"Bagaimana ini, Kapten? Ada empat lereng landai. Kita tidak tahu di mana jalan keluar. Bisa jadi jurang dalam. Pasukan-pasukan itu sudah mengejar di belakang."
Hermit menggeleng pucat. "Terlambat. Mereka sudah datang."
Belasan pasukan berbaju teroris berderet membuat barikade menghadap anggota Marmoris, menodongkan senjata. Pimpinan mereka menyeringai lebar, puas melihat Marmoris tersudut. Clandestine berdecak.
"Inilah akhirnya. Terimalah kekalahan kalian!"
Clandestine mendengus. "Semuanya, ambil posisi. Ulur waktu," perintahnya menarik pin bom asap lantas melemparnya ke arah teroris. "Berlindung di balik tembok."
BUM! Dor! Dor! Dor!
Manik mata Clandestine bermain, mencari suatu tempat untuk dijadikan perlindungan. Satu anggota teroris sudah mengambil posisi untuk melepaskan rudal, membidik ke seluruh anggota Marmoris.
"Ketua, kita kehabisan amunisi!"
Berdecak untuk kedua kalinya, Clandestine tidak punya waktu lagi. "5 detik lepaskan pistol, kita berpencar ke masing-masing lereng. Satu-satu jalan akan dilewati 2 member. Hermit-Mangto lorong pertama. Tobi-Northa lorong tiga. Dien-Castle lorong dua. Begitu sampai di ujung lorong, jangan segan-segan menghancurkannya. Kita kembali ke titik yang sama. Berhati-hati karena lereng ini boleh jadi licin. Yang terlambat, yang terpeleset, akan ditinggalkan!"
"PAHAM!" Mangto lebih dulu berhenti menembak, menarik tangan Hermit, segera masuk ke lorong satu.
"5! 4! 3!" Clandestine mulai menghitung mundur, mengeluarkan banyak bom dari sabuk. Sementara itu Dien, Castle, Tobi dan Northa perlahan masuk ke lorong yang sudah diperintahkan.
"2! 1!" Terakhir, Clandestine menekan pelatuk bazoka. Tubuhnya terlempar ke belakang sebab tak kuat menahan daya dorong senjata.
DUAR
"A-choo!" Aku bersin untuk kesekian kalinya, mengelap ingus. Notif win muncul di layar komputer.
[Ampun deh, Kapten, kau tak enak badan masih saja bisa memberi perintah sejitu itu. Kepalamu terbuat dari apa sih?]
[Sudah cukup dengan ronde ke-8, Ketua. Kau harus istirahat. Jangan terlalu memaksakan diri. Game tidak baik dimainkan terus-menerus. Itu merusak kesehatan.]
"Satu ronde lagi," kataku mengambil tisu. "Kita sudah lama tidak push rank guild, Mangto. Nanti poin kita tertinggal."
[Ketua baru bilang itu dua ronde yang lalu. Kalau terus seperti ini, Ketua bisa sakit. Aku udahan. Game hanya untuk hiburan.]
Sialan. Tidak kusangka aku malah masuk angin gara-gara pakai rok pendek kampret itu. Kenapa anak cewek tahan memakainya setiap hari? Ini tidak bisa dipercaya. Apa aku selembek itu?
[Ayo, Kapten, tidurlah. Banyak istirahat. Belum lagi Kapten habis lembur, kan?] Hermit berkata khawatir.
Yah, sepertinya aku juga sudah tidak kuat lagi memelototi layar PC. "Baiklah, kuserahkan pada kalian event ini."
[Siap, Kapten!]
Clandestine telah log out.
Beranjak turun dari kursi, aku beringsut naik ke kasur. Mainan langit-langit kamar terlihat ganda. Kepalaku pusing. Aku tidak bisa tidur kalau begini.
Ketika aku demam atau tidak enak badan karena kelelahan, ada Mama di sisiku, siap merawat. Tetapi sekarang? Huh, si Dhave sialan masih mengurung Mama entah di mana. Makanya aku takkan pernah menerima pria tengil itu. Orang dewasa sepertinya memuakkan!

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MARMORIS
ActionMARMORIS. Guild nomor satu di game yang sedang mendunia. Tidak ada yang bisa menggeser posisi mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan member dari guild itu. Apalagi kapten dari guild MARMORIS player dengan reputasi tinggi yang pernah ada. Rasa iri t...