saat ini terhitung sudah dua bulan tak ada kabar sejak kepergian Pak Jaka yang mendadak.
Namun, sejak Pak Jaka menghilang tanpa kabar, teror-teror mengerikan sudah tak datang menghantui kelas XII-1. Murid dan warga sekolah lain akhirnya bisa bernapas lega dan mulai menjalani pembelajaran dengan tenang tanpa gangguan teror ataupun pembunuhan.
Ujian akhir yang menentukan nasib kelulusan para murid kelas dua belas hampir di depan mata, kejadian-kejadian yang dahulunya membuat bulu kuduk berdiri juga sudah tak datang.
Setelah Ujian Semester Satu usai, kelas XII-1 memutuskan untuk berlibur bersama sebelum mereka bersibuk ria pada Ujian Kelulusan nanti. Agas, Tifani, Leo, Gilang, Arin, Mira, dan Aley membuat sebuah wacana untuk pergi berlibur bersama setelah Ujian Semester Satu. Mereka memilih pergi ke salah satu tempat wisata di Bandung.
Rumah bercat putih dan biru itu nampak lengang. Sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Hunian yang dahulunya ditinggali satu keluarga kaya kini telah pindah ke luar kota dengan menjual rumah tersebut. Namun, entah kenapa sampai sekarang rumah itu tak kunjung terjual akibat desas-desus yang diujarkan dari mulut ke mulut. Ada yang mengatakan rumah itu berhantu, bekas kasus pembunuhan yang belum usai terungkap, dan gosip lainnya yang bertebaran.
Rumah Teressa yang letaknya tak jauh dari kediaman Arin kini menjadi rumah kosong tak berpenghuni yang ditumbuhi tumbuhan liar merambat di setiap sudut dinding.
Sebelum dijemput Leo, Arin berjalan santai di sekitaran komplek perumahannya. Ketika sampai di depan rumah Resa, terlihat kosong melompong dan begitu menyeramkan dilihat dari sudut manapun. Arin menelan salivanya kuat-kuat ketika matanya menatap dalam ke rumah yang pintunya dibiarkan terbuka lebar menunjukkan ruang tamu yang dahulu begitu mewah. Ia tak bisa bayangkan ketika sang pembunuh menghabisi nyawa Resa di ruangan itu.
"Arin?" Panggil Leo.
Arin menoleh. "Hai, Leo," sapanya.
Pertemuannya dengan Leo agak sedikit canggung karena keduanya tidak dekat selama ini.
"Lo ngapain di sini? Kangen sama Resa?" Tanya Leo, agak dingin.
"E-enggak, gue cuma lagi merenungi aja."
"Merenungi bagaimana cara si pembunuh menghabisi nyawa Resa?" kata Leo tiba-tiba.
Arin terkejut dengan ucapan Leo yang tiba-tiba menanyakan cara si pembunuh menghabisi Resa di rumah itu. Padahal ia tidak ada pikiran sampai sejauh itu.
"Umm ..., gue--"
"Gue rasa itu karma buat dia."
Arin kembali terlonjak. "Karma?"
Leo menatap Arin dengan intens, yang ditatap terdiam dan menatap dalam bola mata Leo yang hitam pekat. Sangat hitam, seperti ada aura lain yang berada dalam diri Leo saat ini.
Sebelum berangkat ke Bandung, Leo dan yang lainnya memutuskan untuk berkumpul di rumah Agas terlebih dahulu. Karena liburan kali ini menggunakan mobil Agas yang cukup besar untuk mengangkut teman-temannya menuju kota Bandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR 12 [END]
Mystery / Thriller𝗕𝗮𝗯 𝗸𝗼𝗺𝗽𝗹𝗶𝘁 + 𝗠𝗶𝗻𝗶𝗺 𝘁𝘆𝗽𝗼 Kisah dimulai dengan kematian Chandra, seorang siswa kelas 12 di SMA Cakra Garuda yang ditemukan tewas di toilet sekolah. Ketegangan semakin meningkat ketika Resa, teman sekelasnya juga ditemukan tewas di...