"Ah..., begitu rupanya. Jadi, Paula tidak sengaja mengotori celana Ram. Kalian pun berganti bawahan dan Paula lupa membawanya. Tidak apa, Ram, Ibu akan membiarkanmu. Nah, Paula, besok jangan lupa membawa celana Ram, ya. Kembalilah ke kelas kalian dengan tertib."
"Siap, Buk."
Aku menatap masam Paula begitu keluar dari ruang guru. "Puas kau sekarang, hah? Harga diriku sebagai ketua kelas sudah buruk. Aku tahu Buk Taff mati-matian menahan tawanya supaya aku nggak makin malu."
"Kau ingin menyalahkan orang yang pelupa? Ck ck ck, bagaimana cara kau berhadapan dengan orang tua nanti? Latihlah mulai sekarang."
Gadis ini...! Aku mengeram dalam hati. Dia yang salah, dia juga yang seenaknya menasehatiku. Masa sih masih kecil begini sudah pelupa! Besar nanti mau pikun, hah?
"Ah, sudahlah. Capek ngomong," decakku sebal. Lebih baik pergi daripada berbincang dengannya. Tak ada faedah.
"Tapi sungguh, Ram, kau terlihat manis sekali memakai rok. Sudah kuduga, Kapten Ram yang terbaik!"
"Berisik."
Aku buru-buru meninggalkan Paula sebelum dia melemparkan pernyataan-pernyataan yang membuatku malu. Anak itu sesekali harus ditempeleng agar berhenti menjahili orang.
Ukh. Berjalan-jalan di koridor sekolah mengenakan rok. Udara malam berembus. Dingin sekali di bawah sini, hei! Apa ini yang selalu dirasakan oleh murid perempuan?
Dan Ram pun tiba-tiba mengasihani Paula.
•••
"Pulang bareng, kuy!" ajak Billy mengemasi buku-buku pelajaran.
"Ya."
Sudah hari keenam di bulan Oktober. Para peneror Marmoris itu belum menunjukkan aksi. Terakhir mereka berulah mengirimi bangkai kucing ke rumah Hermit. Apa mereka menunggu sesuatu? Atau aku yang terlalu khawatir, ya?
Aku tidak bisa tenang main jika perasaanku gelisah begini. Rasio kemenangan Clandestine akan menurun kalau aku memaksa bermain.
Makanya aku meminta izin pada Mangto untuk menggantikanku sementara dengan alasan lembur bekerja. Aku jadi sedih sendiri membohongi Mangto yang notabenenya beda umur bertahun-tahun dariku. Maaf ya, Paman Mangto.
Mama juga belum pulang. Dhave sialan. Mau sampai kapan dia mengurung Mama? Aku tidak suka Bibi Nah. Dia terlalu mengatur.
"Oi, kenapa bengong sih?" Billy menceletuk. "Banyak pikiran? Santai saja. Aku takkan menertawaimu kok."
"Yah, kalau kau menertawaiku, dapat kupastikan kita baku hantam tadi."
"Heiii, jangan ganas gitu dong. Image barbar tidak cocok dengan ketua kita yang berhati hello kitty," ledek Billy merangkul bahuku. Menyengir kuda.
"Kepalamu hello kitty. Kau pikir aku cewek, hah?"
Billy mengangguk. "Kau memakai rok tuh—tuk!"
"Meledekku lagi berikutnya lebih keras," ujarku masam. Hatiku masam pada semua orang yang menyebalkan. "Padahal ada yang katanya nggak bakal nertawain."
"Maaf, maaf deh. Cuman bercanda."
"Tidak lucu!" Menyebalkan. Kenapa rasanya semenyebalkan ini? Oh, tidak! Aku tersulut dengan emosi amarah! Aku butuh game untuk menghilangkan rasa marah yang membara ini! Ngegame lima jam!!

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MARMORIS
ActionMARMORIS. Guild nomor satu di game yang sedang mendunia. Tidak ada yang bisa menggeser posisi mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan member dari guild itu. Apalagi kapten dari guild MARMORIS player dengan reputasi tinggi yang pernah ada. Rasa iri t...