Sebuah Pertemuan

200 46 27
                                    

Dipulau kecil itu, segalanya terlihat indah. Deburan ombak dikala pagi, kabut-kabut tipis perlahan menghilang disiram mentari. Sungguh semuanya terasa menentramkan ditambah kepulan asap setiap corong, menandakan dapur tengah bekerja untuk mengisi perut penghuni rumah.

Pagi yang menenangkan setelah malam menegangkan bagi Jungkook. Pria itu cemas bukan main perihal permintaan bertemu dengan Ayah mertuanya. Namun bersyukurlah pada semesta bahwa Yoongi terlalu sibuk mengurus Jinseo hingga tak menyadari bahwa Jungkook tengah menyembunyikan sesuatu.

"Yoon, aku harus ke Seoul pagi ini, tidak apa-apa kan?" Jungkook menghampiri Yoongi yang baru saja selesai mengganti pakaian selepas mandi.

"Tentu saja tidak apa. Tapi jangan sampai lupa waktu, oke?" Yoongi tersenyum tulus, "perlu kusiapkan pakaian kantor?"

"Tidak, tidak perlu. Aku sudah menyiapkannya semalam"

Ya, sebegitu gugupnya hingga Jungkook telah mempersiapkan semuanya malam tadi. Bergerak dalam keheningan agar tak membangunkan Yoongi yang telah lelap tertidur.

"Oih, sepenting itukah klien mu itu sampai kau menyiapkan baju sejak tadi malam?" Tubuh mereka telah menempel satu sama lain. Berpelukan dengan Yoongi mengalungkan lengannya pada leher Jungkook, dan Jungkook melingkarkan tangannya pada pinggang Yoongi.

'Ini menyangkut hidup matiku—dirimu. Masihkah kau akan bertanya sepenting apa klien ini?'

Itu hanya ucapan hati Jungkook. Tak terdengar oleh Yoongi, karena yang Wanita itu dengar hanyalah deheman singkat dan setelahnya kalimat tenang dari Jungkook.

"Klien biasa, namun aku tak ingin merepotkanmu setelah kau harus mengurus Jinseo" Jungkook berbicara seadanya. Kemudian mengecup dahi Yoongi dan memasukkan kepala Wanita mungil itu kedalam pelukannya.

Sungguh, jika keputusan Ayah mertua telah bulat untuk memisahkan dirinya dan Yoongi, Jungkook tak mengerti harus berbuat apa lagi. Segalanya tentang Yoongi telah melekat dalam hidupnya.

Aroma tubuhnya, senyuman manisnya, lembut lakunya, hangat peluknya, segalanya telah membentuk kebiasaan nyaman dalam hidup Jungkook. Akan terlalu berat untuk Jungkook melepaskan permata hidupnya.

Dibalik sisi Jungkook menyiapkan banyak penjelasan untuk nanti menyangkal keputusan Ayah mertua, Jungkook juga tengah tak yakin dengan apakah argumentasi yang akan Ia katakan bakal diterima sang Ayah mertua. Pasalnya, Jungkook memang bersalah dalam hal ini. Ia terlalu bersahabat dengan sang ambisi, hingga lupa untuk berhati-hati dalam setiap tindakan yang Ia lalui.

Tak akan banyak berkelit, Jungkook juga mengerti bagaimana perasaan seorang Ayah saat seorang anaknya diperlakukan tak baik oleh orang lain. Bagaimana pun, Ia juga seorang Ayah Bung.

"Yoon, tetap bersamaku ya. Aku janji akan memperjuangkanmu" Jungkook kemudian mengecup puncak kepala Yoongi. Tentu saja kalimat itu membuat Yoongi terheran-heran.

"Aku memang akan terus bersamamu. Kenapa kau berkata seperti itu?" Yoongi melepas paksa pelukan mereka. Menatap aneh pada Jungkook yang kini tersenyum tulus.

"Tak apa, hanya memastikan kau tak akan pernah pergi dari hidupku"

Namun Yoongi tak ingin percaya begitu saja. Wanita itu membawa paksa Jungkook untuk duduk diranjang sana dan menatap masuk pada kedua mata milik Jungkook.

"Katakan ada apa?" Wajah Yoongi begitu risau menatap. Menyampaikan kekhawatiran sebab kalimat Jungkook yang baru saja diucapkan.

Namun Jungkook hanya tersenyum tenang menanggapi kekhawatiran Yoongi. Tangannya diangkat untuk menangkup wajah khawatir sang Istri cantik.

Dersik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang