Tidak, aku keliru menebaknya.
"Kapten! Ini jelas di luar rencana kita! Bukankah Kapten sendiri yang tidak ingin mengungkapkan identitasmu?"
"Tenanglah, Mangto. Lakukan saja sesuai rencana. Abaikan saja aku. Lagi pula jika aku tak datang tadi, kau sudah terjepit oleh Castle, kan? Harusnya kau berterima kasih padaku sudah menambal kesalahanmu."
Mangto jengkel. Bukankah ini rencana untuk menutupi identitas Clandestine yang aslinya seorang anak SD dan menggertak guild Woodzn? Mengapa Mangto yang tertampar kanan-kiri?
Aku mendongak ke Mangto. Dia terlihat menggumamkan sesuatu.
"Sabar..., lawanmu anak-anak. Orang dewasa selalu salah."
"Oi, kau sedang mengejekku, ya?" tudingku masam. "Cih, ini tidak sesuai ekspektasiku. Mangto wakil kelas atas yang amat ramah dan patuh pada Clandestine justru melecehkan kaptennya sendiri—"
Mangto membekap mulutku. "Apa yang kamu lakukan, Kapten! Bagaimana kalau ada yang mendengar! Naluri bocah-mu sedang nyala??"
"Aku juga tidak tahu..."
"Eh?" Bekapan Mangto mengendur.
Aku mengusap wajah, mengacak rambut, mimik ekspresi frustasi. "Apa yang sedang kulakukan sekarang? Melihat kalian bersama membuat tubuh ini merasakan emosi yang asing! Apa namanya? Jinak? Jangan-jangan perbedaan umur antara aku dan member Marmoris membangkitkan sifat anak-anak yakninya manja?! Mustahil!"
Plak! Plak! Plak!
Mangto melongo melihatku menampar pipi sendiri. Tiga kali, lima kali, delapan kali.
"Sadarlah, Ram (tamparan ke-10) ! Kau sudah 12 tahun! Tidak ada definisi anak-anak lagi! Sadarlah dengan umurmu (ke-11)! Tidak ada manja-manja lagi!"
"Kapten... Menurutku 12 itu masih umur anak kecil. Jadi sudah semaklumnya rangsangan dalam tubuhmu menuntut kegiatan anak-anak pada umumnya..."
"TIDAK!" Aku menyergah, separuh membentak. "Aku sudah 12 tahun! Kegiatan anak-anak katamu?! Seperti bermain bareng badut, tertawa 'HAHAHA' seperti orang bodoh melihat badan penuh lumpur, lalu merengek dan hiperbola pada orangtua jatuh sedikit, seperti itu, hah? MENDING AKU IKUT OLIMPIADE DARIPADA MELAKUKAN PERBUATAN KONYOL BEGITU!"
"Fufufu," Mangto menggoda, menyejajarkan tingginya padaku. "Oh benar juga. Aku sudah mencari latar belakangmu, Kapten. Rorobon Ram, siswa dari SD Trick yang membantai seluruh lomba pendidikan di Kota Hallow."
Aku menelan ludah, tak suka ditatap seperti itu, menjawab gelagapan. "K-kenapa memangnya. A-aku tidak memberimu izin mencari tahu tentangku."
Mangto diam dua detik.
Ada apa? Kok hening? Oi, siapa yang mematikan dialognya? Aku takut nih!
"Kapten! Kenapa Kapten imut sekali!!" teriak Mangto tanpa aba-aba, memelukku.
Aku mendorong Mangto. "Intinya aku akan melihat ke sekeliling bersama teman-temanku. Kau tetap lakukan tugasmu. Aku akan memberi sinyal jika ada sesuatu yang tidak beres. Mengerti?"
"Perintah dilaksanakan, Kapten."
.
.
Sesuai perintahku, Mangto memimpin pertemuan itu dengan baik. Sudah setengah jam berlalu semenjak mereka meet up, tapi tidak ada tanda-tanda dari Woodzn. Aku setia memantau dari posku.
Bagaimana sekarang, Menas? Apakah kau akan muncul atau menunggu Clandestine datang? Ayo buat permainan ini jadi seru.
"Ram, kau baik-baik saja?" Paula bertanya tak enak.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MARMORIS
AksiMARMORIS. Guild nomor satu di game yang sedang mendunia. Tidak ada yang bisa menggeser posisi mereka. Tidak ada yang bisa mengalahkan member dari guild itu. Apalagi kapten dari guild MARMORIS player dengan reputasi tinggi yang pernah ada. Rasa iri t...