MARMORIS.
Guild nomor satu di game yang sedang mendunia. Tidak ada yang bisa menggeser posisi mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan member dari guild itu. Apalagi kapten dari guild MARMORIS player dengan reputasi tinggi yang pernah ada.
Rasa iri t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagus! Mereka semua sudah masuk. Kita jalankan rencananya sekaeang." [Lascrea, tank Sembilan Benteng Woodzn].
"Tapi kau yakin wanita di dekat Mangto itu Clandestine yang agung? Kenapa aku merasa tak yakin... Mungkin bukan dia deh, Flame." [Zeren, supportsniper Woodzn].
"Aku setuju dengan Zeren. Merujuk tidak ada yang tahu identitas Clandestine termasuk anggotanya sendiri, mustahil dia mau menunjukkan diri terang-terangan. Kita tidak boleh meremehkan player top dunia sepertinya." [Corki, sub-attacker].
"Justru kalian lah yang tak berhati-hati." [Rapa, hacker Woodzn]. "Clandestine ingin kita termakan pancingannya. Kenapa kita harus melewati umpan emas?"
Seseorang berambut merah nyalang bergabung ke antara mereka, menyeringai. "Clandestine sudah mempermalukan Menas, wakil kita yang idiot. Aku tidak mau dipermalukan seperti ini. Kita serang mereka." [Flamehale, DPS Woodzn].
Zeren dan Corki bersitatap, menghela napas. Pendapat mereka tidak didengar, tidak ada pilihan selain memberi dukungan dari belakang.
"Rapa, itu sudah siap, kan?"
"Sudah, Pak!" Rapa membenarkan posisi kacamatanya yang teleng. Hormat. "Mimiq, Lizi, dan Cherox sudah standby di posisi. Semuanya tergantung aba-abamu."
"Di mana Plozo? Dia tidak datang?!" Flame berang mendengar anggota timnya tidak lengkap. "Dialah kunci strategi kita!"
"Kapten," Terdengar suara lenguhan pelan. Yang disebut-sebut ternyata tertidur. Dia menguap, mengucek mata. "Aku sudah hadir." [Plozorer, jenderal perang Sembilan Benteng Woodzn].
"Kau, tolonglah kebiasaanmu itu. Kita lagi bertugas nih. Lakukan pekerjaanmu dengan benar dong!" Lascrea mendengus.
Plozo acuh tak acuh, menerima teropong yang disodorkan Flame. Dia menyorot ke gedung restoran. Terlihat anggota Marmoris semangat melangkah masuk ke ruang VIP. Seketika mukanya terangsang menatap seseorang di lensa.
Jijik, Flamehale menyambar benda tersebut. "Kenapa mukamu nafsu begitu? Menjijikan."
"Dasar tukang kebo mesum!" ledek Zeren.
Plozorer masih terlihat mengantuk, letih luar biasa, entah ngapain sampai selelah itu. Dia mengelap ilernya. "Sokeri dilihat secara langsung sangatlah cantik. Aku suka dia. Clandestine juga imut kok. Castle apalagi. Tapi aku tak suka Hermit, dia masih remaja."
"Lah geblek. Kau kan juga remaja."
"Iyakah? Aku tidak menghitung umurku."
"Sudahlah kalian berdua! Jangan berisik!" Flamehale jengah. Jam terus bergulir menuju angka sembilan. "Kita kehabisan waktu. Katakan rencanamu sekarang, Plozo."
"Baiklah, baiklah. Jangan ngegas 'gitu."
*
Ram tak habis-habisnya berdecak kagum melihat sekeliling kamar. Jadi begini interior ruang VIP? Sial! Apakah aku pantas berada di sini?! Begitu sorakan hatinya, merasa tak layak di tempat itu.