Yoongi berdiri gugup didepan sebuah restoran dengan tangannya meremat kuat tangan Jungkook. Dalam kepalanya sedang mencoba menyusun kalimat terbaik untuk membuat kesan pertamanya tidak buruk.
Sementara itu Jungkook tersenyum geli disebelahnya. Bertanya tanya dalam benaknya, kenapa Yoongi harus se gugup itu? Ini bahkan bukan suatu pertemuan resmi yang mengharuskan Yoongi menciptakan citra baik didepan banyak khalayak umum.
Bagi kalian yang bertanya tanya. Hari ini adalah hari dimana Jungkook membuat janji pertemuan dengan sepupu nya. Empat hari lalu sepupu Jungkook menghubungi, mengatakan bahwa dirinya akan meresmikan restoran baru miliknya besok lusa.
Namun Jungkook tak bisa hadir karena jabatan baru nya mengharuskan Jungkook kerja lebih lama, walaupun gaji yang diberikan juga setimpal. Maka akhir pekan ini tidak diisi dengan jalan jalan keliling kota, melainkan menepati janji temu antara Jungkook dengan sang sepupu.
Omong omong masalah jabatan baru. Ini sudah berjalan sekitar lima bulan sejak hari pembagian amplop itu. Jungkook dan Yoongi tak lagi tinggal di rumah sewa kecil mereka. Mereka akhirnya memiliki rumah sendiri setelah Jungkook membeli sebuah rumah dua lantai bergaya minimalis yang setidaknya lebih luas dari pada rumah sewa mereka dahulu.
Masalah kebutuhan pokok pun bukan sesuatu yang mereka khawatirkan lagi. Gaji Jungkook lebih dari cukup untuk itu, malah mereka bisa menabung lebih banyak, berjaga untuk masa depan. Kehidupan mereka bisa dibilang cukup nyaman sekarang.
Kembali pada realita saat ini. Jungkook tengah mendorong pintu restoran dengan Yoongi dibelakangnya. Masih menggenggam erat tangan suami nya.
"Hey!! Lihat siapa yang datang!!" Seorang Pria dibalik meja kasir berseru. Dengan tangan terangkat semangat tubuhnya berdiri, meninggalkan meja kasir yang otomatis diisi oleh seorang karyawan.
Jungkook melepas genggaman tangan Yoongi, karna mau tak mau dirinya harus membalas ajakan peluk dari sang sepupu. Tertawa senang setelah pelukan keduanya terlepas.
"Sayang! Kemarilah, kelinci jelek ini datang!!" Pria pemilik restoran itu memanggil istrinya yang merupakan kepala koki disana. Tengah meninggalkan pesan kepada para koki supaya mengurus makanannya dengan benar.
"Oh, hei Jungkook!" Sang wanita muncul, menghentikan langkah sejenak melepas apron untuk kemudian menghampiri tiga orang lainnya disana.
Pelukan sekilas antara Jungkook dan sang Wanita, kemudian Jungkook menoleh kan pandang pada Yoongi yang masih terlihat kikuk disebelahnya.
"Ini sepupu ku dan istrinya" Jungkook menjelaskan, "Kim Namjoon dan istrinya, Kim Seokjin"
Jungkook menunjuk bergantian. Pertama pada Pria berwajah sangar dengan otot besar. Baju tanpa lengannya menunjukkan tato dilengan yang nampak menyeramkan. Lalu beralih pada Wanita cantik disebelahnya. Sedikit lebih tinggi dari Yoongi, tampak teduh menatap, membuat setidaknya setengah ke gugupan Yoongi berguguran.
"Anak Paman Kim dan Bibi Jeon. Pernah kuceritakan saat pernikahan kita bahwa mereka tidak bisa datang karena saat itu tengah ada urusan di Jepang" Lanjut Jungkook hingga mendapat anggukan dari Yoongi.
Jabat tangan ala kadarnya. Yoongi mencoba menunjukkan senyum terbaiknya. Membalas senyum Namjoon yang sekeras apapun Pria itu berusaha, wajah sangarnya tetap tak bisa terlihat ramah. Dan senyum teduh Seokjin yang rasanya menenangkan saat dilihat.
Lima menit kemudian keduanya sudah duduk disalah satu meja. Jungkook dan Namjoon membicarakan banyak hal tentang masa lalu mereka, nostalgia. Sementara Yoongi dan Seokjin cepat akrab, sedang membicarakan banyak sekali resep makanan.
"Ini adalah resep yang diberikan seorang Nenek di Jepang. Aku tak percaya Seokjin bisa sangat dekat dengan orang asing hanya dalam hitungan menit, dan setelahnya Boom! Dia dapat resep cumi pedas asam manis. Nenek itu berkata itu resep turun temurun dari keluarganya" Namjoon tertawa mengingat saat mereka di Jepang beberapa bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
FanfictionSeperti dersik, bunyi angin menenangkan yang menemani kita pada setiap kesempatan. Mendamaikan segala perasaan rumit dalam kehidupan. Mengalir membawa semilir tenangnya, menyejukkan siapa saja yang didatanginya. Seperti dersik, Kisah tenang nan rum...