MENUNTASKAN ANCAMAN

557 84 132
                                    

Gilang dengan pandangan tajamnya mencoba membidik ke dalam mata Leo, mencari jejak kebenaran atau kebohongan. Di sisi lain Leo merasa terjebak dalam labirin tuduhan yang tak berdasar, dan keheranan melintas di wajahnya.

Sementara itu, Agas yang berusaha menjadi mediator, merasa kewalahan oleh konflik yang semakin memuncak.

"Lo punya bukti?" Tandas Leo tak terima dituduh sembarangan tanpa bukti yang jelas.

"Gue nggak punya bukti, tapi—"

Kata-kata yang tergantung di udara, memotong ruangan seperti pedang tajam.

"Lo mencurigakan sejak kita masuk ke rumah hantu itu,"

Agas nampaknya mulai kewalahan melerai perdebatan yang berujung menuduh, dan entah bagaimana ia merasa rindu dengan ocehan Tifani saat melerai teman-temannya yang sedang berdebat.

"Guys, tenang dulu ...." Kata Agas melerai perdebatan yang menciptakan keheningan sesaat.

Namun, hawa ketidaksetujuan masih menguasai ruangan. Di sisi lain Aley dan Mira saling melemparkan pandangan penuh ketidakpercayaan. Agas sendiri merasa tertekan oleh tanggung jawab untuk mempertahankan perdamaian di antara teman-temannya.

Aley mendorong pundak kiri Mira karena tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh Mira.

"Enggak usah sok suci lo, Ra! Ngaku aja deh, lo kan yang udah lenyapin teman-teman kita?" ujarnya penuh emosi.

"Hah?! Lo mending bercermin dulu deh sebelum nuduh orang. Punya cermin enggak di rumah?" Mira menggertak, memainkan kata-kata untuk membalas tudingan tersebut.

Aley nampak terdiam membiarkan kata-kata Mira meresap ke dalam benaknya.

"Bukannya lo yang bunuh mereka?" tuduh Mira tiba-tiba. Ini kali pertama ia melontarkan tuduhan pada seseorang, apalagi orangnya adalah Aley yang selama ini mencurigai dan menuduhnya tanpa bukti jelas.

Aley tersenyum miring, seakan-akan tahu maksud ucapan Mira. "Barusan lo ngancem gue, kan?" ujarnya dengan tatapan sinis.

"Gue enggak ngancem. Seharusnya lo bisa berpikir kritis dan logis, fakta bahwa pembunuhan yang terjadi di rumah hantu itu gue enggak ada di sana, karena gue dan Arin lagi makan es krim." Jelas Mira.

Suasana kembali berubah. Kini, semua mata tertuju pada Aley, yang terdiam dan meresapi serangan logis yang dilontarkan Mira.

"Dari kasus kematian Resa gue udah curiga sama lo!"

Aley terus menyangkal semua penjelasan logis yang Mira ungkapkan, ia hanya tidak mau menerima kenyataan bahwa Mira dan Arin tidak ada di lokasi kejadian.

"Paham Bahasa enggak sih, apa perlu gue pakai Bahasa hewan biar sampe ke otak lo?" hardik Mira.

"Maksud lo apa?!"

"Terserah, gue udah enggak peduli lagi lo mau ngomong apa. Intinya gue enggak bersalah, jadi buat apa gue takut sama ancaman lo?" ucap Mira dengan ledekan di kalimat terakhirnya.

"Kok lama-lama lo jadi nyebelin sih?" Lengkingan nada Aley membuat Mira semakin kesal, dan suasana semakin memanas. Pertengkaran mereka menggiring perdebatan tanpa ujung.

AKHIR 12 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang