INI SUNGGUH MEMBUATKU GILA!
"Kenapa Mangto dan Sokeri bisa tertangkap? Apa yang sebenarnya mereka lakukan?!" Ah, tidak bisa. Kepalaku pusing. Baru beberapa detik lalu Tobi menghiburku dengan pertunjukan sulap, sekarang masalah datang. Woodzn sialan, mereka berhasil menculik anggotaku.
"Tenanglah dulu, Kapten. Tensimu bisa naik."
"BAGAIMANA BISA KAU MENYURUHKU TENANG SEMENTARA MANGTO DAN SOKERI DISANDERA? Tidak. Tidak bisa. Mustahil. Aku tak bisa tenang. Aku tak dapat melakukannya. Emosiku sekarang hanya menyediakan amarah." Aku menggelengkan kepala, mengibaskan tangan, mondar-mandir. Orang-orang bisa mengira aku cacing kepanasan.
"Aku berspekulasi bahwa mereka mengincar orang dewasa di Marmoris, Kapten," kata Castle mengelus dagu. "Mungkin bagi mereka Marmoris hanya perkumpulan bocah jika tidak ada orang-orang dewasa di dalamnya. Mereka ingin menggoyahkan psikologi kita."
Semua pasang mata di ruang tamu serentak menoleh ke Dien yang refleks tersentak (kecuali aku). "K-kenapa kalian menatapku seperti itu?"
Hermit memegang bahu Dien, menatap lekat-lekat ke iris matanya. "Kau orang dewasa yang tersisa di kelompok kita, Dien. Tolong jangan sampai diculik!"
Brak! Aku memukul meja mengejutkan mereka semua. Brengsek kau, Flamehale! Berani-beraninya kau menantang Clandestine. Aku takkan memaafkanmu. Sial, ini menyebalkan. Rasanya emosiku meluap-luap.
"K-Kapten!"
Aku menoleh masam ke Castle.
"Woodzn melakukan panggilan suara!" Tanpa berpikir dua kali, langsung kusambar laptopnya. Castle terkesiap melihatku menerima panggilan tersebut. "Tunggu, Kapten! Aku belum mengaktifkan alat perubahan suara—"
"FLAMEHALE!" seruku marah, mengabaikan peringatan Castle. Aku tak peduli, otakku sedang tak berpikir jernih. "Di mana mereka, hah? Di mana Mangto dan Sokeri?!"
"Hahaha! Aku menyukai kemarahanmu, Clandestine. Itu yang kuinginkan. Clandestine yang putus asa anggotanya berada dalam bahaya. Apa kau membenciku, hmm?"
Dia tertawa? Hah ... menguji kesabaranku.
"Jika mereka terluka barang sedikit saja, aku akan membunuhmu, mengeluarkan semua organmu dan memajangnya ke museum. Merontokkan semua gigimu dan menjadikannya kalung antik."
"Kalau begitu, datanglah padaku. Aku tak sabar Clandestine yang agung akan melumuri tangannya dengan darah demi menyelamatkan membernya. Aku menantikanmu, Clandestine."
"Menyebalkan. Kau benar-benar manusia keparat yang membuatku ingin menghajarmu sampai mampus."
"Justru itulah yang kumau. Aku sudah jenuh dengan permainan biasa. Aku ingin permainan yang membuatku merasa tegang dan bergairah."
"Jangan khawatir, aku pastikan ini takkan berakhir begitu saja setelah aku menangkapmu. Aku akan mencongkel kedua matamu dengan obeng dan memberikannya pada anjing sebagai cemilan, lantas bermain lompat tali dengan ususmu. Aku harap kau bisa puas."
Kututup laptop tersebut, menarik sejumlah oksigen sekaligus, mengembuskannya perlahan. Wajahku panas hendak meledak.
"Kap—" Tobi meletakkan telunjuk ke bibir secara halus, menyuruh Hermit diam.
Brak! Aku mengangkat meja hingga benda petak itu terbalik. Tobi nyaris mengumpat karena terkejut. Begitu pula yang lain.
"Hah, dasar pria ***. Apa ini film? Lebih baik potong saja **** dan berhenti jadi laki-laki. Atau sumbangkan **** pada rumah sakit bedah anatomi. Mereka mengancam dengan sandera, memangnya **** ***? Ah, aku kesal. Kalau aku ketemu dengannya, aku akan memotong **** *** **** hingga dia *** **** lagi. Awas saja kalian. Salah besar membuat Clandestine marah."

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MARMORIS
ActionMARMORIS. Guild nomor satu di game yang sedang mendunia. Tidak ada yang bisa menggeser posisi mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan member dari guild itu. Apalagi kapten dari guild MARMORIS player dengan reputasi tinggi yang pernah ada. Rasa iri t...