Semua itu...
"Titik buta musuh sudah terlihat, Kapten! Beri perintah menembak!"
"Tidak. Tembakkan meriam ke tanah. Northa, jatuhkan senapan lawan. Sisanya biar kuurus."
"Kau tahu apa yang Kapten pikirkan, Castle?"
"Kurasa dengan menembak bongkahan tanah, penglihatan musuh akan terganggu oleh debu dan menyerangnya dari balik kamuflase. Terlebih, jangkauan ledakan memakan sepertiga lokasi temu antar musuh. Kapten ingin menghabisi mereka sekaligus."
Semua itu...!
"Aku akan memberi kalian celah. Dien, kover Hermit menuju titik bom."
"Kapten, jangan gegabah. Mereka punya sniper yang masih belum diketahui lokasinya, juga situasi kita tak diuntungkan di sini."
"Maka karena itu aku akan beri waktu 10 detik untuk kalian pergi. Mereka sudah tahu posisi Northa dan dua timnya melakukan kejaran. Akan kubuat mereka menunjukkan diri."
"Itu artinya kami mengorbankan Ace kami? Jangan bercanda, Kapten! Begitu Ace tim tumbang, permainan ini berakhir!"
Clandestine tersenyum, mengeluarkan bom asap dari jaket. "Mangto, dengarkan nasihatku dong. Marmoris bukan semata-mata unggul karenaku. Jika kalian hanya memperkuat potensi Ace, apa yang bisa kalian lakukan jika aku out lebih dulu? Ayo berkembang. Kalahnya terkuat memberi peluang terlemah meningkatkan pengalamannya. Aku sering bilang itu kan. Lagi pula aku tidak mati sia-sia. Dien, kau sudah siap?"
"Aku sudah menandai poin yang kau minta, Kapten."
"Kita akan mengorbankan tiga orang sekaligus di sini, paling tidak berhasil mengirim Mangto dan Hermit ke lokasi bom terpasang. Lakukan, Dien!"
Dentuman meriam terdengar. Sesuai yang diprediksikan oleh Clandestine, pemimpin musuh akan memerintahkan dua sniper di titik berseberangan menembaknya. Dua peluru mengenai tubuh Clandestine.
"Baik, sudah kudapatkan mereka. Tenggara barat dan Perkotaan D. Northa, tugasmu. Jangan lupa turun ke gedung bawahmu, posisimu sudah terbuka. Bertahan selama mungkin. Juga, Dien, jangan biarkan mereka masuk ke zona pembiusan. Aku mengandalkan kalian lho~"
Tubuh Clandestine menghilang. Death.
Mangto mengumpat marah. "Apanya yang tidak sia-sia?! Dien takkan bisa menahan mereka berdua! Apalagi jika aku dan Hermit membiusnya dengan manual. Tidak ada Tobi di sini—"
"Aku sudah datang nih."
Hermit menoleh ke sumber suara, tersentak kaget. "Tobi?! Se-sejak kapan kau ada di sini? Kenapa kau bisa lolos dari radar mereka?"
"Kematian Ketua tidaklah percuma. Lewat bayangannya, aku bisa memanfaatkan situasi yang kritikal itu untuk menyusup masuk ke sini. Ayo kita segera bius bomnya."
Semua itu diperintahkan oleh anak-anak kelas 6 SD?! Tidak mungkin!
Northa yang menolak percaya identitas asli ketua Marmoris adalah seorang bocah, memilih menguntit Clandestine beberapa hari ini. Dia bahkan menyuruh beberapa pengawal serta pelayannya menyamar menjadi penduduk sekitar demi memata-matai.
"Tuan Muda Northa, target memasuki sebuah toko. Apa perintah Anda?"
"Tetap pada peran! Jangan mencolok atau dia peka!"
"Saya akan memberikan saluran komunikasi target pada earphone Tuan Muda."
"Ya, tolong."
Tapi sepertinya Northa lupa, siapa yang sedang dia buntuti.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MARMORIS
AçãoMARMORIS. Guild nomor satu di game yang sedang mendunia. Tidak ada yang bisa menggeser posisi mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan member dari guild itu. Apalagi kapten dari guild MARMORIS player dengan reputasi tinggi yang pernah ada. Rasa iri t...