A-a-apa yang mereka lakukan di sini?!
Yang ceria ini tak pelak lagi si Hermit, kami sudah bertemu sebelumnya. Remaja berpakaian bangsawan memakai aksen khas konglomerat itu pastilah Northa, lalu wanita fans berat di sebelahnya adalah Sokeri, hanya dia maniak Northa. Gadis di belakang, menutup diri, menatapku dengan ekspresi: apa yang sedang dipikirkan anak ini? adalah Castle! Yang barusan menyebutkan 'mengemaskan' pastilah Dien. Dia dokter, kelak bertemu banyak jenis pasien. Terakhir, CEO dari perusahaan ternama di Kota Hallow, wakilku sendiri, tengah mengembalikan bola yang kucari. Tak lain tak bukan Mangto!
Walau minus Tobi, kenapa mereka semua berkumpul di sini? Apa mereka melakukan meet up? Aku ingat! Percakapan mereka di event minggu lalu, bilang akan saling bertemu dan makan-makan bersama, namun ajakan itu kutolak. Apa mereka berniat melaksanakannya hari ini?
"Hermit, bukankah anak kecil yang kau sebut itu perempuan? Dia terlihat laki-laki." Castle membuka suara, memecah balon pikiranku.
Gawat! Aku lupa, aku tidak pakai rok atau pita. Tidak. Aku bersumpah takkan memakai pakaian pendek itu lagi! Trauma aku dibuatnya.
Hermit bergumam. "Cewek kok."
Aku menelan ludah, menatap serius. Di game, Castle adalah player paling hati-hati yang bahkan melampaui kehati-hatianku. Hermit mungkin sudah menceritakan masalahnya pada Castle. Aku tidak boleh gegabah dan harus bersikap sealami mungkin.
"I-iya!" Aduh, mulut, bekerja samalah denganku sekali ini. "A-anu, tidak semua perempuan suka memakai rok atau bendo. Aku kurang suka."
"Benar!" bela Hermit, meloncat senang ke arahku. "Robon adalah tipe gadis tomboi. Aku menyukainya!"
Castle menatap tajam. "Lalu kenapa kau mengejar bola ini? Apa kau bermain bola? Berarti kau bareng teman-temanmu."
Aku mati kutu. Castle takkan membiarkanku lepas semudah itu. Perihal pesan teror yang menganggu Northa dan Hermit membuat Castle menambah tingkat kewaspadaan.
"Lho? Tidak apa, kan, anak cewek main bola? Lagi pula Robon masih kelas 6 SD. Dan dia tomboi." Bagus, Hermit! Bela terus sementara aku mencari kesempatan keluar dari situasi pelik ini!
"Tomboi, ya...," mata Castle nakal menatapku dari atas sampai bawah.
Aku melotot, secepat kilat membalikkan badan. "A-aku pergi dulu, Kak Her—Hana! Teman-teman bakal marah kalau aku terlalu lama pergi." Aduh, di saat seperti ini bisa-bisanya kepeleset lidah.
"Tunggu," Aish! Kenapa Mangto malah menghentikanku sih! Kepepet atuh.
"A-ada apa?"
"Aku ingin mengucapkan terima kasih."
Hah? Apa?
"Jika bukan karenamu, jika kau tidak meneleponku, Hermit bisa celaka. Aku benar-benar berterima kasih."
"I-itu bukan masalah besar." Masalahnya sekarang kau terlalu dekat denganku, Mangto. Kau bisa mendengar detak jantungku yang mau meletus saking takutnya.
"Menarik." Castle menceletuk lagi, bertambah masalah. "Bagaimana cara anak kecil sepertinya mengetahui nomor ponsel Mangto?"
"Paman ini seorang CEO terkenal di kota Hallow, tentu identitas pribadinya dicetak eksemplar dan ditempelkan di mana-mana." Yah, walau alasan aslinya aku hapal nomor HP-nya Mangto sih.
"Kau pintar sekali, Robon!" puji Hermit tersenyum manis.
Syukurlah. Aku bersyukur Ideo datang menyusulku, hampir menangis bahagia di dalam kalbu.
"Robon," Ideo terengah-engah. "Kenapa kau lama sekali...." kalimatnya menghilang demi melihat Mangto dkk. Mengernyit. "Siapa mereka? Mafia?"
Northa melotot jengkel. "Siapa bocah tak tahu diri ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MARMORIS
AcciónMARMORIS. Guild nomor satu di game yang sedang mendunia. Tidak ada yang bisa menggeser posisi mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan member dari guild itu. Apalagi kapten dari guild MARMORIS player dengan reputasi tinggi yang pernah ada. Rasa iri t...